Friday, May 15, 2020

Berpikir Ilmiah



     Kali ini kuliah terakhir di bulan Ramadhon untuk Mata Kuliah Filsafat Ilmu pertemuan ke 11 akan membahas dengan pokok bahasan;

Berpikir Ilmiah
      
    Untuk menghasilkan ilmu pengetahuan, seorang manusia haruslah menggunakan akal yang sehat yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita semua, akal punya kedudukan yang tinggi diantara semua mahluk hidup untuk memilih yang benar dan salah lewat ukuran norma, agama, negara dan ataupun adat istiadat.
      Tentunya norma ini ada sudah tetap dan menjadi dokrin yang harus dilaksanakan, yaitu menjalani norma agama mutelak harus dikerjakan karena berdampak pada dosa, sedangkan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan tataaturan sosial itu hanya hasil buah pikiran manusia.
    Maka untuk itulah, berfikir dimaknai dengan sebuah proses yang menghasilkan pengetahuan. Dan proses berfikir sering disandingkan dengan kata ilmiah, lalu apa itu ilmiah? menurut penulis, arti dari ilmiah adalah segala sesuatu yang bersifat keilmuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari berpikir ilmiah adalah sebuah proses berfikir manusia yang menghasilkan pengetahuan atau keilmuan. Untuk itulah manusia memerlukan sarana yang dapat menunjang pribadinya untuk dapat berfikir secara ilmiah.
   Berpikir ilmiah yaitu meliputi sebagai berikut:
  1. Memilah- milah pokok permasalahannya
  2. Berusaha meringkas penjelasannya
  3. Melakukan penyusunan terhadap dugaan sementara dari pokok persoalan yang ada
  4. Melakukan proses percobaan terhadap dugaan sementara tersebut.
  5. Kemudian yang harus kita lakukan pada tahap ini yaitu proses pengolahan data eksperimen yang sudah pernah kita lakukan sebelumnya dalam bentuk pernyataan akhir (kesimpulan)
  6. Lalu otomatis point yang keenam ini yaitu kita harus melakukan sebuah eksperimen dari konklusi yang sudah dihasilkan tersebut.
    Kesemua langkah–langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat atau sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang dilakukan mendapatkan hasil yang baik.

Sarana Berpikir ilmiah

    Kutipan dari mahasiswa prodi paud IAIN Jember, bahwa untuk mencapai proses berpikir ilmiah manusia membutuhkan sarana penunjang, sarana tersebut yaitu meliputi 3 unsur:

1. Bahasa.

    Bahasa merupakan alat komunikasi lisan maupun tulisan yang dipakai dalam proses berfikir ilmiah. Fungsi dari bahasa ini  sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial antar sesama.

    Adapun ciri-ciri dari bahasa yaitu, informatif artinya bahasa tersebut mengandung informasi, pesan yang disampaikan dari komunikator kepada komunikan. Ciri yang ke dua yaitu reproduktif artinya apa yang telah disampaikan pembicara atau penulis sama dengan info yang diterima oleh pembaca dan penulis. Ciri yang ke tiga yaitu objektif artinya dalam struktur ilmiah bahasa yang mengikuti kaidah kebahasaan dan haruslah mengungkapkan fakta dan pemikiran sesungguhnya.

2. logika. 

    Logika adalah sarana berpikir ilmiah yang sistematik dan dapat dipertanggungjawabkan, dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan antara penalaran yang benar dan penalaran yang salah.

3. Definisi. 

    Artinya bahwa definisi merupakan penjelasan atau definisi yang memiliki peran dalam proses berfikir manusia.

     Dari penjelasan ini maka dapat memahami bahwa manusia dikatakan berfikir ilmiah apabila telah melewati tahap-tahapan tertentu, yaitu misalnya dimulai dari merumuskan masalah, memilih teori atau metode dalam menyelesaikan masalah, memperkuat dasar pengetahuan dengan studi literatur kemudian di uji dengan hipotesa dan untuk akhir yaitu menyimpulkan.

   Untuk itulah sebagai kuliah terakhir di bulan Ramadhon ini coba buatlah sebuah karya tulis singkat padat dan jelas dengan jumlah kata maksimal 4000 karakter, bisa dikatakan Ilmiah apabila telah melewati tahapan tersebut diatas, kemudian  dipublikasikan pada kolom komentar.

