Kalender Akademik sampai dengan tanggal 16 Mei 2020 dibulan Romadon ini kuliah harus tetap berjalan walaupun covid-19 masih belum tahu kapan akan berakhir, maka untuk memenuhi pertemuan ke 7 dalam kuliah hari ini akan membahas tentang;
Belajar
Prolog;
Kali ini, akan membahas tentang belajar yang ada korelasinya dengan psikologi pendidikan, tapi sebelumnya ada pernyataan yang selama ini terlihat, bahwa belajar itu selalu diidentikan dengan kegiatan interaksi resmi pada satu lembaga dengan komunikasi dua arah, sementara ada dalam sebuah hadist bahwa belajar itu adalah kewajiban bagi individu seorang muslim, hadist itu menggambarkan belajar pada komunikasi interaksi sosial, maka timbul pertanyaan;
- Sebenarnya apasih belajar itu?
- Apakah belajar itu hanya berpikir saja, atau
- belajar itu hanya membaca buku saja?
- belajar itu setiap menemukan sesuatu yang baru?
Kalau mengikuti pendapat Thursan Hakim: belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. Pendapat tersebut apabila diamati dengan seksama ada erat kaitanya dengan penyelenggaraan pendidikan sebagaimana bisa dilihat dalam bentuk kelembagaan, lalu kalau begitu;
Apakah arti belajar yang sesungguhnya?
Nih! Katanya, pada hakikatnya belajar itu terus berlangsung sepanjang hidup manusia selagi ada didunia atau dalam bahasa populernya disebut life-long education.
Berbicara tentang hakikat belajar sebenarnya bahwa manusia hidup selalu dihadapkan pada sesuatu yang baru dikenal dan dialaminya untuk dibaca, diteliti dan dianalisa tentang seberapa jauh tingkat manfaatnya.
Belajar yang ada dalam suatu kegiatan pendidikan pasti akan berpikir pada pendidikan formal, non formal maupun informal. Namun ada hal lain dalam menjalani belajar ini, apakah haruskah belajar itu selalu ada ditempat pendidikan?
Kemudian menurut pendapat penulis dari uraian singkat diatas terdapat perbedaan antara kata belajar dan pendidikan, bagaimana menurut pendapatmu apakah benar ada perbedaan dari sudut etimologi dan terminologi.
Psikologi Belajar
Psikologi belajar adalah ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip perilaku manusia dalam penerapannya untuk belajar dan pembelajaran. Dengan kata lain, psikologi belajar memberi kontribusi bagi guru ketika ia menjalankan tugas mengajar di dalam kelas sehingga tampak pada kinerjanya ketika mengajar dengan mempertimbangkan prinsip psikologis siswa. Sementara untuk siswa aktivitas seperti intelegensi, berpikir dan motivasi dapat diamati oleh guru, kemudian apa korelasinya dengan sudut pandang psikologi bahwa manusia itu belajar terus sepanjang hidup?.
Kemudian menurut seorang ahli Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag dalam bukunya Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999, Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pada pendapat tersebut, memberikan gambaran pengertian bahwa belajar itu terhubung dengan jiwa raga agar terjadi proses perubahan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan muncul pada diri sesorang berupa tindakan dan aktivitas manusia seperti tertawa, bekerja dan berjalan, kemudian bagaimana hasil interaksinya dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Keadaan jiwa yang bisa membuat seseorang bisa lebih mudah berfikir dan juga berpendapat itu dibutuhkan suatu reaksi dari sebuah reaksi lingkungan. Reaksi lingkungan apa yang kalian ketahui ?
Catatan;
Mahasiswa yang ikut membahas dalam kuliah ini dengan memberikan pendapat pada kolom komentar menjadi bukti hadir ikut kuliah hari ini.
Mahasiswa yang ikut membahas dalam kuliah ini dengan memberikan pendapat pada kolom komentar menjadi bukti hadir ikut kuliah hari ini.
Penjelasan lebih luas
tentang
Psikologi Belajar
1.
Belajar
Pada hakikatnya pendidikan itu akan
terus berlangsung sepanjang hidup manusia atau dalam bahasa populernya disebut life-long
education baik untuk pendidikan formal, non formal maupun informal,
namun demikian ada hal lain dalam menjalani pendidikan ini harus selalu
berhadapan dengan belajar, menurut
pendapat penulis terdapat perbedaan antara menjalani pendidikan dan belajar
terus dijalani oleh manusia sepanjang hidup.
Pendidikan berarti memberikan bimbingan atau
pertolongan tentang pengalaman yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada
orang lain agar ia menjadi dewasa. Pendidikan menunjukan bahwa pengalaman yang
sudah pernah dialami oleh orang dewasa ini dalalm sepanjang hidupnya kemudian
disampaikan kepada orang lain bisa dalam bentuk lisan maupun lewat tulisan.
