Kuliah Online Matakuliah Model Pembelajaran untuk Pertemuan ke 8 membahas "Model Pembelajaran Sosial"
Bahan Kuliah
Ada tiga Model Pembelajaran yang perlu dibahas dalam kuliah ini yang dilandasi dengan pendapat para ahli tentang model pembelajaran sosial dengan dilengkapi skenario langkah langkah mengajarnya, yaitu:
- Model Pembelajaran bermain peran
- Model Pembelajaran simulasi Sosial
- Model Pembelajaran telaah atau kajian Yurisprudensi
Untuk mendukung tugas seorang guru, yu! kita bahas dalam
kuliah model pembelajaran sosial ini, tentang apa maksud seorang guru harus mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
Pokok Bahasan tersebut diatas, difahami berdasarkan referensi literatur berupa buku, bisa dengan artikel yang ada dalam internet kemudian tuangkan hasil pemikiranmu masing-masing dalam kolom komentar sebagai bukti absensi pertemuan kuliah ke 8
Pokok Bahasan tersebut diatas, difahami berdasarkan referensi literatur berupa buku, bisa dengan artikel yang ada dalam internet kemudian tuangkan hasil pemikiranmu masing-masing dalam kolom komentar sebagai bukti absensi pertemuan kuliah ke 8
Model Pembelajaran Sosial
Model
pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model
pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi
atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai
macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan
rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
Mengapa dikatakan model pembelajaran sosial? Model
pembelajaran sosial dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan dan
keterampilan mengajar individu seorang guru dalam berhubungan dengan orang lain
yaitu siswa, kegiatan pembelajaranya terlibat komunikasi belajar mengajar dalam
proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.
Pemahaman masyarakat ini dimaknai dengan
konsep Masyarakat
belajar learning community. Konsep ini menyarankan bahwa nanti hasil
belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Dalam proses masyarakat belajar ini, guru mempunyai tugas
utama yaitu memberikan rangsangan yang mampu menghadirkan suasana belajar yang
menyeluruh. Belajar seperti itu bisa dilakukan dengan melibatkan semua potensi
yang dimiliki oleh siswa.
Potensi merupakan bagian tidak terpisahkan dari kemampuan
besar manusia. Sejatinya, kemampuan besar manusia terdiri dari kemampuan
aktual, yaitu kemampuan yang ada saat ini, kemampuan yang sudah
teraktualisasikan.
Potensi juga dapat diartikan dengan
kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang. Sekarang untuk potensi
peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan dan karakteristik yang terbawa
dari sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki
kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang
terdapat dalam diri peserta didik.
Berbagai pengertian ini menegaskan
bahwa setiap peserta didik memiliki kesanggupan, daya, dan mampu berkembang. Artinya,
tidak boleh ada vonis kepada peserta didik tertentu, bahwa ia tidak sanggup, tidak
berdaya, dan tidak mampu berkembang.
Pada dasarnya setiap peserta didik
mempunyai potensi, baik fisik, intelektual, kepribadian, minat.
Potensi fisik tidak hanya mengacu
pada kondisi kesehatan fisik dan keberfungsian anggota tubuh tetapi juga
berhubungan dengan proporsi pertumbuhan dan perkembangan fisik, perkembangan
dan keterampilan psikomotorik.
Potensi kepribadian mengacu pada
kemampuan mengelola emosi, mengembangkan dan menjaga motivasi belajar,
memimpin, beradaptasi, berinteraksi, berkomunikasi, responsibilitas, orientasi
nilai, sikap, dan kebiasaan.
Sementara potensi intelektual
sudah pasti berhubungan dengan kecerdasan
yaitu prestasi akademik, kecerdasan umum, kemampuan khusus (bakat), dan
kreativitas.
