Tuesday, April 14, 2020

Model Pembelajaran Sosial



    Kuliah Online Matakuliah Model Pembelajaran untuk Pertemuan ke 8 membahas "Model Pembelajaran Sosial"

Bahan Kuliah

    Ada tiga Model Pembelajaran yang perlu dibahas dalam kuliah ini yang dilandasi dengan pendapat para ahli tentang model pembelajaran sosial dengan dilengkapi skenario langkah langkah mengajarnya, yaitu:
  1. Model Pembelajaran bermain peran
  2. Model Pembelajaran simulasi Sosial
  3. Model Pembelajaran telaah atau kajian Yurisprudensi
    Untuk mendukung tugas seorang guru, yu! kita  bahas dalam kuliah model pembelajaran sosial ini, tentang apa maksud seorang guru harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
 
  Pokok Bahasan tersebut diatas, difahami berdasarkan referensi literatur berupa buku, bisa dengan artikel yang ada dalam internet kemudian tuangkan hasil pemikiranmu masing-masing dalam kolom komentar sebagai bukti absensi pertemuan kuliah ke 8





Model Pembelajaran Sosial

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
 Mengapa dikatakan model pembelajaran sosial? Model pembelajaran sosial dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan mengajar individu seorang guru dalam berhubungan dengan orang lain yaitu siswa, kegiatan pembelajaranya terlibat komunikasi belajar mengajar dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.
 Pemahaman masyarakat ini dimaknai dengan konsep Masyarakat belajar learning community. Konsep ini menyarankan bahwa nanti hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Dalam proses masyarakat belajar ini, guru mempunyai tugas utama yaitu memberikan rangsangan yang mampu menghadirkan suasana belajar yang menyeluruh. Belajar seperti itu bisa dilakukan dengan melibatkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa.
Potensi merupakan bagian tidak terpisahkan dari kemampuan besar manusia. Sejatinya, kemampuan besar manusia terdiri dari kemampuan aktual, yaitu kemampuan yang ada saat ini, kemampuan yang sudah teraktualisasikan.
Potensi juga dapat diartikan dengan kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang. Sekarang untuk potensi peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan dan karakteristik yang terbawa dari sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri peserta didik.
Berbagai pengertian ini menegaskan bahwa setiap peserta didik memiliki kesanggupan, daya, dan mampu berkembang. Artinya, tidak boleh ada vonis kepada peserta didik tertentu, bahwa ia tidak sanggup, tidak berdaya, dan tidak mampu berkembang.
Pada dasarnya setiap peserta didik mempunyai potensi, baik fisik, intelektual, kepribadian, minat.
Potensi fisik tidak hanya mengacu pada kondisi kesehatan fisik dan keberfungsian anggota tubuh tetapi juga berhubungan dengan proporsi pertumbuhan dan perkembangan fisik, perkembangan dan keterampilan psikomotorik.
 Potensi kepribadian mengacu pada kemampuan mengelola emosi, mengembangkan dan menjaga motivasi belajar, memimpin, beradaptasi, berinteraksi, berkomunikasi, responsibilitas, orientasi nilai, sikap, dan kebiasaan.
Sementara potensi intelektual sudah pasti berhubungan dengan kecerdasan yaitu prestasi akademik, kecerdasan umum, kemampuan khusus (bakat), dan kreativitas.
Potensi minat adalah seberapa besar seseorang merasa suka atau tertarik atau tidak suka atau mengabaikan kepada suatu rangsangan. Minat adalah dorongan yang kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi keinginannya. Minat merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat dan keberadaannya merupakan faktor utama dalam pengembangan bakat.
Kata minat lebih menggambarkan motivasi, yang mempengaruhi perhatian, berpikir dan berprestasi
Spesifikasi minat dapat dibedakan menjadi:
  • Minat pribadi atau personal interest,
yaitu ciri pribadi individu yang relatif stabil. Minat pribadi ditujukan pada suatu kegiatan atau topik yang spesifik misalnya minat pada olah raga, ilmu pengetahuan, musik, tarian, komputer, dan lain-lain.
  • Minat situasional,
yaitu minat yang ditumbuhkan oleh kondisi atau faktor lingkungan, misalnya peran pendidikan formal, informasi yang diperoleh melalui buku, internet atau televisi. 
  • Minat sebagai keadaan psikologis,
yakni bila seseorang memiliki penilaian yang tinggi untuk suatu kegiatan (value of activity) dan pengetahuan yang tinggi terhadap kegiatan tersebut.
Jadi minat merupakan kecenderungan atau arah keinginan terhadap sesuatu untuk memenuhi dorongan hati, minat merupakan dorongan dari dalam diri yang mempengaruhi gerak dan kehendak terhadap sesuatu, merupakan dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
Pelibatan potensi yang dimiliki anak ini seharusnya merupakan hasil dari pengetahuan dan pemahaman guru dalam melihat karakteristik siswa, melalui perencanaaan yang matang, dituangkan dalam narasi yang mudah dipahami dan dilakukan, sehingga bisa menyesuaikan kondisi dimasing-masing keadaan, karena setiap siswa mempunyai model masing-masing dalam memahami proses belajarnya.
Ada 3 (tiga) model pembelajaran yang termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran sosial, yaitu (1) model pembelajaran bermain peran, (2) model pembelajaran simulasi sosial, dan (3) model pembelajaran telaah atau kajian yurisprudensi.  
1. Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Model role playing (bermain peran) adalah model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas. Bermain peran (role playing) adalah salah satu model pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi.
 Oleh karena itu, bentuk pengajaran role playing memberikan pada murid seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa tutur.
Model pembelajaran bermain peran (role playing) dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata, bermain peran dapat mendorong murid mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskannya, dan bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
Model role playing dapat membimbing anak didik untuk memahami perilaku dan peran mereka dalam interaksi sosial, agar mampu memecahkan masalah-masalah dengan lebih efektif. Role playing dirancang secara husus oleh Fannie dan George Shaftel untuk membantu anak didik mempelajari dan merefleksikan nilai-nilai sosial, membantu mereka mengumpulkan dan mengolah informasi, mengembangkan empati dan memperbaiki keterampilan sosial mereka. Dengan penyesuaian yang cocok, model ini dapat diterapkan pada siswa di seluruh tingkat umur.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa model role playing adalah model bermain peran dengan cara memberikan peran-peran tertentu atau serangkaian situasi-situasi belajar kepada murid dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru dan didramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model pembelajaran bermain peran menurut Suherman adalah:
1)    Menyiapkan skenario pembelajaran
2)    Menunjuk beberapa murid untuk mempelajari skenario tersebut
3)    Pembentukan kelompok murid
4)    Penyampaian kompetensi
5)    Menunjuk murid untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya
6)    Kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh pelaku.
7)    Presentasi hasil kelompok
8)    Bimbingan penyimpulan dan refleksi.

