Wednesday, September 30, 2020

Kapita Selekta tentang Metode Ilmiah

 

 

 Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis melalui bukti fisis. Pada ilmu fisika, metode ilmiah memastikan didapatkannya suatu kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti dan tersusun secara sistematis. Jika tidak dilakukan metode ilmiah maka eksperimen-eksperimen yang dilakukan akan meragukan dan tidak dapat ditetapkan hukum atau rumus yang jelas akan terjadinya suatu fenomena fisis.

 Unsur-unsur Metode Ilmiah

1.Karakterisasi

Karakterisasi artinya perwatakan yang bersifat khas. Dalam Metode ilmiah karakterisasi itu ingin mengetahui fisis atau physical dengan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan milik subjek yang diteliti dengan pengamatan dan pengukuran, contoh fisis adalah adanya perubahan suatu sifat benda, yaitu es pada kepanasan tertentu akan berubah menjadi cair, begitu juga sebaliknya benda cair akan membeku pada derajad dibawah 0 derajad.

Ada lima karakteristik dalam menulis metode ilmiah :

  1. Bersifat kritis, analitis, yang dimana artinya metode ini menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
  2. Bersifat logis, yang dimana artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah,  kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia.
  3. Bersifat obyektif, yang artinya dapat dicontoh oleh ilmuan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
  4. Bersifat konseptual, yang dimana artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
  5. Bersifat empiris, yang artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta dilapangan

 

2.Hipotesis

Hipotesis untuk perubahan suatu benda adalah dugaan teoritis sementara yang menjelaskan hasil pengukuran, contohnya perubahan benda cair menjadi es dan sebaliknya. Hipotesis untuk perubahan sikap dan perilaku adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih praduga karena masih harus diverifikasi.

Hipotesis ilmiah ialah ketika mencoba untuk mengungkapkan jawaban untuk masalah diselidiki. Dalam upaya untuk membuktikan hipotesis, peneliti dapat melihat dan mengamati dengan data dan fakta yang ada yang sengaja menyebabkan atau membuat timbulnya gejala. Untuk membuat timbulnya gejala ini harus dengan Percobaan atau eksperimen. Sesudah itu Hipotesis telah diverifikasi melalui percobaan maka akan disebut teori.

 

3.Prediksi

Deduksi logis dari hipotesis. Contohnya es akan mencair dengan sendirinya bila ada didaerah dingin dengan suhu 0 derajad

 

4.Eksperimen

Pengujian atas hubungan karakterisasi dengan prediksi dan hipotesis

 

5.Evaluasi dan pengulangan

Penilaian atas ketepatan hipotesis dan prediksi berdasar hasil yang didapat saat eksperimen, dan pengulangan pada tahap-tahap tertentu apabila tidak didapatkan hasil yang sesuai.

 

6.Kriteria Metode Ilmiah

 

a.Berdasarkan fakta

Analisis dan pengambilan kesimpulan yang dilakukan harus didasari pada fakta-fakta yang nyata terjadi, bukan dari opini-opini peneliti saja.

 

b.Bebas dari prasangka

Saat melakukan eksperimen, peneliti tidak boleh memiliki prasangka. Peneliti boleh memiliki hipotesis, namun eksperimen harus dijalankan secara objektif meskipun diperkirakan hasil tidak sesuai hipotesis.

 

c.Menggunakan prinsip-prinsip analisis

Penarikan kesimpulan berdasar metode ilmiah harus menggunakan prinsip-prinsip analisis. Hal ini mengartikan dibutuhkannya kejelasan urutan berpikir dan kejadian dalam menjelaskan suatu fenomena fisika. Komponen-komponen permasalahan dan hubungan diantaranya harus diketahui dengan jelas dan dapat dijelaskan secara runut.

 

d.Perumusan Masalah atau pembuatan hipotesis

Metode ilmiah melibatkan suatu perumusan masalah yang diteliti atau hipotesis penjelasan atas terjadinya suatu fenomena.

 

e.Menggunakan ukuran objektif

 Hasil eksperimen harus diukur dengan suatu ukuran yang objektif, bukan subjektif. Hal ini ditujukan agar hasil eksperimen dipahami dengan mudah oleh setiap orang, dan seminimal mungkin dipengaruhi subjektivitas peneliti. Contoh ukuran objektif adalah satuan-satuan internasional seperti meter untuk mengukur panjang, dan kilogram untuk mengukur massa. Contoh ukuran subjektif adalah ukuran yang relatif terhadap benda yang tidak pasti ukurannya, seperti sejengkal, semata kaki, dan lain-lain.