Potensi minat adalah seberapa besar seseorang
merasa suka atau tertarik atau tidak suka atau mengabaikan kepada suatu
rangsangan. Minat adalah dorongan yang kuat bagi seseorang untuk melakukan
segala sesuatu yang menjadi keinginannya. Minat merupakan faktor yang dapat
mengarahkan bakat dan keberadaannya merupakan faktor utama dalam pengembangan
bakat.
Kata minat lebih menggambarkan
motivasi, yang mempengaruhi perhatian, berpikir dan berprestasi
Spesifikasi minat dapat dibedakan menjadi:
- Minat pribadi atau personal interest,
yaitu ciri
pribadi individu yang relatif stabil. Minat pribadi ditujukan pada suatu
kegiatan atau topik yang spesifik misalnya minat pada olah raga, ilmu
pengetahuan, musik, tarian, komputer, dan lain-lain.
- Minat situasional,
yaitu minat
yang ditumbuhkan oleh kondisi atau faktor lingkungan, misalnya peran
pendidikan formal, informasi yang diperoleh melalui buku, internet atau
televisi.
- Minat sebagai keadaan psikologis,
yakni bila
seseorang memiliki penilaian yang tinggi untuk suatu kegiatan (value of
activity) dan pengetahuan yang tinggi terhadap kegiatan tersebut.
Jadi minat merupakan kecenderungan
atau arah keinginan terhadap sesuatu untuk memenuhi dorongan hati, minat
merupakan dorongan dari dalam diri yang mempengaruhi gerak dan kehendak
terhadap sesuatu, merupakan dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala
sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi
keinginannya.
Pelibatan potensi yang dimiliki anak ini seharusnya merupakan
hasil dari pengetahuan dan pemahaman guru dalam melihat karakteristik siswa,
melalui perencanaaan yang matang, dituangkan dalam narasi yang mudah dipahami
dan dilakukan, sehingga bisa menyesuaikan kondisi dimasing-masing keadaan,
karena setiap siswa mempunyai model masing-masing dalam memahami proses
belajarnya.
Ada 3 (tiga) model pembelajaran yang
termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran sosial, yaitu (1) model pembelajaran bermain
peran, (2) model pembelajaran simulasi sosial, dan (3) model pembelajaran
telaah atau kajian yurisprudensi.
1. Model Pembelajaran Bermain
Peran (Role Playing)
Model role playing (bermain peran) adalah model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran
tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam
sebuah pentas. Bermain peran (role
playing) adalah salah satu model
pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk
melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi.
Oleh karena itu, bentuk pengajaran role playing
memberikan pada murid seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam
bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Selain
itu, role playing sering kali dimaksudkan
sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya
seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat
menggunakan bahasa tutur.
Model pembelajaran bermain peran (role playing) dibuat berdasarkan asumsi
bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi
permasalahan kehidupan nyata, bermain peran dapat mendorong murid
mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskannya, dan bahwa proses
psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta mengarahkan pada
kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
Model role playing dapat membimbing anak didik untuk memahami perilaku
dan peran mereka dalam interaksi sosial, agar mampu memecahkan masalah-masalah
dengan lebih efektif. Role playing dirancang secara husus oleh Fannie
dan George Shaftel untuk membantu anak didik mempelajari dan
merefleksikan nilai-nilai sosial, membantu mereka mengumpulkan dan mengolah
informasi, mengembangkan empati dan memperbaiki keterampilan sosial mereka.
Dengan penyesuaian yang cocok, model ini dapat diterapkan pada siswa di seluruh
tingkat umur.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat
disintesiskan bahwa model role
playing adalah model bermain peran
dengan cara memberikan peran-peran tertentu atau serangkaian situasi-situasi
belajar kepada murid dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang
dirancang oleh guru dan didramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model
pembelajaran bermain peran menurut Suherman adalah:
1) Menyiapkan skenario pembelajaran
2) Menunjuk beberapa murid untuk mempelajari skenario
tersebut
3) Pembentukan kelompok murid
4) Penyampaian kompetensi
5) Menunjuk murid untuk melakonkan skenario yang telah
dipelajarinya
6) Kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh
pelaku.