Contoh skenario Pembelajaran Model bermain peran
  1. Kelas/Semester  : II / II
  2. Tema : Keluarga
  3. Judul  : Banu dari keluarga sederhana
  4. Deskripsi lokasi kegiatan :  Di sebuah Desa terpencil yang jaraknya sangat jauh dari Kota, namun keadaan Desa tersebut sangat sejuk, tentram dan damai.
  5. Standar kompetensi  : Mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan melalui kegiatan deklamasi atau bermain peran.
  6. Nama-nama Pemeran  :  
1)  Syahrul sebagai Banu
2) M. Yusuf sebagai Pak Ramlan
3) Nesti sebagai Ibu Asiah
4) Ismail sebagai Pak Heri
5) Haerul sebagai Aril


Sedangkan menurut Hamzah B.Uno, Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah, berikut langkah-langkah dalam penggunaan model bermain peran (the role playing model), yaitu
1.     Pemanasan (warming up).
Dalam tahap ini, guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai dengan contoh. Hal ini bisa muncul dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Sebagai contoh, guru menyediakan suatu cerita untuk dibaca di depan kelas. pembacaan cerita berhenti jika dilema dalam cerita menjadi jelas. Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat siswa berpikir tentang hal tersebut dan memprediksi akhir dari cerita.
2.     Memilih partisipan.
Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan ini, guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan siapa dan mendeskripsikan peran-perannya. Langkah kedua ini lebih baik. langkah pertama dilakukan jika siswa pasif dan enggan untuk berperan apa pun. Sebagai contoh, seorang anak memilih peran sebagai ayah. Dia ingin memerankan seorang ayah yang galak dengan kumis tebal. guru menunjuk salah seorang siswa untuk memerankan anak seperti ilustrasi di atas.
3.     Menyiapkan pengamat (observer).
guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat. Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa pengamat di sini harus juga terlibat aktif dalam permainan peran. untuk itu, walaupun mereka ditugaskan sebagai pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap mereka agar dapat terlibat aktif dalam permainan tersebut.
4.     Menata panggung.
Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhan yang diperlukan. penataan panggung ini dapat sederhana atau kompleks. Yang paling sederhana adalah hanya membahas skenario (tanpa dialog lengkap) yang menggambarkan urutan permainan peran. Misalnya siapa dulu yang muncul, kemudian diikuti oleh siapa, dan seterusnya. Sementara penataan panggung yang lebih kompleks meliputi aksesoris lain seperti kostum dan lain-lain. Konsep sederhana memungkinkan untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan panggung, tetapi proses bermain peran itu sendiri.
5.     Memainkan peran (manggung).
permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada awalnya akan  banyak siswa yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan, mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya. jika permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segara masuk ke langkah berikutnya.
6.     Diskusi dan evaluasi. guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul. Mungkin ada siswa yang meminta untuk berganti peran. Atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah. Apa pun hasil diskusi dan evaluasi tidak jadi masalah.
7.     Memainkan peran ulang (manggung ulang).
Seharusnya, pada permainan peran kedua ini akan berjalan lebih baik. Siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario.
8.     Diskusi dan evaluasi kedua.
pembahasan diskusi dan evaluasi lebih di arahkan pada realitas. Mengapa demikian? Karena pada saat permainan peran dilakukan. banyak peran yang melampaui batas kenyataan. Misalnya seorang siswa memainkan peran sebagai pembeli. Ia membeli barang dengan harga yang tidak realistis. Hal ini dapat menjadi bahan diskusi. Contoh lain, seorang siswa memerankan peran orang tua yang galak. Kegalakannya yang dilakukan orang tua ini dapat dijadikan bahan diskusi.
9.     Berbagi pengalaman dan kesimpulan.
siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia menjadi seorang pembeli yang sedang menawar barang dengan harga yang belum diketahui harga jualnya tetapi ia menawar dengan harga yang tidak realistis. Kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya menghadapi situasi tersebut. Seandainya jadi penjual, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini, siswa akan menemukan pengalaman baru dan akan belajar tentang kehidupan. dan yang tak kalah pentingnya dengan bermain peran ini, siswa akan lebih bersemangat, senang dan lebih aktif dalam belajar, sehingga siswa dapat menyerap materi dan tentunya tujuan pembelajaran pun akan tercapai.
 Manfaat yang dapat diambil dari model role playing adalah:
1.     Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah baku dan normatif terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari
2.     Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
3.     Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia kita
2.  Model Pembelajaran simulasi sosial