Penyampaian dalam bentuk Lisan ini berarti terjadi komunikasi aktif dua arah
secara langsung berhadapan bertemu dalam satu pertemuan maupun baik menggunakan
alat komunikasi.
Maka pendidikan menjadi persoalan
psikologis yang bersangkutan bila pendidikan diartikan secara luas. Oleh sebab
itu, pendidikan perlu tenaga pendidik yang dibekali dengan aneka ragam
pengetahuan psikologis yang sesuai dengan tuntutan zaman, kemajuan sains dan
teknologi.
Tantangan pendidik dalam pendidikan
adalah menyiapkan peserta didik untuk hidup dalam lingkungan yang bukan
semata-mata dalam lingkungan saat ini. Bagaimana menyiapkan seseorang untuk
hidup dalam lingkungan yang sebagian besar belum dikenal akibat dari perubahan-
perubahan yang sering terjadi akhir-akhir ini.
Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman hidup yang dihadapinya.
Belajar bagi orang yang mengerti
adalah menemukan sesuatu yang dihadapi untuk dipelajari, diteliti, diamati dan
bahkan dihayati untuk menjadi modal kehidupan, sehingga belajar hendaknya
menjadi prioritas guna memecahkan masalah yang ditemukan. Lebih- lebih belajar itu
adalah untuk melihat ke masa depan, yakni belajar untuk mengantisipasi
realitas. Belajar Ini menjadi makin penting bagi anak dan remaja yang hidup
dalam era globalisasi yang menuntut keterbukaan dan kelenturan dalam pemikiran,
serta kemampuan memecahkan masalah- masalah non-rutin secara kreatif dan
kritis. Juga berarti, dibutuhkannya keterampilan- keterampilan tertentu yang
menyiapkan peserta didik untuk dapat bersaing pada tingkat nasional dan
internasional dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, pendidikan
nilai dan humaniora.
Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (1999), Belajar
adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
Menurut Djamarah, Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Kognitif (Pengetahuan)
kognitif adalah yang mencakup
kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam kognitif. kognitif
memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada
kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur
yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Afektif (sikap)
Afektif adalah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif
tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atau memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi
dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Psikomotor (tindakan)
Arti kata psikomotorik
berhubungan dengan aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses mental dan
psikologi.
Psikomotorik adalah domain atau daerah, wilayah, ranah yang meliputi
perilaku gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan
fisik seseorang. Keterampilan yang akan berkembang jika sering dipraktekkan ini
dapat diukur berdasarkan jarak, kecepatan, teknik dan cara pelaksanaan. Dalam
aspek psikomotorik terdapat tujuh kategori mulai dari yang terendah hingga
tertinggi:
·
Peniruan
Kategori ini terjadi ketika
anak bisa mengartikan rangsangan atau sensor menjadi suatu gerakan motorik.
Anak dapat mengamati suatu gerakan kemudian mulai melakukan respons dengan yang
diamati berupa gerakan meniru, bentuk peniruan belum spesifik dan tidak
sempurna.
·
Kesiapan
Kesiapan anak untuk bergerak
meliputi aspek mental, fisik, dan emosional. Pada tingkatan ini, anak
menampilkan sesuatu hal menurut petunjuk yang diberikan, dan tidak hanya
meniru. Anak juga menampilkan gerakan pilihan yang dikuasainya melalui proses
latihan dan menentukan responsnya terhadap situasi tertentu.
·
Respon Terpimpin
Merupakan tahap awal dalam
proses pembelajaran gerakan kompleks yang meliputi imitasi, juga proses gerakan
percobaan. Keberhasilan dalam penampilan dicapai melalui latihan yang terus
menerus.
·
Mekanisme
Merupakan tahap menengah dalam
mempelajari suatu kemampuan yang kompleks. Pada tahap ini respon yang
dipelajari sudah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan bisa dilakukan dengan
keyakinan serta ketepatan tertentu.
·
Respon Tampak Kompleks
Ini tahap gerakan motorik yang
terampil yang melibatkan pola gerakan kompleks. Kecakapan gerakan diindikasikan
dari penampilan yang akurat dan terkoordinasi tinggi, namun dengan tenaga yang
minimal. Penilaian termasuk gerakan yang mantap tanpa keraguan dan otomatis.
·
Adaptasi
Pada tahap ini, penguasaan
motorik sudah memasuki bagian dimana anak dapat memodifikasi dan menyesuaikan
keterampilannya hingga dapat berkembang dalam berbagai situasi berbeda.
·
Penciptaan
Yaitu menciptakan berbagai
modifikasi dan pola gerakan baru untuk menyesuaikan dengan tuntutan suatu
situasi. Proses belajar menghasilkan hal atau gerakan baru dengan
menekankan pada kreativitas berdasarkan kemampuan yang telah berkembang pesat.
Psikomotor merupakan yang berkaitan dengan hasil belajar berupa
keterampilan (skill), tahu kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Hasil belajar, psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan
dari hasil belajar kognitif dengan memahami sesuatu, hasil belajar afektif akan
tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku.
