Sebenarnya semua orang yang dilahirkan kedunia ini memiliki kecerdasan, hanya saja hampir setiap orang tidak tahu bahwa dirinya punya kemampuan masing masing yang beda antara satu dengan yang lainya.
Coba lihat kedalam diri dan mari tanyakan kepada diri sendiri? Apakah aku adalah orang
yang cerdas? sulit untuk dijawab kalau tidak memiliki alat ukurnya
Untuk mengukur kecerdasan yang ada pada pribadi ada alat ukurnya. Alat
ukurnya orang yang cerdas dan orang yang bodoh tentu ada. Orang yang
cerdas itu bukan dilihat dari pandainya ia menyelesakan soal hitungan
yang rumit. Atau kelihaiannya menyelesaikan soal fisika dan lain sebagainya.
Secara singkat keempat kecerdasan itu dijelaskan sebagai berikut:
Pertama,kecerdasan intelektual (intellegenci qoutient=IQ. IQ merupakan kognitif (aktivitas berpikir), yang erat kaitannya dengan kemampuan mengingat, memahami, menganalisa, mengevaluasi, dan memecahkan masalah.
Kedua, Kecerdasan Emosional (Emotional Qoutient
= EQ). EQ merupakan kecerdasan emosi, yang erat kaitannya dengan
kemampuan mengontrol perasaan diri sendiri, mengenali perasaan orang
lain, adaptasi, kerjasama, disiplin, tanggung jawab, dan komitmen.
Ketiga, Kecerdasan Spiritual (Spiritual Qoutient
= SQ). SQ merupakan kecerdasan jiwa yang erat kaitannya dengan
kemampuan untuk bertindak jujur, adil, menghargai, kasih sayang,
toleransi, empati, rendah hati, sikap ramah, dan sebagainya. SQ juga
berarti kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi makna pada apa
yang di hadapi dalam kehidupan. SQ merupakan sumber bimbingan atau
pengarahan bagi dua kecerdasan lainnya (IQ dan EQ).
Keempat, Kecerdasan transendental (Trancendental Quotient
= TQ). artinya menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian, sukar dipahami, gaib, abstrak. TQ bisa dikatakan sebagai kecerdasan ruhaniah/ilahiyah, yang
erat kaitannya dengan kemampuan seseorang memaknai hidup dan
kehidupannya dalam perspektif agama. TQ merupakan pengembangan dari
kecerdasan spiritual, yang mempunyai konsep visioner jauh ke depan
dengan pertanyaan, "Siapakah aku, darimana aku (berasal), dan mau ke
mana nanti aku (setelah mati)
Orang yang cerdas itu dan orang yang bodoh itu telah ditegaskan oleh Nabi
Muhammad :
“Al kayyisu man daana
nafsahu wal amila limaa ba’dal mauut. Wal aajizu man atba’a nafsahu
hawaaha watamanna alaulooh.” Artinya : orang yang cerdas adalah orang
yang mengkoreksi dirinya dan beramal sebagai bekal setelah mati. Orang
yang lemah (bodoh) ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan
berangan-angan kepada Allah (dosanya akan diampuni tanpa bertaubat).
Dari
hadis diatas itu ada tiga hal pokok yang dapat diambil suatu kesimpulan,
Pertama bahwa orang yang cerdas adalah
orang yang selalu mampu mengkoreksi dirinya. Ia pandai melihat kekurangannya.
Kelemahan yang ada pada dirinya lalu ia perbaiki. Ia selalu
berintrospeksi diri.
Jika ada
orang yang mengingatkan dirinya maka ia tak malu untuk menerima kritikan
itu. Saran dari orang lain ia jadikan sebagai pembelajaran. Dengan
kemauannya menerim saran maka kekurangannya selama ini bisa tertutupi.
Sedikit demi sedikit ia menuju kesempurnaan.
Sebaliknya
orang yang bodoh ialah orang yang suka mengikuti hawa nafsunya. Padahah
hawa nafsu itu berasal dari syetan. Adapun setan sudah barang tentu
perintah pada kejelekan. Jadi, tingkah laku orang yang bodoh ialah
selalu mengerjakan kejelekan dan kejelekan. Celakanya lagi ia
beranggapan Tuhan akan mengampuni semua dosa-dosanya tanpa jalan
bertaubat. Sungguh suatu anggapan.
Para ahli neurology kemudian menemukan bahwa ada bagian otak manusia
yang mampu menyerap kejadian spiritual, menyadari kehadiran Alloh SWT
serta memaknai kehidupan.
Dengan memahami secara wajar dalam alam
sadar bahwa arti kematian adalah perpindahan ruang dan waktu dari alam
dunia menuju tahap kehidupan selanjutnya (alam kubur) yang dialami
setiap insan ciptaan Alloh SWT, maka akan menumbuhkan motivasi untuk
mempersiapkan diri demi mendapatkan kenyamanan dan menghindari
penderitaan pada masa yang akan datang. Cerdas adalah satu kata yang boleh dikatakan memiliki makna yang cukup
tinggi bagi seseorang yang yang cara berpikirnya mampu membaca situasi
Kemampuan berfikir orang cerdas
sangatlah cepat, sehingga ia sangat mudah mengerti, memahami, dan
menangkap maksud dari suatu kondisi atau keadaan. Menurut, Kamus Besar
Bahasa Indonesia 2001, salah satu arti kata cerdas adalah tajam fikiran. Orang cerdas tidak terpaku pada teori namun lebih terhadap pemahaman konsep