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura- pura atau berbuat seolah- olah nyata. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura - pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode pembelajaran dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu bahan pelajaran melalui perbuatan yang bersifat pura- pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peran mengenai tingkah laku yang dilakukan seolah - olah dalam keadaan yang sebenarnya.
Simulasi merupakan suatu metode pembelajaran praktek interaktif yang melibatkan penciptaan situasi atau ruang belajar dalam suatu program pelatihan.
Tujuan dari simulasi adalah untuk memunculkan pengalaman pembelajaran selama mengikuti program pelatihan. Metode ini mirip dengan permainan peran, tetapi dalam simulasi, peserta peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan kegiatan. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu belum benar-benar terbang.
Metode simulasi telah diterapkan dalam pendidikan lebih dari tiga puluh tahun. Pelopornya adalah Sarene Boocock dan Harold Guetzkow. Walaupun model simulasi bukan dari disiplin ilmu pendidikan, tetapi merupakan penerapan dari prinsip sibernetik, suatu cabang dari psikologi sibernetik yaitu suatu study perbandingan antara mekanisme kontrol manusia biologis dengan sistem elektro mekanik, seperti komputer.
Jadi, berdasarkan teori sibernetika ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik. Menganggap siswa pembelajar sebagai suatu sistem yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri (self regulated feedback).
Sistem kendali umpan balik ini, baik manusia maupun mesin mempunyai tiga fungsi, yaitu;
1.   menghasilkan gerakan atau tindakan sistem terhadap target yang diinginkan,
2.   membandingkan dampak dari tindakannya tersebut,
3.   memanfaatkan kesalahan (error) untuk mengarahkan kembali ke jalur yang seharusnya.
Prosedur Pembelajaran proses simulasi tergantung pada peran guru/fasilitator. Ada empat prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/guru. Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan simulasi, pemain harus benar- benar memahimi aturan mainnya, oleh karena itu sebelum permainan dimulai, guru/ fasilitator harus menjelaskan tentang aturan permainan dalam simulasi. Kedua adalah mengawasi (refeereing). Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur permainan tertentu. Oleh karena itu, fasilitator harus mengawasi jalannya permainan agar dapat berjalan sesuai dengan ketentuan. Ketiga adalah melatih (Coaching). Dalam simulasi, pemain akan melakukan kesalahan. Oleh karena itu, fasilitator harus memberikan bimbingan, saran dan petunjuk agar pemain tidak mengulangi kesalahan yang sama. Keempat adalah diskusi. Dalam simulasi, refleksi menjadi bagian yang penting. Oleh karena itu, setelah simulasi selesai, fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal antara lain: kesulitan- kesulitan, hikmah yang bisa diambil, bagaimana memperbaiki kekurangan simulasi dan sebagainya.
Dalam permainan simulasi, yang harus dilakukan oleh guru adalah: (1) Mempersiapkan siswa yang menjadi pemeran simulasi, (2) Menyusun skenario dengan memperkenalkan siswa terhadap aturan, peran, prosedur, pemberian skor (nilai), tujuan permainan dan lain- lain. Guru menunjuk siswa untuk memegang peran- peran tertentu dan menguji cobakan simulasi untuk memastikan bahwa seluruh siswa memahami aturan main simulasi tersebut, (3) Melaksanakan simulasi, siswa berpartisipasi dalam permainan simulasi dan guru melakukan peranannya sebagimana mestinya.
Dalam simulasi, pemain/peserta akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu guru/fasilitator harus memberikan saran, petunjuk atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang, sama. Dan keempat adalah diskusi.
Kaitannya dengan kelompok model pembelajaran, simulasi diarahkan pada model pembelajaran sosial. Simulasi sosial adalah simulasi yang dimaksudkan mengajak peserta melalui suatu pengalaman yang berkaitan dengan persoalan-persoalan sosial. Menurut pengalaman sejumlah guru, metode simulasi dalam konteks model pembelajaran sosial sangat efektif digunakan jika guru menghendaki agar siswa menemukan makna diri (jati diri) di dalam dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Jenis model pembelajaran sosial misalnya melalui bermain peran dan atau simulasi. Dalam bermain peran, siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Fungsi model pembelajaran sosial adalah (1) untuk menggali perasaan siswa, (2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsi, (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.
Aplikasi permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan dan lain-lain. Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan model-model lain. Model ini agak rumit, tergantung pada pengembangan simulasi yang tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang, (sistem analis, programer dan lain-lain), perusahaan komersial, guru atau kelompok guru dan lain-lain. Dewasa ini, dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi, seperti komputer dan multimedia, telah banyak permainan simulasi dihasilkan untuk berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai topik dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran)

3. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi
Model ini dirancang untuk siswa dalam studi sosial dan menyiratkan metode kasus sebuah studi, mengingatkan pendidikan hukum. Studi kasus yang melibatkan masalah sosial di daerah-daerah di mana kebijakan publik harus dilakukan (keadilan dan kesetaraan, kemiskinan dan kekuasaan dll) Mereka dituntun untuk mengidentifikasi kebijakan publik isu-isu serta pilihan yang tersedia untuk berhubungan dengan mereka dan nilai-nilai yang mendasari orang-orang pilihan. Model ini dapat digunakan di daerah manapun di mana ada isu-isu kebijakan publik, karena etika misalnya dalam ilmu pengetahuan, bisnis dan olahraga dan lain-lain.
Model ini didasarkan pada konsepsi masyarakat di mana orang berbeda pandangan dan prioritas dan nilai-nilai sosial yang sah bertentangan satu dengan lainnya. Menyelesaikan kompleks, isu-isu kontroversial dalam konteks tatanan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang dapat berbicara satu sama lain dan berhasil bernegosiasi tentang perbedaan mereka.permasalahan daerah umum, masalah ras dan etnis, konflik keagamaan dan ideologis, konflik keamanan individu, konflik antara kelompok-kelompok ekonomi, kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan keamanan bangsa.
Sintaks Model yurisprudensi:
1. Orientasi untuk kasus
2. Mengidentifikasi masalah
3. Mengambil posisi
4. Menjelajahi sikap yang mendasari posisi yang diambil
5. Refining dan kualifikasi posisi
6. Pengujian asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi.
Reaksi dari model Yurisprudensi adalah:
1.     Mempertahankan iklim intelektual yang kuat di mana semua pandangan dihormati; menghindari evaluasi langsung pendapat siswa.
2.     Lihat bahwa isu-isu yang benar-benar dieksplorasi
3.   Substansi berpikir siswa melalui pertanyaan relevansi, konsistensi, spesifisitas, umum, kejelasan definisi, dan kontinuitas.
Pengajaran Model yurisprudensi Menjaga gaya dialektis; gunakan dialog konfrontatif, mempertanyakan asumsi siswa dan menggunakan contoh yang spesifik (analogi) untuk lebih berfariasi dengan laporan yang umum.
hindari mengambil sikap keras kepala. konteks untuk mengeksplorasi situasi dari peristiwa sejarah untuk menjelajahi adanya nilai hukum.
Peran guru selama latihan ini sangatlah penting. Siswa sebagai peneliti, juga mendiskusikan, dan berdebat, guru harus mendorong siswa untuk melibatkan diri ke satu sisi masalah ini, tapi akan mendukung jika mereka berubah pikiran ketika dihadapkan dengan bukti baru, dan mendorong mereka untuk mempertimbangkan sudut pandang lain. Pada tiap saat, guru harus tetap netral terhadap masalah ini, mendorong diferensiasi posisi, dan mempromosikan sintesis dari posisi yang berbeda yang disajikan di depan kelas.
Aplikasi Akhir dari model ini adalah fase yang paling penting. Dalam fase ini bahwa siswa mengambil apa yang telah dipelajari dan menerapkannya ke lingkungan mereka. Siswa harus mampu melihat nilai dalam ilmu yang telah mereka pelajari dan melihat bahwa dengan pengetahuan ini mereka dapat memiliki dampak yang muncul.
Langkah pertama dari proses ini adalah untuk setiap siswa mengusulkan sebuah rencana aksi secara keseluruhan dengan resolusi. Beberapa cara siswa telah menerapkan apa yang telah mereka pelajari dan menjadi terlibat dalam kegiatan masyarakat meliputi:
1.  Menulis surat kepada dewan kota, perwakilan negara, negara senator, gubernur, atau walikota.
2.  Terkemuka atau berpartisipasi dalam kegiatan seperti pembersihan masyarakat, kegiatan daur ulang, atau petition drives.
3.  Menghadiri pertemuan atau rapat dewan kota lingkungan lokal.
Apa pun tindakan siswa mengambil harus dinilai dalam keterangan laporan rencana aksi mereka.
Kunci untuk model instruksi adalah bahwa siswa mendapat kesempatan untuk menerapkan keterampilan penyidikan dan strategi tindakan untuk masyarakat dimana mereka tinggal.






























Friday, April 10, 2020

filsafat ilmu ttg fakta, bukti,realita, kebenaran dan pengetahuan



Catatan:

Nama               : .............................
Semester          :...............................
Pertemuan ke 7 (tujuh)

   Pembahasan matakuliah filsafat ilmu pada pertemuan ke 7 (tujuh) ini dengan model pembelajaran jarak jauh atau online.
      Tugas ini membahas seperti tertulis dibawah ini disertakan pendapat para ahli atau cari referensi dari buku dan  internet kemudian menguraikan dengan penjelasan hasil pemikiran sendiri, pembahasan boleh sama dengan teman yang lain tapi redaksi harus berbeda, jangan lupa berikan  contohnya.
    Adapun yang dibahas adalah mengenai hal sebagai berikut;
  1. Fakta, bukti dan realita
  2. Pengertian Kepercayaan
  3. Kebenaran
  4. Pengetahuan
 
      Kuliah Jarak jauh ini, bagi Mahasiswa Semester II untuk belajar dirumah, dan bagi yang memberikan penjelasan atau pendapat atas tugas tersebut pada kolom komentar jangan lebih dari 4000 karakter kemudian publish, maka publishnya dianggap hadir pada pertemuan ke 7 (tujuh).