7) Presentasi hasil kelompok
8) Bimbingan penyimpulan dan refleksi.
Contoh skenario
Pembelajaran Model bermain peran
- Kelas/Semester : II / II
- Tema : Keluarga
- Judul : Banu dari keluarga sederhana
- Deskripsi lokasi kegiatan : Di sebuah Desa terpencil yang jaraknya sangat jauh dari Kota, namun keadaan Desa tersebut sangat sejuk, tentram dan damai.
- Standar kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan melalui kegiatan deklamasi atau bermain peran.
- Nama-nama Pemeran :
1)
Syahrul sebagai Banu
2) M.
Yusuf sebagai Pak Ramlan
3) Nesti
sebagai Ibu Asiah
4) Ismail
sebagai Pak Heri
5) Haerul
sebagai Aril
Sedangkan menurut Hamzah B.Uno, Prosedur bermain peran terdiri atas
sembilan langkah, berikut
langkah-langkah dalam penggunaan model bermain peran (the role playing
model), yaitu
1.
Pemanasan (warming up).
Dalam tahap ini, guru berupaya
memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal
yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya
dari proses pemanasan adalah menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai
dengan contoh. Hal ini bisa muncul dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan
oleh guru. Sebagai contoh, guru menyediakan suatu cerita untuk dibaca di depan
kelas. pembacaan cerita berhenti jika dilema dalam cerita menjadi jelas.
Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat siswa berpikir
tentang hal tersebut dan memprediksi akhir dari cerita.
2.
Memilih partisipan.
Siswa dan guru membahas karakter dari
setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan ini,
guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang
mengusulkan akan memainkan siapa dan mendeskripsikan peran-perannya. Langkah
kedua ini lebih baik. langkah pertama dilakukan jika siswa pasif dan enggan
untuk berperan apa pun. Sebagai contoh, seorang anak memilih peran sebagai ayah.
Dia ingin memerankan seorang ayah yang galak dengan kumis tebal. guru menunjuk
salah seorang siswa untuk memerankan anak seperti ilustrasi di atas.
3.
Menyiapkan pengamat (observer).
guru menunjuk beberapa siswa sebagai
pengamat. Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa pengamat di sini harus
juga terlibat aktif dalam permainan peran. untuk itu, walaupun mereka
ditugaskan sebagai pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap
mereka agar dapat terlibat aktif dalam permainan tersebut.
4.
Menata panggung.
Dalam hal ini guru mendiskusikan
dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhan
yang diperlukan. penataan panggung ini dapat sederhana atau kompleks. Yang
paling sederhana adalah hanya membahas skenario (tanpa dialog lengkap) yang
menggambarkan urutan permainan peran. Misalnya siapa dulu yang muncul, kemudian
diikuti oleh siapa, dan seterusnya. Sementara penataan panggung yang lebih
kompleks meliputi aksesoris lain seperti kostum dan lain-lain. Konsep sederhana
memungkinkan untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan panggung, tetapi
proses bermain peran itu sendiri.
5.
Memainkan peran (manggung).
permainan peran dilaksanakan secara
spontan. Pada awalnya akan banyak siswa
yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran
yang seharusnya ia lakukan. Bahkan, mungkin ada yang memainkan peran yang bukan
perannya. jika permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat
menghentikannya untuk segara masuk ke langkah berikutnya.
6.
Diskusi dan evaluasi. guru bersama siswa mendiskusikan
permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan.
Usulan perbaikan akan muncul. Mungkin ada siswa yang meminta untuk berganti
peran. Atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah. Apa pun hasil diskusi
dan evaluasi tidak jadi masalah.
7.
Memainkan peran ulang (manggung ulang).
Seharusnya, pada permainan peran
kedua ini akan berjalan lebih baik. Siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai
dengan skenario.
8.