Judulnya;

Bahaya Internet bagi Remaja dibulan Suci Ramadhon
 
Isinya;
1. Latarbelakangnya
2. Rumusan masalahnya
3. Tujuan Penulisanya
4. Penunjang teorinya
4. Kesimpulanya

Catatan;
Judulnya sama tapi redaksi harus berbeda


Lebih jelasnya

tentang

Berfikir Ilmiah

 Manusia merupakan bagian dari makhluk Allah yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya, perbedaannya yang paling menonjol adalah manusia dianugerahi akal, sedangkan makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan tidak memilikinya. Hewan mereka mampu berpikir tapi punya keterbatasan tanpa perkembangan contohnya daging dan rumput disajikan kepada hewan kambing pasti akan memilih rumput, manusia cara berpikirnya lebih dari itu yaitu rumputnya dipilih yang mengandung obat herbal sehingga perbedaan utama antara manusia dan hewan terletak pada kemampuan berpikir dengan memilih yang lebih baik yaitu dengan menggunakan akal.

Akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan mana yang salah dan mana yang benar, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat, lebih jauh dari itu manusia bisa menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat tergantung pada luas pengalaman dan tingkat pendidikan, baik formal, non formal maupun informal dari manusia sebagai pemiliknya. Jadi, akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah sudah sesuai benar atau salah.

Manusia punya akal untuk berpikir, menggunakan akal berarti menjalankan pikirannya dalam rangka mencapai tujuan apa yang dikehendakinya. Berfikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Pada waktu memecahkan masalah itulah manusia akan menggunakan pikiranya lewat analisa walaupun sederhana, misalnya untuk memenuhi rasa lapar maka akan mencari, memilih atau membuat makanan yang sesuai dengan seleranya. 

Berpikirnya manusia akan terus berjalan usia dan peradabanya, karena manusia pada dasarnya selalu merasa senang dengan perubahan yang terjadi pada dirinya maupun yang lain diluar dirinya, perubahan apapun bisa menunjukan  perubahan dengan cara berpikir ilmiah.

Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah–langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur dan menarik kesimpulan dari sesuatu dipandang memiliki nilai ilmu pengetahuan.

Untuk menghasilkan ilmu pengetahuan, seorang manusia haruslah menggunakan pikiran yang telah dianugerahkan oleh Sang Maha Pencipta. Untuk itulah, berfikir dimaknai dengan sebuah proses yang menghasilkan pengetahuan. Dan proses berfikir sering disandingkan dengan kata ilmiah, lalu apa itu ilmiah? 

Arti dari ilmiah adalah segala sesuatu yang bersifat keilmuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari berpikir ilmiah adalah sebuah proses berfikir manusia yang menghasilkan pengetahuan atau keilmuan. Untuk itulah manusia memerlukan sarana yang dapat menunjang pribadinya untuk dapat berfikir secara ilmiah.

Kesemua langkah–langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat atau sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.

 

Sarana-sarana Berpikir ilmiah

Untuk mencapai proses berpikir ilmiah manusia membutuhkan sarana-sarana penunjang, sarana-sarana tersebut yaitu meliputi 3 unsur:

1. Bahasa.

Bahasa merupakan alat komunikasi lisan maupun tulisan yang dipakai dalam proses berfikir ilmiah. Fungsi dari bahasa ini yaitu sebagai alat komunikasi dan interaksi antar sesama.

Adapun ciri-ciri dari bahasa yaitu, informatif artinya bahasa tersebut mengandung informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan, contohnya, Hari senin, tidak ada upacara bendera, karena upacara bendera di laksanakan hari selasa, bertepatan dengan perayaan hari kartini. Ciri yang ke dua yaitu reproduktif artinya apa yang telah disampaikan pembicara atau penulis sama dengan info yang diterima oleh pembaca dan penulis, contohnya, Hallo, Selamat Datang di Pendidikanmu.com, sebuah web tentang seputar pendidikan secara lengkap dan akurat. Saat ini admin pendidikanmu mau berbincang-bincang berhubungan dengan materi Karya Ilmiah? Admin pendidikanmu akan berbincang-bincang secara detail materi ini, antara lain: pengertian, bentuk, struktur, jenis, ciri dan syarat. Ciri yang ke tiga yaitu objektif artinya dalam struktur ilmiah bahasa haruslah mengungkapkan fakta dan pemikiran sesungguhnya, contohnya ibu kota negara Indonesia adala DKI Jakarta

2. logika. 