Fakta, kepercayaan, kebenaran dan pengetahuan


Dalam kehidupan, manusia tidak lepas dari fakta, kepercayaan, kebenaran dan pengetahuan, istilah empat kata bahkan kerap menjadi rujukan untuk menilai benar atau tidaknya sebuah berita yang dituliskan dalam satu karya ilmu maupun disiarkan dalam bentuk berita.

Dalam perbincangan sehari-hari, kata kata tersebut kerap dijumpai dari pernyataan seseorang maupun perkataan teman-teman sendiri. Di samping berdimensi berfikir dan bernalar manusia juga berdimensi percaya akan kebenaran.

Fakta adalah pernyataan yang menampilkan situasi riil dari sebuah masalah ataupun kejadian. Karena hal inilah, bisa dikatakan bahwa kebenaran sebuah fakta sudah teruji. Di dalam fakta, tidak ada lagi pendapat antara orang yang satu ataupun yang lain. Yang ada hanyalah situasi nyata yang memang telah terbukti dan terverifikasi.

Percaya merupakan sifat dan sikap membenarkan sesuatu atau menganggap sesuatu sebagai yang benar. Jadi, dengan demikian hubungan (keterkaitan) antara keduanya, yatu antara fakta dengan kepecayaan saling berhubungan seperti yang telah disesebutkan sebelumnya.

Landasan teori tentang fakta dan kepercayaan telah dicetus oleh salah seorang filosof yang bernama  Prof. Pudjawitna yang dalam bukunya yang berjudul “Tahu dan Pengetahuan” yang terkait dengan pengantar ke ilmu dengan filsafat, seperti halnya dalam mata kuliah tersebut. Dalam teorinya tentang kepercayaan, beliau berpendapat bahwa, “Kepercayaan adalah anggapan atau sikap mental bahwa sesuatu itu benar”. Arti lainnya dari kata kepercayaan itu adalah sesuatu yang diakui benar. Tidak dapat membayangkan jika manusia dapat hidup tanpa kepercayaan apapun, baik dalam arti pertama maupun dalam arti yang kedua.

Kebenaran, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kebenaran itu? Bila ditinjau dari sisi pengertian secara umum, kebenaran adalah keadaan yang sesuai dengan nilai esensialnya atau keadaan yang sebenarnya atau yang orisinal. Kebenaran bisa berarti keadaan nyata tidak bersalah yang berkaitan dengan pandangan, sikap dan filosofi serta perilaku.

Berbicara mengenai kebenaran, hal ini benar-benar bersifat sangat subyektif, artinya tergantung dari sudut pandang masing-masing individu. Setiap orang bisa menyatakan sesuatu itu sebagai kebenaran, sementara yang lain mengatakan bukan. Jadi apakah kebenaran itu? Tentu tergantung masing-masing individu berfilosofi, dan hal itu sangat ditentukan oleh bangunan berpikir yang dimiliki setiap orang.

Pengetahuan adalah informasi yang di dapat untuk memperoleh pemahaman , pembelajaran dan pengalaman. Pengetahuan adalah hasil “tahu” melalui panca indera manusia : Indera penglihatan, pendengaran , penciuman , rasa dan raba.

Pengetahuan bisa berasal dari pengetahuan ilmiah dan pengetahuan karena pengalaman. Dalam kamus besar bahasa Indonesia Pengetahuan atau sains didefinisikan sebagai studi sistematis yang diperoleh melalui suatu observasi, penelitian, serta telah diuji coba yang mengarah pada sebuah penentuan dengan sifat dasar atau berupa prinsip sesuatu yang sedang dipelajari, diselidiki, dan sebagainya. Pengetahuan memiliki ciri utama yaitu suatu studi yang berurusan dengan kumpulan fakta atau kebenaran yang disusun secara sistematis dan menunjukkan operasi hukum umum: misalnya, ilmu matematika



 A.  Arti Fakta dan Kenyataan

Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosof yang melandasinya adalah sbb;

1.   Positivistik

Secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita. Ini berarti, apa yang disebut sebagai positif bertentangan dengan apa yang hanya ada di dalam angan-angan (impian) atau terdiri dari apa yang hanya merupakan konstruksi atas kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia.

Kata Positivisme merupakan turunan dari kata positive. John M. Echols mengartikan positive dengan beberapa kata yaitu positif lawan dari negatif, tegas, pasti, meyankinkan.

Dalam filsafat, positivisme berarti suatu aliran filsafat yang berpangkal pada sesuatu yang pasti, faktual, nyata, dari apa yang diketahui dan berdasarkan data empiris. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, positivisme berarti  aliran filsafat yang beranggapan bahwa pengetahuan itu semata-mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti. Sesuatu yang maya dan tidak jelas dikesampingkan, sehingga aliran ini menolak sesuatu seperti metafisik dan ilmu gaib dan tidak mengenal adanya spekulasi. Aliran ini berpandangan bahwa manusia tidak pernah mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau apa yang nampak, manusia tidak pernah mengetahui sesuatu dibalik fakta-fakta.

