Gelisah
Perasaan gelisah dalam hati memang
bisa dirasakan oleh siapapun. Karena gelisah itu merupakan salah satu kodrat
yang dimiliki oleh semua manusia. Bedanya, ada manusia yang mampu mengatasi
rasa gelisah tersebut dan ada pula yang tidak mampu mengatasinya.
Penyebab rasa gelisah ada di dalam
hati dan dapat disebabkan oleh berbagai alasan dan faktor-faktor tertentu
menyangkut pikiran yang tidak terkendali. Apalagi dalam kehidupan yang semakin
hingar-bingar seperti saat ini, di mana banyaknya pilihan ataupun hal-hal baru
yang terkadang meragukan pikiran manusia sehingga membuat hatinya gelisah.
Kegelisahan bisa terjadi bila pikiran, hawa nafsu dan
fitrah ini terganggu, menurut pendapat dari Prof.DR.H.Salim
Bajri bahwa, manusia untuk mengarungi kehidupan dunia
diberi bekal oleh Allah dengan tiga komponen, yaitu ;
1.
Akal pikiran,
Maksudnya agar
mampu memikirkan semua yang ada dalam alam, dalam tulisan ini ingin menguraikan
apa itu akal pikiran, mari coba jelaskan apakah implementasi dari kata akal
pikiran itu menyatu atau dua kata yang berbeda pengertiannya, dari referensi
pustaka akal adalah kekuatan untuk berpikir, akal juga dapat diartikan
dengan intellect artinya orang pandai
atau cerdas.
Untuk
mengetahui makna akal, dapat diketahui dengan menganalisa melalui makna
aslinya. Dalam al-Mu’jam al-Wasith (p. 616-617), kata akal disebutkan
dengan istilah al-‘Aql. Kata tersebut merupakan salah satu bentuk derivasi
atau pembentukan kata secara terbalik dari akar kata “aqala’
yang berarti “memikirkan hakekat di balik suatu kejadian” atau rabatha
artinya mengikat.
Dalam tradisi
Arab Jahiliyyah, kata ‘aqala seringkali digunakan untuk
menunjuk suatu “ pengikat unta ” (‘aql al-ibil). Selain itu, kata ‘aql
juga memiliki makna al-karam yaitu kemuliaan, maksudnya
adalah orang yang menggunakan akalnya selalu berbuat sesuai petunjuk Allah Swt,
yang disebut sebagai orang yang berakal (‘aqil) ketika ia istiqamah dengan
hasil pemikirannya yang benar, maka ia menjadi mulia dengan hakekat-hakekat
yang diketahuinya tersebut.
Menurut
Zainal Abidin dalam Filsafat Manusia (2009:242), akal atau rasio
dalam pandangan Barat merupakan alat yang sangat vital, sentral, serta paling
utama dalam membentuk peradaban manusia. Akal berdiri sendiri tanpa
penyempurnaan wahyu ilahiyahi.
Merujuk pada
pemahaman diatas, bahwa akal itu ada dan merupakan karunia ilahi sejak dalam
kandungan, sabagai buktinya yang sederhana, bahwa manusia sudah mempunyai akal terlihat
pada saat sosok manusia keluar dari rahim seorang ibu berupa bayi, bayi itu
langsung menangis, kalau orang tuanya mengerti bayi itu meminta sesuatu yang
dibutuhkan, naluri itu yang bisa faham dan mengerti adalah ibunya sendiri.
Sedangkan
pikiran itu datangnya setelah bayi lahir kedunia, karena menurut pandapat Dr.
Ibrahim Elfiky, bahwa pikiran itu adalah sbagai alat ukur yang dipergunakan
oleh manusia untuk memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan lebih menjamin
masa depan diri dan keluarga.
