Dasar dasar pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata knowledge diambil
dari dalam bahasa
Inggris. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan
bahwa difinisi pengetahuan adalah dibenarkan dengan
keyakinan sejati (knowledge
is justified true belief).
Pengetahuan merupakan
segala sesuatu sebatas yang diketahui dan diperoleh dari persentuhan panca
indera dengan suatu objek atau berupa benda tertentu atau tertuju pada dirinya
sendiri. Dengan kata lain Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari
proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia
dan bersikap dan bertindak.
Pengetahuan adalah berbagai gejala
atau kejadian yang patut diperhatikan karena memberikan tanda akan terjadi
sesuatu, gejala ini ditemui dan diperoleh menusia melalui pengamatan inderawinya,
artinya, bahwa gejala ini adalah terjadinya gerakan alam yang diduga
atau tidak terduga menyentuh dan merangsang otak untuk ingin diketahui apa yang
sebenarnya. Misalnya buah kelapa tadinya tidak tahu isinya, setelah
dibelah baru terbukti isinya adalah air
Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan indera yang selanjutnya oleh akal budinya berusaha
mengenali benda atau kejadian tertentu yang yang dihubungkan dengan sesuatu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Atau dengan pengertian
lain bahwa pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari
oleh seseorang. tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori,
prinsip, dan prosedur yang secara probabilitas benar atau berguna. Misalnya
ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, la akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa dan aroma masakan tersebut.
Dalam
www.wikipedia.org/wiki, Pengetahuan
adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo
2003) pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap, karena
tidak memberikan tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh
orang lain, dengan demikian tidak bersifat sistematik dan tidak objektif
serta tidak universal.
(Wikipedia.com) Menurut epistemologi
atau pengetahuan setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari berkontaknya
dua macam besaran, yaitu a. benda atau yang diperiksa, diselidiki, dan
akhirnya diketahui (obyek), b.manusia
Menurut Jujun
S. Suria Sumantri, hal 39, menyebutkan bahwa dasar-dasar pengetahuan yang
dimiliki manusia itu meliputi:
1.
Penalaran
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu mengembangkan pengetahuan
karena memiliki kemampuan untuk menalar. Penalaran ini berawal dari proses berpikir yang bertitiktolak
dari pengamatan indera, yaitu pengamatan empirik
atau pengamatan yang pernah dialami dan
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan indra ini juga akan
terbentuk proposisi – proposisi atau
pernyataan yang, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran sebagai sebuah kemampuan
berpikir,
memiliki dua ciri pokok, yakni logis dan analitis;
logis artinya bahwa proses berpikir ini
dilandasi oleh logika tertentu, logis
adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional dan masuk
akal. Secara etymologis logika, Logika adalah ilmu yang mengkaji pemikiran.
Logika berasal dari kata logos yang mempunyai dua arti 1) pemikiran 2)
kata-kata.
Karena
pemikiran selalu diekspresikan dalam bentuk kata-kata, yaitu bisa terucap oleh
lisan seperti mengungkap apa yang telah diketahui sesuai pengalamannya maupun
dalam bentuk dituangkan dalam tulisan, maka logika juga akan selalu berkaitan dengan “kata sebagai ekspresi dari
pemikiran”. Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan mengkritisi
kejadian-kejadian yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu
masuk akal dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak.
Sedangkan
analitis
mengandung arti bahwa proses berpikir ini dilakukan dengan langkah-langkah
teratur seperti yang dipersyaratkan oleh logika yang dipergunakannya. Melalui
proses penalaran, kita dapat samapai pada kesimpulan yang berupa asumsi,
hipotesis atau teori.
Penalaran
disini adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis
berdasarkan fakta yang relevan. Kemampuan menalar adalah kemampuan untuk
menarik kesimpulan yang tepat dari bukti-bukti yang ada dan aturan tertentu.
Dia mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang indah dan mana yang jelek melalui
proses penalaran yang dilakukan.
Penalaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses
berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan dan merupakan
kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan
kebenaran.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang
membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu
mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan
suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid)
jika penarikan kesimpulan tersebut menurut cara tertentu, yang disebut logika.
2. Logika
Sebagaimana
dijelaskan
diatas logis artinya bahwa proses berpikir ini dilandasi oleh logika
tertentu, logis adalah suatu proses berpikir dengan
menggunakan logika, rasional dan masuk akal. Secara etymologis logika, Logika
adalah ilmu yang mengkaji pemikiran. Logika berasal dari kata logos yang
mempunyai dua arti 1) pemikiran 2) kata-kata.
Logika dapat
didefinisikan sebagai suatu pengkajian untuk berpikir secara benar. Untuk
menarik suatu kesimpulan sebenarnya terdapat bermacam-macam cara, namun untuk
membuat kesimpulan yang sesuai dengan tujuan study yang memusatkan diri pada
penalaran ilmiah yang seksama terdapat dua jenis penarikan kesimpulan yakni
logika induktif dan logika deduktif.
a) Logika deduktif
logika deduktif adalah cara berfikir dengan menarik
suatu kesimpulan yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum kemudian
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus.
Penalaran ini sering didengar dengan istilah silogisme.
Sebuah silogisme disusun dari dua buah pernyataan yang disebut premis dan
sebuah kesimpulan. Premis dapat dibedakan menjadi premis mayor atau umum dan
premis minor atau khusus. Kesimpulan yang ada merupakan sebuah pengetahuan yang
didapat dari sebuah penalaran deduktif.
Silogisme terdiri dari dua premis dan sebuah kesimpulan. Kedua premis
tersebut adalah premis umum (PU) dan premis khusus (PK).
Ø Premis umum :
Berupa
pernyataan yang menyatakan sebuah kelompok atau kumpulan tertentu yang memiliki
ciri atau sifat tertentu.
Ø Premis khusus :
Berupa
pernyataan yang menyatakan salah satu anggota dari suatu kelompok tersebut.
Ø Kesimpulan :
Kesimpulan
yang menyatakan bahwa salah satu anggota kelompok memiliki ciri atau sifat pada
kelompok tersebut.
Maka
rumusnya adalah sebagai berikiut:
PU : A = B
PK : C = A
K : C = B
Contoh
PU : Semua professor sangat pandai
A B
PK : Aria adalah seorang professor
C A
K : Maka aria
pandai.
C
B
Contoh tersebut
dapat dijelaskan;
Semua
professor yang ada di dunia ini pasti sangatlah pandai. Kepintaran mereka sudah
tidak diragukan lagi karena sudah terbukti dari gelar yang mereka sandang.
Sementara itu, Aria adalah seorang professor. Jadi bisa dikatakan bahwa Aria
adalah orang yang sangat pandai.
Contoh:
Semua logam memuai jika dipanaskan (premis mayor)
Besi adalah sebuah logam (premis minor)
Jadi besi memuai jika dipanaskan (kesimpulan)
Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal : yakni kebenaran
premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan.
Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak terpenuhi
maka kesimpulan yang ditariknya akan salah.
Misalnya, Matematika
adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif. Argumentasi matematik seperti
a sama dengan b bila b sama dengan c maka a sama dengan c merupakan suatu
penalaran deduktif.
a) Logika Induktif
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi suatu kesimpulan yang
bersifat umum. Logika
Induktif erat kaitannya
dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi
kesimpulan yang bersifat umum.
Misalnya ada fakta bahwa
Ø kambing punya mata,
Ø singa punya mata,
Ø ayam punya mata.
Ø Maka dapat disimpulkan, semua binatang punyamata.
c) Sumber Pengetahuan
Pada dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan
pengetahuan yang benar yaitu mendasarkan diri pada rasio atau disebut rasionalisme
dan mendasarkan diri pda pengalaman atau disebut empirisme,
namun masih terdapat cara lain yaitu intuisi (pengetahuan yang
didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu) dan wahyu merupakan
pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia lewat perantara
nabi-nabi yang diutusnya).