Diskusi dan evaluasi kedua.
pembahasan diskusi dan evaluasi lebih
di arahkan pada realitas. Mengapa demikian? Karena pada saat permainan peran
dilakukan. banyak peran yang melampaui batas kenyataan. Misalnya seorang siswa
memainkan peran sebagai pembeli. Ia membeli barang dengan harga yang tidak
realistis. Hal ini dapat menjadi bahan diskusi. Contoh lain, seorang siswa
memerankan peran orang tua yang galak. Kegalakannya yang dilakukan orang tua
ini dapat dijadikan bahan diskusi.
9.
Berbagi pengalaman dan kesimpulan.
siswa diajak untuk berbagi pengalaman
tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan
membuat kesimpulan. Misalnya siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia
menjadi seorang pembeli yang sedang menawar barang dengan harga yang belum
diketahui harga jualnya tetapi ia menawar dengan harga yang tidak realistis.
Kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya menghadapi situasi tersebut.
Seandainya jadi penjual, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan
cara ini, siswa akan menemukan pengalaman baru dan akan belajar tentang
kehidupan. dan yang tak kalah pentingnya dengan bermain peran ini, siswa akan
lebih bersemangat, senang dan lebih aktif dalam belajar, sehingga siswa dapat
menyerap materi dan tentunya tujuan pembelajaran pun akan tercapai.
Manfaat yang dapat diambil
dari model role playing adalah:
1. Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa
sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah baku dan normatif
terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari
2. Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas
besar.
3. Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing
pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena
bermain adalah dunia murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia
kita
2. Model Pembelajaran simulasi
sosial
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura- pura atau berbuat
seolah- olah nyata. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang
pura - pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode pembelajaran dimaksudkan
sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu bahan pelajaran melalui perbuatan yang
bersifat pura- pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain
peran mengenai tingkah laku yang dilakukan seolah - olah dalam keadaan yang
sebenarnya.
Simulasi merupakan suatu metode pembelajaran praktek interaktif yang melibatkan
penciptaan situasi atau ruang belajar dalam suatu program pelatihan.
Tujuan dari
simulasi adalah untuk memunculkan pengalaman pembelajaran
selama mengikuti program pelatihan. Metode ini mirip dengan permainan peran,
tetapi dalam simulasi, peserta peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya
sendiri saat melakukan kegiatan. Misalnya: sebelum melakukan praktek
penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan
terlebih dahulu belum benar-benar terbang.
Metode simulasi
telah diterapkan dalam pendidikan lebih dari tiga puluh tahun. Pelopornya
adalah Sarene Boocock dan Harold Guetzkow. Walaupun model simulasi bukan dari
disiplin ilmu pendidikan, tetapi merupakan penerapan dari prinsip sibernetik,
suatu cabang dari psikologi sibernetik yaitu suatu study perbandingan
antara mekanisme kontrol manusia biologis dengan sistem elektro mekanik,
seperti komputer.
Jadi, berdasarkan
teori sibernetika ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti
mekanisme mesin elektronik. Menganggap siswa pembelajar sebagai suatu sistem
yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri (self regulated feedback).
Sistem kendali
umpan balik ini, baik manusia maupun mesin mempunyai tiga fungsi, yaitu;
1. menghasilkan gerakan atau tindakan sistem terhadap
target yang diinginkan,
2. membandingkan dampak dari tindakannya tersebut,
3. memanfaatkan kesalahan (error) untuk mengarahkan kembali
ke jalur yang seharusnya.
Prosedur
Pembelajaran proses simulasi tergantung pada peran
guru/fasilitator. Ada empat prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/guru.
Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan simulasi, pemain harus benar- benar
memahimi aturan mainnya, oleh karena itu sebelum permainan dimulai, guru/
fasilitator harus menjelaskan tentang aturan permainan dalam simulasi. Kedua
adalah mengawasi (refeereing). Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan
aturan dan prosedur permainan tertentu. Oleh karena itu, fasilitator harus
mengawasi jalannya permainan agar dapat berjalan sesuai dengan ketentuan.