Jadi pikiran
itu bisa muncul pada seseorang setelah alat inderanya berfungsi, untuk lebih jelasnya setelah mata bayi
berfungsi melihat sesuatu apakah dalam bentuk benda atau perilaku seseorang
atau mahluk hidup, mata adalah bagian dari alat sensorik, alat sensorik mulai
berproses kerja melanjutkan peristiwa yang terjadi yang diteruskan kedalam
organ tubuh lain, yaitu otak untuk kemudian melakukan tindakan bahkan disimpan
dalam bentuk file yang disebut memori, sebagai contoh bila bayi itu
melihat sesuatu benda pasti akan berusaha diraihnya, setelah dalam genggamanya
akan dimasukan kemulutnya, karena menganggap benda itu adalah makanan yang
harus dimakan, sedangkan contoh yang lain yaitu untuk orang dewasa adalah bila
segala sesuatu yang terlihat, terdengar, terhirup, teraba dan terasa pasti akan
dimasukan kedalam otaknya untuk menjadi bahan pemikiran, kemudian dianalisa
bahkan mungkin akan dijadikan sebagai kajian ilmu.
Jadi, menurut
pendapat penulis kata “ akal dan pikiran “ itu adalah suatu kata yang berbeda
dalam pemahamanya, pikiran lebih mengedepankan kepentingan untuk dirinya
sendiri, sedangkan akal adalah alat ukur untuk mengetahui dan membedakan mana
yang salah dan mana yang benar, jika jalanya pikiran tanpa dikendalikan oleh
akal maka akan terjadi masalah, dan kegelisahan akan selalu hadir menghantui
diri sendiri.
2.
Hawa nafsu,
Agar tumbuh
daya dorong untuk menumbuhkan kreatif dan dinamis, Hawa
nafsu adalah sebuah perasaan atau kekuatan emosional yang besar dalam diri
seorang manusia, hawa nafsu berkaitan secara langsung dengan pemikiran atau
fantasi seseorang, karena hawa nafsu adalah sangat identik dengan keinginan.
Secara bahasa, hawa nafsu adalah kecintaan terhadap
sesuatu sehingga kecintaan itu menguasai hatinya. Kecintaan tersebut sering
menyeret seseorang untuk melanggar hukum Allâh Azza wa Jalla.
Semua orang
pernah mendengar bahwa hawa nafsu itu berkaitan langsung dengan hati,
penjelasan mengenai hati, mungkin sangat jarang orang yang benar-benar mengenal
tentang hati. Padahal, hati secara fisik adalah bagian diri sendiri, sama
seperti kaki, tangan, otak, dan organ-organ tubuh lain. Bagi manusia, hati
memiliki fungsi yang spesial, yang memungkinkan menjalani hidup di dunia
seperti seharusnya sesuai rancangan Sang Pencipta.
Kita sudah
tahu bahwa fungsi kaki adalah untuk berjalan; tangan untuk memegang; otak untuk
berpikir, merancanakan, mengontrol jalannya ‘mesin’ tubuh. Namun, tahukah apakah itu fungsi hati?
Hati, seperti
yang sudah ketahui, hati adalah pusat dari perasaan. Seseorang dapat merasakan, menyadari, mengalami segala
sesuatu dengan menggunakan hati. Tetapi, jika bicara mengenai perasaan, maka sesungguhnya
hati adalah pusat dari perasaan yang masuk pada golongan emosi tinggi, yaitu
rasa indah, rasa tenang, rasa damai, rasa nyaman, rasa bahagia. Sehingga, hati
adalah kunci dari hubungan sosial dengan sesama dan hubungan spiritual dengan
Sang Pencipta. Karena rasa yang sejati, tercermin dari kualitas hubungan
tersebut.