 

f.Menggunakan teknik kuantitatif, atau ditambahkan kualitatif

Teknik kuantitatif dengan ukuran yang objektif akan memberikan hasil yang dapat dimengerti secara universal dan minim subjektivitas peneliti. Namun, dapat juga digunakan teknik kualitatif apabila hasil yang didapatkan sulit dideskripsikan dengan suatu ketentuan kuantitatif. Contohnya, pertumbuhan tanaman dinyatakan secara kuantitatif (misal: tumbuh 10 cm dalam 5 hari) dan perkembangannya dinyatakan secara kualitatif (misal: tumbuh bunga dalam 5 hari).

 

7.Karakteristik Metode Ilmiah

a.Bersifat kritis dan analitis

Metode ilmiah berarti peneliti dengan rinci melakukan observasi dan eksperimen untuk mendapatkan hasil yang relevan dan akurat.

b.Bersifat logis

Metode ilmiah berarti langkah-langkah yang dilakukan peneliti dapat dijelaskan dengan logis, bukan berdasar firasat atau hal lain yang tidak dapat dijelaskan dengan logika.

c.Bersifat obyektif

Hasil-hasil yang didapat harus merupakan hasil yang objektif, artinya hasil itu tidak eksklusif hanya bisa dilakukan oleh peneliti dan bukan merupakan hasil rekayasa.

d.Bersifat empiris

Hasil didapatkan dari kejadian nyata yang benar-benar terjadi, bukan karangan atau berbasis hanya dari opini peneliti sendiri atau orang lain.

e.Bersifat konseptual

Berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep suatu fenomena. Penelitian bukan terbatas hanya pada fakta-fakta yang dapat dirasakan atau dilihat secara nyata, tetapi juga penjelasan konsep bagaimana fakta-fakta tersebut terjadi dan kaitan diantaranya.

 

8.Langkah-langkah Metode Ilmiah

a.Observasi Awal

Peneliti mengamati keadaan awal dari objek penelitian. Pada kegiatan ini dilakukan karakterisasi objek dan analisis terhadap sifat-sifatnya.

b.Identifikasi Masalah

Menemukan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian.

 

9.Perumusan hipotesis

Membuat rumusan awal yang menjelaskan permasalahan yang ingin diangkat. Hipotesis bersifat sementara karena belum adanya hasil objektif dari eksperimen, oleh karena itu hipotesis tidak bisa dijadikan kesimpulan hasil penelitian ilmiah.

 

10.Eksperimen

Percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menganalisis permasalahan yang ingin diidentifikasi. Eksperimen yang umum dilakukan adalah rekayasa penciptaan ulang permasalahan, dengan kata lain peneliti meniru proses terjadinya permasalahan yang diteliti. Pada eksperimen variabel-variabel yang berpengaruh pada proses fisis dikendalikan sebaik mungkin, sehingga peneliti benar-benar mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh pada hasil eksperimen tersebut.

 

11.Analisis Hasil

Peneliti melakukan analisis terhadap hasil eksperimen. Analisis ini dikembangkan dari rumusan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, terutama apakah hipotesis yang dibuat dapat menjelaskan fenomena permasalahan yang terjadi atau tidak. Jika terdapat hubungan yang jelas atau kesesuaian antara hasil eksperimen dengan hipotesis, maka hasil analisis dapat dijadikan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Jika tidak, maka dilakukan pengulangan langkah-langkah sebelumnya. Pengulangan dapat dilakukan dari tahapan perumusan hipotesis atau dari tahap eksperimen.

 

12.Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan menjadi penutup dari langkah-langkah penelitian dengan metode ilmiah. Setelah hasil dianalisis dan dihubungkan dengan hipotesis, peneliti dapat menarik kesimpulan yang menjelaskan hubungan-hubungan tersebut dengan singkat. Kesimpulan sejatinya dibuat dengan jelas dan padat, menggambarkan inti dari eksperimen dan tidak keluar dari eksperimen yang dilakukan

 

 

Tugas:

  1. Metode Ilmiah dengan contoh diatas didasarkan pada perubahan benda, sekarang buatkan contoh dari mulai karakterisasi hingga menarik kesimpulan tentan metode ilmiah penelitian mengenai bagaimana pengaruh yang terjadi perubahan sikap dan perilaku bila sekelompok siswa sudah diberikan pelajaran pendidikan islam 
  2. terjadi penambahan pertukaran barang sejenis pakai jangka waktu 1 bulan mengapa disebut riba
  3. bagaimana cara menganlisa tentang peranan Guru Matematika dapat mencerdakan anak kelas 1 Madrasah ibtidaiah  

Bimbingan dan konseling tentangTeknik Umum Konseling

 

 

Teknik Umum Konseling

Menurut Ahmad Sudrajat           

Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh Guru BP. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum, diantaranya:

 

A.Attending

 

Kata Attending, artinya;