Ketiga adalah melatih (Coaching). Dalam simulasi, pemain akan melakukan
kesalahan. Oleh karena itu, fasilitator harus memberikan bimbingan, saran dan
petunjuk agar pemain tidak mengulangi kesalahan yang sama. Keempat adalah
diskusi. Dalam simulasi, refleksi menjadi bagian yang penting. Oleh karena itu,
setelah simulasi selesai, fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal antara
lain: kesulitan- kesulitan, hikmah yang bisa diambil, bagaimana memperbaiki
kekurangan simulasi dan sebagainya.
Dalam permainan
simulasi, yang harus dilakukan oleh guru adalah: (1) Mempersiapkan siswa yang
menjadi pemeran simulasi, (2) Menyusun skenario dengan memperkenalkan siswa
terhadap aturan, peran, prosedur, pemberian skor (nilai), tujuan permainan dan
lain- lain. Guru menunjuk siswa untuk memegang peran- peran tertentu dan
menguji cobakan simulasi untuk memastikan bahwa seluruh siswa memahami aturan
main simulasi tersebut, (3) Melaksanakan simulasi, siswa berpartisipasi dalam
permainan simulasi dan guru melakukan peranannya sebagimana mestinya.
Dalam simulasi,
pemain/peserta akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu guru/fasilitator harus
memberikan saran, petunjuk atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak
melakukan kesalahan yang, sama. Dan keempat adalah diskusi.
Kaitannya dengan
kelompok model pembelajaran, simulasi diarahkan pada model pembelajaran sosial.
Simulasi sosial adalah simulasi yang dimaksudkan mengajak peserta melalui suatu
pengalaman yang berkaitan dengan persoalan-persoalan sosial. Menurut pengalaman
sejumlah guru, metode simulasi dalam konteks model pembelajaran sosial sangat
efektif digunakan jika guru menghendaki agar siswa menemukan makna diri (jati
diri) di dalam dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok.
Jenis model pembelajaran sosial misalnya melalui bermain peran dan atau
simulasi. Dalam bermain peran, siswa belajar menggunakan konsep peran,
menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan
perilaku orang lain. Fungsi model pembelajaran sosial adalah (1) untuk menggali
perasaan siswa, (2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh
terhadap sikap, nilai dan persepsi, (3) mengembangkan keterampilan dan sikap
dalam memecahkan masalah, dan (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai
cara.
Aplikasi permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk
belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati,
sistem sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan
keputusan dan lain-lain. Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan
model-model lain. Model ini agak rumit, tergantung pada pengembangan simulasi
yang tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang, (sistem analis,
programer dan lain-lain), perusahaan komersial, guru atau kelompok guru dan
lain-lain. Dewasa ini, dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan
informasi, seperti komputer dan multimedia, telah banyak permainan simulasi dihasilkan
untuk berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai topik dari berbagai disiplin
ilmu (mata pelajaran)
3. Model Pembelajaran Telaah
Yurisprudensi
Model ini dirancang untuk siswa dalam studi sosial dan
menyiratkan metode kasus sebuah studi, mengingatkan pendidikan hukum. Studi
kasus yang melibatkan masalah sosial di daerah-daerah di mana kebijakan publik
harus dilakukan (keadilan dan kesetaraan, kemiskinan dan kekuasaan dll) Mereka
dituntun untuk mengidentifikasi kebijakan publik isu-isu serta pilihan yang
tersedia untuk berhubungan dengan mereka dan nilai-nilai yang mendasari
orang-orang pilihan. Model ini dapat digunakan di daerah manapun di mana ada
isu-isu kebijakan publik, karena etika misalnya dalam ilmu pengetahuan, bisnis
dan olahraga dan lain-lain.