Logika adalah sarana berpikir ilmiah yang sistematik dan dapat dipertanggungjawabkan, dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan antara penalaran yang benar dan penalaran yang salah. logika sekedar menunjukkan adanya kekeliruan didalam rantai proses pemikiran sehingga kekeliruan itu dapat dielakkan, maka hakekat dari logika dapat pula disebut sebagai teknik berpikir.

3. Definisi. 

Artinya bahwa definisi merupakan penjelasan atau definisi yang memiliki peran dalam proses berfikir manusia.

Dari penjelasan ini maka kita dapat memahami bahwa manusia dikatakan berfikir ilmiah apabila telah melewati tahap-tahapan tertentu, yaitu misalnya dimulai dari merumuskan masalah, memilih teori atau metode dalam menyelesaikan masalah, memperkuat dasar pengetahuan dengan studi literatur kemudian di uji dengan hipotesa dan untuk akhir yaitu menyimpulkan.









Thursday, May 14, 2020

Mengajar


       Hari ini Jum'at tanggal 15 Mei 2020 minggu terakhir kuliah daring bulan Ramadhon Mata Kuliah Psikologi Pendidikan, saya berharap kepada mahasiswa semester VI tidak hanya melihat narasinya saja melainkan membahas dengan mencari sandingan pemikiran dari para ahli pendidikan, kali ini akan membahas tentang;
 
Mengajar

     Bagi yang pemula mengajar, Ketika pertama kali bertemu dan berhadapan dengan para murid di kelas. Jika kalian kurang terbiasa menghadapi banyak orang dan harus berperilaku secara formal di hadapan mereka, maka terkadangakan timbul perasaan yang membuatmu tidak cukup tenang untuk masuk kelas walaupun hanya sekedar ‘Say hello’ kepada para siswa. Pandangan mereka terhadap statusmu sebagai seorang pengajar pasti akan mempengaruhi rasa hormat dan segan kepadamu. Kondisi ini perlu diatasi oleh seorang guru pemula karena disini akan ada penurunan mental yang akhirnya akan membuat segala yang sudah disiapkan akan hilang semua.
         Salah satu hal yang paling pertama harus dilakukan adalah perlu melakukan pengamatan atau observasi di kelas yang menjadi bagianmu. Di sana, selama proses  pengamatan atau observasi akan menemukan masalah-masalah atau membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi saat mengajar setelah melihat kondisi kelas.

Menurut para ahli, mengajar merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan serta agama kepada siswa. Arifin seorang penyusun buku metode mengajar (1978), mendefinisikan bahwa mengajar sebagai “suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Sedangkan Tyson dan Caroll (1970)  Teaching is Secondary School. Boston: Houghton. Menyimpulkan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.

Kemudian Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.

Dari ketiga pendapat para ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa pengertian mengajar yaitu proses dimana suatu kegiatan yang menimbulkan dan melibatkan perilaku baik itu siswa maupun pendidik. akan tetapi pengertian tersebut belum mengedepankan metode, tehnik dan gaya mengajar.

Selama ini menurut pengamatan penulis bahwa mengajar itu hanyalah sebatas membawa bahan ajar yang akan disampaikan kepada muridnya, setelah selesai mengajar maka selesailah sudah semuanya, bagaimana pendapatmu semua sebagai seorang praktisi ngajar, benarkah itu?

Bagaimana dengan tanggapamu terhadap mengajar bagi pemula seorang guru dan persiapan apa saja agar tidak terjadi penurunan mental bahkan mungkin bisa terjadi depresi sehingga kalau dipaksakan maka penyampaian materi ajar tidak akan sempurna. ambilah pendapat para ahli yang bisa menyertai pemikiranmu.


Catatan;

Kuliah ini adalah pertemuan yang ke 8, bagi punya pemikiran cerdas akan terlihat pada ungkapan tanggapan pada kolom komentar sebagai bukti ikut kuliah hari ini.