Dapat disimpulkan pengertian positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu paham yang dalam “pencapaian kebenarannya” bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi. Segala hal diluar itu, sama sekali tidak dikaji dalam positivisme.

Misalnya, Filasafat merupakan induk dari setiap ilmu-ilmu yang telah dipelajari, misalnya psikologi, sosiologi, sains, dan antropologi dan lain-lain. Salah satu aliran yang terdapat dalam filsafat adalah aliran positivism.



2.   Fenomenologik

Fenomenologi adalah aliran filsafat yang dikembangkan oleh seorang filosof berkebangsaan Jerman, Edmund Husserl. Kata fenomenologi terdiri dari dua kata bentukan yaitu fenomenon dan logos.

Kata fenomenon mempunyai arti yang hampir sama dengan fantasi, fantom, fosfor, foto yang artinya sinar atau cahaya. Akar kata fenomenon jika dibentuk menjadi kata kerja berarti: nampak, terlihat karena cahaya, bersinar. Fenomenon, dengan demikian, dapat diartikan sesuatu yang nampak, yang terlihat karena bercahaya. Dalam bahasa Indonesia ada juga kata yang digunakan untuk mengartikan fenomena yaitu: gejala.

Fenomenologi berarti uraian atau pembahasan tentang fenomena atau sesuatu yang sedang menampakkan diri, atau sesuatu yang sedang menggejala. Fenomenologi hakekatnya ingin mencapai pengertian yang benar, yaitu pengertian yang menangkap realitas seperti dikehendaki oleh realitas itu sendiri.

Fenomenologi merupakan salah satu jenis metode penelitian kualitatif yang diaplikasikan untuk mengungkap kesamaan makna yang menjadi esensi dari suatu konsep atau fenomena yang secara sadar dan individual dialami oleh sekelompok individu dalam hidupnya.

Sebagai metode untuk mengungkap esensi makna sekumpulan individu, fenomenologi menjadi metode riset yang dekat dengan filsafat dan psikologi, serta penerapannya syarat upaya-upaya filosofis dan psikologis. Abstraksi dan refleksi filosofis kerap dipraktikkan oleh para fenomenolog dalam rangka menangkap maksud dari informan sebelum diekstrak ke dalam narasi yang mendalam.

Postingan ini akan membahas secara ringkas tentang apa itu fenomenologi dan bagaimana penelitian menggunakan metode fenomenologi dilakukan. Untuk mempermudah pemahaman, saya berusaha untuk menyelipkan seperti apa contoh riset fenomenologis.

Fenomenologi sebagai sebuah metode riset sering dikatakan memiliki kemiripan dengan studi naratif dan etnografis. Bedanya, fenomenologi berupaya mengungkap esensi universal dari fenomena yang dialami secara personal oleh sekelompok individu.

Memiliki dua arah pekembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua menjurus ke arah koherensi moralitas kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.



3.   Rasionalitik

Dalam pembahasan tentang suatu teori pengetahuan, maka Rasionalisme menempati sebuah tempat yang sangat penting. Paham ini dikaitkan dengan kaum rasionalis abad ke-17 dan ke-18, tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan Wolff, meskipun pada hakikatnya akar pemikiran mereka dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya Plato, Aristoteles, dan lainnya.

Paham ini beranggapan, ada prinsip-prinsip dasar dunia tertentu, yang diakui benar oleh rasio manusia. Dari prinsip-prinsip ini diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat tentang dunia.

Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi manusia dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip ini.

Prinsip-prinsip tadi, oleh Descartes kemudian dikenal dengan istilah substansi, yang tak lain adalah ide bawaan yang sudah ada dalam jiwa sebagai kebenaran yang tidak bisa diragukan lagi.

Ada tiga ide bawaan yang diajarkan Descartes, yaitu:

1.   Pemikiran;

Saya memahami diri saya makhluk yang berpikir, maka harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.

2.   Tuhan merupakan wujud yang sama sekali sempurna;

Karena saya mempunyai ide “sempurna”, mesti ada sesuatu penyebab sempurna untuk ide itu, karena suatu akibat tidak bisa melebihi penyebabnya.

3.   Keluasaan;

Saya mengerti materi sebagai keluasaan atau ekstensi, sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.

Sementara itu menurut logika Leibniz yang dimulai dari suatu prinsip rasional, yaitu dasar pikiran yang jika diterapkan dengan tepat akan cukup menentukan struktur realitas yang mendasar. Leibniz mengajarkan bahwa ilmu alam  adalah perwujudan dunia yang matematis. Dunia yang nyata ini hanya dapat dikenal melaui penerapan dasar-dasar pemikiran. Tanpa itu manusia tidak dapat melakukan penyelidikan ilmiah. Teori ini berkaitan dengan dasar pemikiran epistimologis Leibniz, yaitu kebenaran pasti kebenaran logis dan kebenaran fakta, kebenaran pengalaman.

Atas dasar inilah yang kemudian Leibniz membedakan dua jenis pengetahuan.

Pertama; pengetahuan yang menaruh perhatian pada kebenaran abadi, yaitu kebenaran logis.

                Misalnya ; 2+2 adalah 4, dimanapun dan sampai kapanpun akan tetap seperti itu

Kedua; pengetahuan yang didasari oleh observasi atau pengamatan, hasilnya disebut dengan “kebenaran fakta”.