-     Menghadiri

-     Mengikuti

-     Mengurus

-     Pergi

-     Melayani

-     merawat

 

Attending adalah bagaimana seorang guru BP atau Guru BP menyiapkan diri (keluar dari sifat asli yang ada pada dirinya menjadi seorang yang bijak), bersikap (menjadi seorang yang cinta kepada sesamanya atau sesama makhluknya), berperilaku (perilaku ini mengikutu keadaan mental, tergantung otak dalam mengedalikan ototnya), menjadi seorang pendengar (diam sejenak mendengar keluhan yang terjadi pada dirinya sambil mencari cara bagaimana seorang guru BP memberikan  jawabanya yang tepat), memberikan perhatian kepada siswa sehingga siswa merasa aman, nyaman, diperhatikan oleh guru BP.

Attending bisa juga meliputi : menyiapkan tempat, menyiapkan siswa, menyiapkan diri i sebagai seorang guru BP atau Guru BP, mengikuti secara personal, mengamati dan mendengarkan.

Persiapan

 

1.Attending : Menata tempat

- Cukup luas

- Terang / cukup cahaya

- Tenang, tak terganggu lalu lalang

- Ada dekorasi, warna teduh tidak mencolok atau menakutkan siswa

- Kursi menyamping, tanpa meja

- Jika ada meja, diusahakan tidak mengganggu keeratan hubungan (proxemics).

 

2.Attending : Menyiapkan siswa

Kesediaan siswa  untuk terlibat dalam pembicaraan, sangat ditentukan oleh kesan pertama tentang guru BP. Menyiapkan konseli meliputi :

- Menyapa secara ramah.

- Menjelaskan tujuan relasi (hubungan konseling).

- Memberikan informasi tentang hal - hal yang diperlukan siswa, selama mendapatkan bantuan.

- Siswa menyatakan kesiapan untuk membantu.

- Mengungkap alasan siswa akan perlunya bantuan.

 

3.Attending : guru BP menyiapkan diri

Bukan hanya siswa yang disiapkan, melainkan Guru BP pun perlu menyiapkan diri sebelum konseling mulai. Persiapan meliputi :

Keluar  dari sifat asli seorang yang ada pada dirinya menjadi seorang yang bijak

Menenangkan diri agar tidak tegang atau merasa “tidak enak”

Mempelajari kembali tujuan pertemuan dengan konseli

Mempelajari informasi awal tentang konseli, dari catatan yang ada atau sumber-sumber lain. (Jangan sampai ada kesan pada konseli bahwa Guru BP tidak tahu sama sekali tentang konseli karena memberikan kesan ketidaksunguhan Guru BP).

 

4.Attending secara personal : Guru BP menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh kepada konseli, sehingga konseli terundang untuk memberikan respon yang wajar. Attending ini dinyatakan dalam perilaku Guru BP sbb :

Menghadapkan badan kepada konseli dengan sedikit agak membungkuk.

Posisi tangan berada dipangkuan secara rileks.

Mata menatap konseli (eye contact)

Dengan cara ini, Guru BP dapat mengamati konseli sepenuhnya.

 

5.Attending : Keterampilan Mengamati

Guru BP dapat memahami konseli dengan mengamati profilnya. Karena itu, keterampilan mengamati sangat penting bagi Guru BP. Spektrum pengamatan :

Observasi fisik : untuk mengetahui energi fisik siswa. Misal : bobot badan, postur tubuh, kerapihan, kebersihan.

Observasi emosional : untuk mengetahui perasaan siswa, dari mimik muka, tindak-tanduk, nada suara.

Observasi intelektual : untuk mengetahui kesiapan siswa untuk terlibat dalam proses konseling. Misal dari ekspresi muka, tindak-tanduk, respons verbal dan nonverbal.

Perlu diperhatikan !

Dalam mengamati siswa perlu diperhatikan : apakah ucapannya sesuai dengan tingkah laku dan mimik mukanya, atau terdapat “inkongruensi” antara ucapan dan perbuatan / mimik.

 

Contoh :

Siswa berkata : “Saya bahagia”.

Tetapi mukanya kusam sambil menundukkan kepala.

ada Inkongruensis atau ketidaksesuaian antara ekspresi wajah dengan kenyataan menunjukkan siswa ada dalam situasi “gawat” dan merupakan pertanda bahwa ada sesuatu yang “tidak beres” pada dirinya sehingga ia tidak jujur.

 

6.Attending : Mendengarkan

Dengan mendengarkan apa yang dikatakan konseli, Guru BP dapat memahami konseli lebih dalam. Mendengar dalam konseling bukan hanya menankap isinya, melainkan memperhatikan:

Ucapan / kata-katanya : untuk mengetahui isi / pesannya.