Penjelasan lebih luas

tentang

Mengajar


2. Mengajar

Kata “teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris kuno, yaitu “taecan”. Kata tersebut berasal dari bahasa Jerman kuno (Old Teuteni), yaitu “taikjan” yang berasal dari kata dasar “teik”, yang berarti memperlihatkan, itu adalah penelusuran asal dari kata mengajar, dengan perbandingan asal usul kata dari berbagai bahasa ini akan menjadi perluasan ilmu, sehingga apabila difahami akan membuka pikiran bahwa mengajar ini memang membuka dan memperlihatkan sesuatu tentang ilmu yang harus disampaikan kepada murid.

Secara deskriptis, mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan oleh guru kepada peserta didik. Proses penyampaian tersebut sering dianggap sebagai proses transfer pengetahuan (transfer of knowledge), pemindahan yang disengaja agar pengetahuan itu sampai kepada muridnya tidak mudah seperti membalikan tangan, akan tetapi perlu pula mengedepankan metode, tehnik dan gaya mengajar.

Istilah mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar adalah tindakan kegiatan seorang guru dalam memberikan pesan berupa materi ajar baik tindakan kegiatan itu berada didalam kelas maupun diluar kelas. Disamping itu, mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik.

Menurut pengertian tersebut, mengajar mempunyai arti bahwa belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian semacam ini dapat membuat suatu kecendrungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya. Guru menyampaikan pengetahuan, agar anak didik mengetahui tentang pengetahuan yang disampaikan oleh guru.

Agar pemahaman mengajar jangan diartikan sempit seperti hanya menyampaikan bahan ajar saja, maka pengertian mengajar diperluas, maka mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Pengertian mengajar seperti ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar itu adalah menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan adalah siswanya, dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah. Guru dalam hal ini adalah membimbing. 

Mengajar merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Arifin (1978) mendefinisikan mengajar sebagai “suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Tyson dan Caroll (1970) menyimpulkan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.

Sedangkan Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Dari ketiga pendapat para ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa pengertian mengajar yaitu proses dimana suatu kegiatan yang menimbulkan dan melibatkan perilaku baik itu siswa maupun pendidik.

Jika demikian pengertiannya maka Tujuan seorang guru dalam mengajar adalah untuk menanamkan pengetahuan, nilai, ketrampilan kepada peserta didik melalui kegiatan belajar untuk menambah peserta didik dalam menjawab tantangan hidupnya secara efektif dan efisien.

 

B.  Pandangan Mengajar


1.  Mengajar sebagai Ilmu

Sebagian ahli memandang mengajar sebagai ilmu (science). Oleh karena itu, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki profisiensi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakuan tugas mengajar. Siapa pun, asal memiliki profesiensi dalam bidang ilmu pendidikan akan mampu melakukan perbuatan mengajar dengan baik. Seorang pakar psikologi pendidikan J.M. Stephens, berpendapat bahwa seorang yang profesional seharusnya memiliki keyakinan yang mendalam terhadap ilmu yang berhubungan dengan proses kependidikan yang dapat menyelesaikan masalah-masalah besar. Oleh sebab itu, untuk memahami sekaligus menerapkan sebauah teori proses mengajar, guru hendaknya pandai-pandai menyimpan perasaan dan harapan emosional dalam tempat penyimpanan yang dingin.

2.  Mengajar sebagai Seni

Sebagian ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah seni (art), bukan ilmu. Oleh karenanya, tidak semua orang berilmu ( termasuk orang yang berilmu pendidikan) bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar. Memang sulit disangkal bahwa untuk menjadi guru yang profesional orang harus belajar dan berlatih di lingkungan instansi pendidikan keguruan selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, seorang pakar yang “mumpuni” dalam sebuah bidang studi misalnya bidang studi agama dan bahkan telah memiliki pengetahuan keguruan yang cukup, belum tentu mahir mengajar agama kepada orang lain. Tetapi sebaliknya ada pula seorang pengajar diniyah yang hanya berpredikat santri biasa dan tak pernah mengikuti sekolah keguruan tetapai ternyata berhasil menjadi guru agama yang baik. Berdasarkan contoh tesebut, maka cukup kuatlah eksistensi aliran yang memandang bahwa mengajar adalah seni dan kecakapan yang notabene artistik itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang memang berbakat.