Perlu diingat
bahwa hati dapat dimaknai dengan qolbu, ini sesuai dengan hadist nabi, dari
An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda;
أَلاَ
وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ،
وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
Artinya ;
“Ingatlah
bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula
seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa
ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Dengan memperhatikan hadist tersebut, bahwa tempat bersemayamnya Hawa nafsu
ada dalam hati, sedangkan apabila memahami qalbu dapat dfahami dari sisi jasmaniyah dan qalbu dari sisi
rohaniah. Dari sisi jasmaniah, sering didefinisikan gumpalan darah yang disebut
hati. Ada pula yang mendefinisikan bahwa yang dimaksud kata qalbu secara fisik
itu adalah jantung.
Wikipedia mendefinisikan,
bahwa Qalbu adalah adalah organ otot berongga yang mendorong darah ke dalam
sistem peredaran darah, mirip dengan tindakan pompa, membentuk anggota kunci
dari sistem kardiovaskular atau apa yang dikenal sebagai perangkat rotary”.
Kegelisahan
bisa terjadi disebabkan karena faktor keinginan selalu menyelimuti dan selalu
mengikuti jalan pikiran yang akhirnya hawa nafsu menguasai hati sendiri,
datangnya keinginan adalah karena seseorang sering bersentuhan alat indera
dengan alam yang tidak terkendali.
3.
Fitrah (nurani)
Cikal bakal fitrah
adalah dengan menumbuhkan iman, memahami definisi dari iman yang dikemukakan dalam
Ushul Iman fi Dhau Al-Kitab wa As-Sunnah,
340, bahwa pengertian secara bahasa
Arab adalah percaya, secara Istilah “iman” secara syariat adalah ‘sikap membenarkan dengan
hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan konsekuensinya dengan
perbuatan’.
Jadi, pengertian Iman Kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa
Allah ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanya, kemudian diakui
dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan di dunia nyata.
Dalam
perbuatan, bahwa orang iman itu senang beribadah, semua yang dilakukan dalam bentuk perbuatan
apapun selalu landasannya ibadah, sehingga melihat orang yang punya iman bila berada
dan diam dimasjid itu akan terasa menyenangkan, bisa diibaratkan ikan didalam
air kelihatannya tenang, tapi kalau diangkat dari habitatnya keluar dari air
akan terjadi pemberontakan, marah, gelisah dan jika tidak segera dikembalikan kedalam air sebagai
sumber hidupnya bisa mengalami kematian, begitu juga jika orang mampu diam
dimesjid berarti dia akan mengalami ketenangan,
hanya untuk orang munafik saja jika berdiam dimasjid akan selalu mengalami
gelisah bahkan bila solat akan dilakukan secepat mungkin, apalagi solat berjamaah
pasti akan gusar, ngedumel dalam hatinya tidak tenang terus timbul emosi yang
mengakibatkan marah, marah itulah yang membuat orang munafik tidak senang
bahkan bisa meluapkan emosinya kesebelah
kiri atau kanan dengan berkata “ lama sekali solat sekarang “ kalau sudah
begitu nilai ibadah jadi korban.
Jadi, kesimpulannya menurut pendapat penulis, bila dalam diri
selalu mengalami kegelisahan, itu artinya bahwa
dalam dirinya terdapat file pikiran dalam otak akan selalu timbul dan
keluar memerintahkan anggota tubuh untuk melakukan suatu perbuatan, jika tidak
segera dikontrol atau dikendalikan oleh akal, maka akan menimbulkan masalah, sedangkan
hawa nafsu akan membuat gelisah jika keinginan diri bebas tanpa batas,
sedangkan kegelisahan bisa diatasi dengan menguatkan perasaan iman dalam hati atau
qolbu agar ada keseimbangan antara perbuatan dengan nilai nilai keimanan
sebagai fitrahnya manusia.
note;
saya senang sekali tulisan ini dibaca dan difahami terus diamalkan, apabila berkenan dihati tulislah saran yang baik yang mungkin punya nilai manfaat bagi orang lainya, terima kasih.
note;
saya senang sekali tulisan ini dibaca dan difahami terus diamalkan, apabila berkenan dihati tulislah saran yang baik yang mungkin punya nilai manfaat bagi orang lainya, terima kasih.