Misalnya, tentang psikologi yang diteliti adalah sikap dan perilaku manusia

Paham Rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Jadi dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio maka mustahil manusia itu dapat memperolah ilmu pengetahuan. 

Rasio itu adalah berpikir. Maka berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan. Dan manusia yang berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin banyak manusia itu berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.

Berdasarkan pengetahuanlah manusia berbuat dan menentukan tindakannya. Sehingga nantinya ada perbedaan prilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sesuai dengan perbedaan pengetahuan yang didapat tadi.

Namun demikian, rasio juga tidak bisa berdiri sendiri. Ia juga butuh dunia nyata. Sehingga proses pemerolehan pengetahuan ini ialah rasio yang bersentuhan dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya. Maka dengan demikian, seperti yang telah disinggung sebelumnya kualitas pengetahuan manusia ditentukan seberapa banyak rasionya bekerja. Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas sekitar maka semakin dekat pula manusia itu kepada kesempunaan.

Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag menulis dalam bukunya Filsafat Pendidikan yaitu “Kualitas rasio manusia ini tergantung kepada penyediaan kondisi yang memungkinkan berkembangnya rasio kearah yang memadai untuk menelaah berbagai permasalahan kehidupan menuju penyempurnaan dan kemajuan, seperti seorang penulis memahami yang dimaksud penyedian kondisi diatas ialah menciptakan sebuah lingkungan positif yang memungkinkan manusia terangsang untuk berpikir dan menelaah berbagai masalah yang nantinya memungkinkan ia menuju penyempunaan dan kemajuan diri.

Karena pengembangan rasionalitas manusia sangat bergantung kepada pendayagunaan maksimal unsur ruhaniah individu dan  sangat tergantung pula kepada proses psikologis yang lebih mendalam sebagai proses mental, maka untuk mengembangkan sumber daya manusia menurut aliran rasionalisme ialah dengan pendekatan mental disiplin, yaitu dengan melatih pola dan sistematika berpikir seseorang melalui tata logika yang tersistematisasi sedemikian rupa sehingga ia mampu menghubungkan berbagai data dan fakta yang ada dalam keseluruhan realitas melalui uji tata pikir logis-sistematis menuju pengambilan kesimpulan yang baik pula.



B. Arti Kepercayaan

Disamping berdimensi berfikir, maka manusia itu berdimensi percaya. Percaya adalah sifat dan sikap, membenarkan sesuatu, atau menganggap sesuatu sebagai benar. Kepastian adalah sikap mental atas dasar keyakinan bahwa ada kebenaran, tetapi kebenaran yang diselidiki sendiri. Adapula kemungkinan, bahwa orang mempunyai keyakinan akan kebenaran bukan karena penyelidikan sendiri, melainkan atas pemberitahuan pihak lain.

Ahli ilmu falak mengatakan misalnya kepada saya, bahwa pada tanggal tertentu akan ada gerhana bulan. Saya yaki , bahwa pemberitahuan itu benar. Jadi, setelah diberitahu itu, saya tahu akan sesuatu kebenaran. Pengetahuan yang tercapai itu disebut kepercayaan. Kepastian terdapat karena percaya ini tidak perlu kurang pastinya dari kepastian yang diperoleh sendiri.

Jadi, kepercayaan itu adalah anggapan atau sikap mental bahwa sesuatu itu benar. Arti lainnya dari kepercayaan adalah sesuatu yang diakui sebagai benar. Kita tidak bisa membayangkan manusia dapat hidup tanpa kepercayaan apapun’ baik dalam arti pertama maupun dalam arti yang kedua.



C. Hubungan antara Fakta dengan kepercayaan

      Antara fakta dan kepercayaan memiliki hubungan yang sangat erat, sebagaimana penjelasan yang sebelumnya tentang arti kepercayaan yang merupakan sifat dan sikap membenarkan sesuatu atau menganggap

sesuatusebagai fakta (benar), sebagai contoh  dalam  ilmu matematika, misalnya; 2 x 2 = 4, jadi faktanya benar-benar mempunyai hasil yang kebenarannya mempunyai hasil yang kebenarannya dapat dibuktikan sehingga kita mempunyai kepercayaan dengan hal tersebut.



D. Macam-Macam Kepercayaan

1.   Kepercayaan dalam Hidup Sehari-hari

Kita lihat dalam kehidupan sehari-hari yang kita akui sebagai ibu kandung kita, sesungguhnya kita terima semata-mata atas dasar kepercayaan karena kita tidak merasa perlu membuktikannya. Kita dapat makan sebagai hal yang dapat kita lakukan sehari-hari, apabila kita senantiasa dikuasai kesangsian atau ketidakpercayaan atas setiap makanan yang kita makan itu. Dihubungkan dengan contoh lain, kita tidak akan pernah naik kendaraan bermotor yang dikemudikan orang lain bila kita tidak memunyai kepercayaan atas kendaraan (mobil, kereta api, kapal laut, pesawat terbang, dan sebagainya) yang kita tumpangi dan bila kita memunyai kepercayaan kepada pengemudinya tanpa kita terlebih dahulu mempelajari dan menyelidiki secara ilmiah segala seluk beluk mesin kendaraan. Tanpa kita terlebih dahulu mengetes dan mengecek kemampuan dan kemahiran pengemudi secara seksama. Walaupun yang kita percayai pada mulanya dengan begitu saja itu mungkin saja kemudian dapat diperkuat dengan bukti-bukti hasil penyelidikan rasional, namun itu masalah kemudian bukan masalah permulaan.