 

C.  Model dan Metode Mengajar


1.  Model Mengajar

Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar yang di rekayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran. Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar. Dalam sebuah model mengajar biasanya terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang relatif tetap dan pasti untuk menyampaikan materi pelajaran secara berurutan. Oleh karena itu, sebuah model mengajar dapat dianggap sebagai teori mini yang bersifat mekanis dalam arti berjalan secara tetap seperti mesin. Bruce Joyce dan Marsha Well mengatagorikan model belajar sebagai berikut:

a.  Model information processing (tahapan pengolahan informasi)

Inforrmation processing adalah sebuah istilah kunci dalam psikologi kognitif yang akhir-akhir ini semakin mendominasi sebagian besar upaya riset dan pembahasan psikologi pendidikan. Information processing sebagai sebuah rumpun model-model mengajar yang perlu dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi seoptimal mungkin.

b.  Model personal (pengembangan pribadi)

Rumpun model personal pada umumnya berorientasi peada pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosionalnya. Dengan menggunakan model ini diharapkan proses belajar mengajar dapat menolong siswa dalam mengembangkan sendiri hubungan yang produktif dengan lingkungannya.

c. Model sosial (hubungan bermasyarakat)

Model sosial adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan pada proses interaksi antarindividu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Oleh karena itu, rumpun model ini lazim juga disebut sebagai interactive model (model yang bersifat antar individu). Salah satu model yang mengutamakan interaksi antara siswa dalam situasi berdemokrasi itu adalah model mengajar role playing (bermain peran).

d.  Model behavioral (pengembangan perilaku)

Rumpun model pengembangan perilaku (behavioral) direkayasa atas dasar kerangka teoro perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar dan mengajar. Dalam rumpun model mengajar behavioral terdapat banyak model belajar salah satunya ialah model belajar tuntas (mastery learning).

2.  Metode Mengajar

Metode mengajar yaitu terdiri atas metode-metode ceramah, diskusi, demonstrasi, dan ceramah plus (CP).

a. Metode ceramah

Metode ceramah atau kuliah (lecture method) adalah sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah (one way communication). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan disamping itu, metode ini juga dipandang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa. Namun demikian, dari kenyataan sehari-hari ditemukan beberapa kelemahan metode ceramah tersebut.

b.  Metode diskusi

Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving). Aplikasi metode diskusi  biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok.

c.  Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium, dan lain-lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi purposes.

d.  Metode ceramah plus

Meskipun metode ceramah sering dianggap biang keladi yang menimbulkan penyakit “verbalisme” dan budaya “bungkam” di kalangan pelajar, namun kenyataannya metode tersebut masih populer di mana-mana. Hanya saja, sebelum metode itu digunakan guru tentu perlu melakukan modifikasi atau penyesuaian seperlunya. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memodifikasi atau menyesuaikan metode ceramah, antara lain ialah dengan kiat pemaduan (kombinasi) antara metode tersebut dengan metode-metode lainnya. Dari kiat pemaduan (kombinasi) antara metode tersebut dengan ragam metode ceramah baru yang berbeda dari aslinya, atau sebut saja “metode ceramah plus”. Metode ceramah plus tersebut dapat terdiri atas banyak metode campuran.

 

D. Psikologi Mengajar

Biggs (1991), seorang pakar psikologi, membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian, yaitu sebagai berikut:

1.   Pengertian kuantitatif, dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yaitu penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa, bukan tanggung jawab pengajar.

2.   Pengertian institusional yaitu mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.

3.   Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.

 Psikologi Mengajar. M. Arifin, sebagaimana dikemukakan oleh Ramayulis merumuskan pengertian mengajar adalah sebagai suatu kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada pelajar agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Mengajar mengandung tujuan agar pelajar dapat memperoleh pengetahuan yang kemudian dapat mengembangkan dengan pengembangan pengetahuan itu pelajar mengalami perubahan tingkah laku. Bahan pelajaran yang disampaikan berproses melalui metode tertentu, sehingga dengan metode yang digunakan tujuan pengajaran dapat tercapai.

 

 


Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22

  Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22 Tulislah identitasmu;    Nama                  :   .................................. So...