Rasio adalah pemikiran
menurut akal sehat, akal budi, nalar, rasio adalah suatu
angka yang digambarkan dalam suatu pola yang dibandingkan dengan pola lainnya
serta dinyatakan dalam persentase.
Pengalaman adalah sesuatu
peristiwa yang sudah terjadi masa yang lalu dimana di dalam peristiwa itu
adanya perasaan, emosi, penderitaan, kejadian, keadaan, dan kesadaran.
Pengalaman terbentuk ketika manusia menghadapi situasi ke depan yang dimana
sebelumnya sudah terjadi peristiwa yang dimana peristiwa sebelumnya
menghasilkan hasil yang bagus ataupun kurang bagus untuk lebih ditingkatkan
kedepannya sehingga peristiwa selanjutnya bisa menghasilkan hasil yang
lebih bagus lagi.
Pengalaman semakin bertambah jika seseorang
telah banyak melalui peristiwa masa lalu yang dihadapinya berbeda.
Pengalaman yang bagus tercipta jika seseorang
mempunyai kesadaraan untuk memperbaiki pengalaman sebelumnya dan mempunyai
kemampuan nya untuk dapat menyelesaikan peristiwa yang dihadapinya dengan baik
serta dapat menerima tanggapan dari orang sekitarnya dengan baik tanpa
menimbulkan suatu masalah.
Menurut Aristoteles dalam arti
sempit pengalaman, persepsi partikular atau khusus tidak digolongkan
sebagai pengalaman, Aristoteles mengatakan pengalaman terbentuk melalui
konsentrasi, perpaduan kental antara banyak persepsi dan hasil ingatan
akan jenis hal yang sama dan dalam perpaduan kental itu, elemen yang sama
ditangkap dalam sebuah gambaran yang sistematis.
Intuis artinya daya atau kemampuan
mengetahui atau mema-hami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari, bisikan
hati, gerak hati. Intuisi ialah sebuah istilah untuk memahami suatu kemampuan
tanpa harus melewati sebuah pikiran yang masuk akal dan intelektualitas Isntuisi
merupakan sebuah istilah untuk memahami suatu kemampuan tanpa harus melewati
pemikiran, perkataan, akal yang rasional dan intelektualitas. Mungkin
pengertian ini datang secara tiba-tiba dari dunia lain dan di luar dugaan atau
kesadaran manusia.
Contoh,
seseorang yang mana seseorang tersebut tiba-tiba saja terbujuk untuk melakukan
sebuah kegiatan yaitu membaca sebuah buku. Dan ternyata, ketika sebuah buku
sedang dibacanya di dalam buku tersebut dijumpai sebuah keterangan yang mana
keterangan tersebut dicari-cari olehnya selama bertahun-tahun lamanya.
Wahyu yaitu Allah memberikan kepada
hati orang yang diberi wahyu tentang apa yang Allah kehendaki. Di mana orang
tersebut tidak memiliki keraguan bahwa itu benar-benar dari Allah.
d) Kriteria Kebenaran Pengetahuan
1. Teori Koherensi yaitu suatu
pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten
dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Misalnya bila kita menganggap bahwa, “semua manusia pasti akan
mati” adalah suatu pernyataan benar maka pernyataan bahwa, “si polan adalah
seorang manusia dan si polan pasti akan mati” adalah benar pula karena kedua
pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
2. Teori
Korespondensi yang ditemukan oleh Bertrand Russell (1872-1970).
Suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan
itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan
tersebut. Misalnya jika seseorang mengatakan bahwa ibukota republik Indonesia
adalah Jakarta maka pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan itu
dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta yang memang menjadi ibukota
republik Indonesia.
3. Teori Pragmatis atau bersifat praktis dan berguna bagi
umum yang dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914). Suatu pernyataan
adalah benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai
kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.