2.  Kepercayaan dalam Ilmu Pengetahuan

      Dalam salah satu ceramah pada malam tadarrusan  Ramadhan di Masjid Sal;man ITB, Prof. Dr. D. A. Tisna Amidjaja, Rektor ITB (waktui itu), pernah mengemukakan bahwa, dalam ilmu pengetahuan yang dilandasi dengan kesangsian itu, namun masalah kepercayaan tidak dapat dikesampingkan sama sekali. Para pemula dalam suatu disiplin ilmu pengetahuan tertentu pertama-tama menerima saja terlebihdahulu suatu dalil atau aksioma atas dasar kepercayaan, walaupun dalam perkembangan kemudian melalui proses analisa dan penelitian rasional akhirnya sdampai juga kepada dalil aksioma yang pada mulanya diterima dengan begitu saja atas dasar kepercayaan itu.

Ilmu pengetahuan dalam mengemukakan konglusinya bersandar kepada postulat-postulat tertentu atau kebenaran-kebenaran yang telah diterima sebelumnya secara “mutlak”, yang diterima dengan begitu saja, atas dasar kepercayaan semata-mata. Sekali lagi kita tegaskan, bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan sekalipun, yang konon diawali dengan keraguan dan kesangsian itu sendiri.




3.  Kepercayaan dalam Filsafat

Seseorang yang terkemuka dari penyangsi modern ialah Descartes (1596-1650) seorang ilmu pasti yang paling ulung pada zamannya yang juga peletak dasar rasionalisme yang sebenarnya di Eropa.

Menurut aliran rasionalime akal manusia itu memang cukup kuat untuk memecahkan segala soal, cukup kuat untuk mencapai kebenaran yang terakhir setidak-tidaknya cukup kuat untuk mengejarnya atas dasar akal sendiri. Penuh keyakinan aliran rasionalisme percaya dengan maksud percaya adalah esa, akan hal manusia sebagai kunci yang membuka segala rahasia. Hanyalah dapat ditanyakan keyakinan itu berdasarkan atas apa? Pada pikiran hemat kami tidak dapat dihindarkan, keterangan bahwa penelitian akal manusia sebagai dasar atas pangkal filsafat dan ilmu pengetahuan adalah suatu pemilihan yang ada pada tidak akal sifatnya. Rasionalisme memilih akal itu karena kepercayaan terhadap akal.

Dalam kepercayan itu tidak dicapai dengan jalan pikiran yang akali melainkan kepercayaan itulah tidak lain daripada keyakinan. Atas dasar rasionalisme memilih akal manusia sebagai titik berangkat atau akal pikiran.

Tiap-tipa filosof membutuhkan suatu pangkal pikiran atau titik berangkat. Ada yang memilih akal sebagai titik berangkat, ada yang memilih arus hidup ada yang memilih eksistensi. Pemilihan itu tergantung daripada keyakinan ahli pikir sendiri.

Jadi dalam filsafat sekalipun yang katanya mencari kebenaran secara radikal, integral, universal itu, terbukti bahwa ada unsur atau faktor kepercayaan tersebut menjadi pangkal tolaknya sendiri.



E.   Kepercayaan dalam Agama

“Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan”, tertulis dalam Nilai-Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam. Kepercayaan itu akan melahirkan nilai-nilai guna menopang hidup budanya. Sikap tanpa kepercayaan atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan. Demikian pula cara berkepercayaan pun harus benar pula.

Menganut kepercayaan yang salah bukan saja dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya. Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam kenyataannya kita temui bentuk-bentuk kepercayaan itu berbeda satu dengan yang lainnya, maka sudah tentu ada dua kemugkinan: semuanya itu salah, atau salah satu di antaranya benar. Disamping itu masing-masing bentuk kepercayaan mugkin mengandung unsur  kebenaran dan kepalsuan yang bercampur baur. Maka satu-satunya sumber dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak adalah Tuhan.

Jika sudah sampai di sini, kita sudah berada di gerbang suatu bentuk dan corak kepercayaan, yang kita kenal sebagai : Agama!

Apabila manusia, baik dalam hidupnya sehari-hari, maupun dalam ilmu pngetahuan, atau dalam filsafatnya, tidak dapat melepaskan diri sama sekali dari kepercayaan, maka konon apalagi dalam agama. Faktor kepercayaan ini mutlak dalam agama. Malahan agama tidak lain dari pada satu bentuk dan corak kepercayaan dalam arti sesuatu yang diakui dan diterima sebagai kebenaran yang tertinggi.

“Dalam agama kepercayaan ini merupakan suatu unsur yang amat penting”, dan dalam hal ini amat masuk akal alasannya kebenaran yang dipercayai oleh kaum yang beragama ini diyakini sebab dibertitahukan oleh yang tak dapat berdusta, ini adalah Tuhan sendiri atau paling sedikit seorang yang menerima tugas memberitahukan kebenaran ini kepada umat manusia, ia patut dipercaya. Percaya ialah menerima kebenaran demi kewibawaan.



































































Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22

  Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22 Tulislah identitasmu;    Nama                  :   .................................. So...