Nada / tekanan suaranya : untuk memahami perasaannya.

Cara berbicaranya, apakah tegas atau lemah lembut : untuk mengetahui energi dan suasana hatinya.

 

Praktek Pelaksanaan Attending

 

1.Perilaku Attending

 

Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri siswa yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat :

a.Meningkatkan harga diri siswa.

b.Menciptakan suasana yang aman

c.Mempermudah ekspresi perasaan siswa dengan bebas.

 

Contoh perilaku attending yang baik :

  Kepala : melakukan anggukan jika setuju

 Ekspresi wajah: tenang, ceria, senyum

 Posisi tubuh : agak condong ke arah siswa, jarak antara Guru BP dengan siswa agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.

 Tangan: variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.

  Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan siswa hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.

 Contoh perilaku attending yang tidak baik :

   Kepala   : kaku

  Muka    : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat siswa sedang bicara, mata melotot.

  Posisi tubuh  : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan siswa menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.

                                                  Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan siswa berfikir dan berbicara.

    Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.

 

2.Empati

 

Empati ialah kemampuan Guru BP untuk merasakan apa yang dirasakan siswa, merasa dan berfikir bersama siswa dan bukan untuk atau tentang siswa. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.

Terdapat dua macam empati, yaitu :

Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan siswa, dengan tujuan agar siswa dapat terlibat dan terbuka.Contoh ungkapan empati primer :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”. ” Saya dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.

Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman Guru BP terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman siswa lebih mendalam dan menyentuh siswa karena Guru BP ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan Guru BP tersebut membuat siswa tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.

Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.

 

3.Refleksi

 

Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada siswa tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :

Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan siswa sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal siswa. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan adalah ….”

Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat siswa sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal siswa.Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan…”

Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman siswa sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal siswa. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan suatu…”

 

4.Eksplorasi

 

Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman siswa. Hal ini penting dilakukan karena banyak siswa menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan siswa untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :

Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan siswa yang tersimpan. Contoh :” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan ….”

Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat siswa. Contoh : ” Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja”.

Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman siswa. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang kamu lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan mu”

 

5. Menangkap Pesan (Paraphrasing)

 

Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi ungkapan siswa dengan teliti mendengarkan pesan utama siswa, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons siswa terhadap Guru BP.

Tujuan paraphrasing adalah :

(1)untuk mengatakan kembali kepada siswa bahwa Guru BP bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan siswa;

(2)mengendapkan apa yang dikemukakan siswa dalam bentuk ringkasan ;

(3)memberi arah wawancara konseling; dan

(4)pengecekan kembali persepsi Guru BP tentang apa yang dikemukakan siswa.

Contoh dialog :

Siswa : ” Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian ? ”

Guru BP : ” Tampaknya Anda masih ragu.”

 

6.Pertanyaan Terbuka (Opened Question)

 

Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan siswa, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.

Contoh : ” Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan? 

 

7.Pertanyaan Tertutup (Closed Question)

 

Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk :

(1) mengumpulkan informasi;

(2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan

(3)menghentikan pembicaraan siswa yang melantur atau menyimpang jauh.

Contoh dialog :

Siswa : ”Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan”.

Guru BP: ”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ? ”.

Siswa     : ” Empat ”

Guru BP  ; ” Sekarang berapa ? ”

Siswa     : ” Sebelas ”

 

8.Dorongan minimal (Minimal Encouragement)

 

Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan siswa. Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh…, ya…., lalu…, terus….dan…

Tujuan dorongan minimal agar siswa terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat siswa akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat siswa kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat Guru BP ragu atas pembicaraan siswa.

Contoh dialog :

Siswa : ” Saya putus asa… dan saya nyaris… ” (siswa menghentikan pembicaraan)

Guru BP : ” ya…”

Siswa    : ” nekad bunuh diri”

Guru BP : ” lalu…”

 

9.Interpretasi

 

Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman siswa dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif Guru BP, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar siswa mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.

 

Contoh dialog :

Siswa : ” Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya.”

 

Guru BP : ” Pendidikan tingkat MA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan MA”.

 

10.Mengarahkan (Directing)

 

Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan siswa melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh siswa untuk bermain peran dengan Guru BP atau menghayalkan sesuatu.

Siswa : ” Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.”

Guru BP : ” Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”

 

11.Menyimpulkan Sementara (Summarizing)

Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk : (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan; (2) menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap; (3) meningkatkan kualitas diskusi; (4) mempertajam fokus pada wawancara konseling.

 

Contoh :

” Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan dulu agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.”

 

Sumber :

Sofyan S. Willis. 2004.Konseling Inpidual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta

H.M. Arifin. 2003. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta. PT Golden Terayon Press.

Sugiharto.(2005. Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG

Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22

  Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22 Tulislah identitasmu;    Nama                  :   .................................. So...