Model ini didasarkan pada konsepsi masyarakat di mana
orang berbeda pandangan dan prioritas dan nilai-nilai sosial yang sah
bertentangan satu dengan lainnya. Menyelesaikan kompleks, isu-isu kontroversial
dalam konteks tatanan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang dapat
berbicara satu sama lain dan berhasil bernegosiasi tentang perbedaan mereka.permasalahan daerah umum, masalah ras dan etnis, konflik keagamaan dan ideologis, konflik keamanan individu, konflik antara kelompok-kelompok
ekonomi, kesehatan, pendidikan dan
kesejahteraan keamanan bangsa.
Sintaks Model yurisprudensi:
1. Orientasi untuk kasus
2. Mengidentifikasi masalah
3. Mengambil posisi
4. Menjelajahi sikap yang mendasari posisi yang
diambil
5. Refining dan kualifikasi posisi
6. Pengujian asumsi tentang fakta, definisi, dan
konsekuensi.
Reaksi dari model Yurisprudensi adalah:
1. Mempertahankan iklim intelektual yang kuat di mana
semua pandangan dihormati; menghindari evaluasi langsung pendapat siswa.
2. Lihat bahwa isu-isu yang benar-benar dieksplorasi
3. Substansi berpikir siswa melalui pertanyaan
relevansi, konsistensi, spesifisitas, umum, kejelasan definisi, dan
kontinuitas.
Pengajaran Model
yurisprudensi Menjaga gaya dialektis; gunakan dialog
konfrontatif, mempertanyakan asumsi siswa dan menggunakan contoh yang spesifik
(analogi) untuk lebih berfariasi dengan laporan yang umum.
hindari mengambil sikap keras kepala. konteks untuk mengeksplorasi situasi dari peristiwa sejarah untuk menjelajahi adanya nilai hukum.
hindari mengambil sikap keras kepala. konteks untuk mengeksplorasi situasi dari peristiwa sejarah untuk menjelajahi adanya nilai hukum.
Peran guru selama
latihan ini sangatlah penting. Siswa sebagai peneliti, juga mendiskusikan, dan
berdebat, guru harus mendorong siswa untuk melibatkan diri ke satu sisi masalah
ini, tapi akan mendukung jika mereka berubah pikiran ketika dihadapkan dengan
bukti baru, dan mendorong mereka untuk mempertimbangkan sudut pandang lain.
Pada tiap saat, guru harus tetap netral terhadap masalah ini, mendorong
diferensiasi posisi, dan mempromosikan sintesis dari posisi yang berbeda yang
disajikan di depan kelas.
Aplikasi Akhir
dari model ini adalah fase yang paling penting. Dalam fase ini bahwa siswa
mengambil apa yang telah dipelajari dan menerapkannya ke lingkungan mereka.
Siswa harus mampu melihat nilai dalam ilmu yang telah mereka pelajari dan
melihat bahwa dengan pengetahuan ini mereka dapat memiliki dampak yang muncul.
Langkah pertama
dari proses ini adalah untuk setiap siswa mengusulkan sebuah rencana aksi
secara keseluruhan dengan resolusi. Beberapa cara siswa telah menerapkan apa
yang telah mereka pelajari dan menjadi terlibat dalam kegiatan masyarakat
meliputi:
1. Menulis surat kepada dewan kota, perwakilan negara,
negara senator, gubernur, atau walikota.
2. Terkemuka atau berpartisipasi dalam kegiatan seperti
pembersihan masyarakat, kegiatan daur ulang, atau petition drives.
3. Menghadiri pertemuan atau rapat dewan kota
lingkungan lokal.
Apa pun tindakan siswa mengambil harus dinilai dalam keterangan laporan rencana aksi mereka.
Apa pun tindakan siswa mengambil harus dinilai dalam keterangan laporan rencana aksi mereka.
Kunci untuk model
instruksi adalah bahwa siswa mendapat kesempatan untuk menerapkan keterampilan
penyidikan dan strategi tindakan untuk masyarakat dimana mereka tinggal.