Leighbody (1968) berpendapat bahwa untuk menilai hasil belajar psikomotor
mencakup:
- kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja,
- kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan,
- kecepatan mengerjakan tugas,
- kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
- keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
Jadi psikomotor adalah sangat erat sekali berhubungan dengan aktivitas
fisik, misalnya praktek ibadah, lari, melompat, melukis, menari,
memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan
(psikomotor) dapat diukur melalui:
- pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung,
- sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
- beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Jadi,
belajar adalah proses serangkaian kegiatan untuk berusaha memperoleh
pengetahuan dan dapat menimbulkan perubahan dalam tingkah laku, kepandaian, dan
lain-lain yang berasal dari pengalaman orang seorang yang berhubungan dengan
kognitif, afektif, dan psikomotor
Psikologi Belajar
Psikologi belajar adalah ilmu yang
mempelajari prinsip-prinsip perilaku manusia dalam penerapannya bagi belajar
dan pembelajaran. Dengan kata lain, psikologi belajar memberi kontribusi bagi
guru ketika ia menjalankan tugas mengajar di dalam kelas sehingga tampak pada
kinerjanya ketika mengajar dengan mempertimbangkan prinsip psikologis murid.
Sebelum mengambil kesimpulan tentang
pengertian “Psikologi Belajar”, ada baiknya dipelajari dari beberapa pengertian
yang telah dirumuskan oleh para ahli tentang “Psikologi Pendidikan” sebagai
berikut: (Mahfud)
·
Lister D. Crow and Alice Crow,
Ph. dalam bukunya “Educational Psychology” menyatakan bahwa psikologi
pendidikan ialah Ilmu pengetahuan praktis yang berusaha untuk menerangkan
belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan secara ilmiah dan
fakta-fakta sekitar tingkah laku manusia.
·
W.S. Winkel dalam bukunya “Psikologi
Pendidikan dan Evaluasi Belajar” menyatakan bahwa psikologi pendidikan
adalah salah satu cabang dari psikologi praktis yang mempelajari
prasarat-prasarat (fakta- fakta) bagi belajar di sekolah berbagai jenis belajar
dan fase-fase dalam semua proses belajar. Dalam hal ini, kajian psikologi
pendidikan sama dengan psikologi belajar.
·
James Draver, dalam “Kamus
Psikologi”. Psikologi Pendidikan (Educational Psychology); adalah cabang dari
psikologi terapan (applied psychology) yang berkenaan dengan penerapan
asas-asas dan penemuan psikologis problema pendidikan ke dalam bidang
pendidikan.
·
H. Carl Witherington, dalam bukunya
“Educational Psychology”. Psikologi Pendidikan; adalah suatu studi tentang
prosesproses yang terjadi dalam pendidikan.
Belajar dapat
didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari sebagai hasil dari
interaksinya dengan lingkungan sekitarnya.
Aktivitas di sini dipahami sebagai
serangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik, menuju ke perkembangan pribadi
individu seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (afektif), dan
karsa (psikomotorik). (2002: 2)
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa psikologi belajar adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
mempelajari, menganalisis prinsip-prinsip perilaku manusia dalam proses belajar
dan pembelajaran.
Psikologi belajar secara umum
mempunyai ruang lingkup bahasan tersendiri yang berbeda dengan ilmu-ilmu lain.
Psikologi belajar juga mempunyai ruang lingkup yang khas, yang berbeda dengan
cabang psikologi lainnya. Psikologi sebagai ilmu, disamping mempelajari ilmu
pengetahuan secara teoritis juga memaparkan kajian yang berisifat praktis.
Metode Belajar
Metode merupakan sarana penting
lahirnya suatu teori. Metode bisa mempengaruhi kualitas ilmiah atau tidaknya
ilmu pengetahuan. Seperti ilmu-ilmu lain, psikologi belajar juga menggunakan
metode tertentu untuk melahirkan teori.
Beberapa literatur psikologi
menuliskan bahwa metode yang digunakan dalam psikologi belajar tersebut adalah
:
1. Metode introspeksi
Introspeksi artinya melihat ke dalam (intro = ke dalam dan speksi
<spectare> = melihat). Metode ini merupakan suatu metode
penelitian dengan melihat-lihat atau menyelidiki keadaan atau peristiwa yang
sedang terjadi dalam dirinya sendiri. Prinsipnya bahwa 'tentang diri saya hanya
saya yang lebih tahu'.
Metode
instrospeksi merupakan metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan
kedalam diri sendiri self observation, yaitu
dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.
Metode ini dipakai dan dikembangakan dalam disiplin psikologi oleh kelompok
Strukturalis (dipelopori Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu
yang mempelajari tentang pengalaman-pengalaman sadar individu.
Menurut mereka introspeksi dapat dipakai untuk mengetahui proses mental
yang sedang berlangsung pada diri seseorang, seperti bagaimana pikiran,
perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu tertentu. Disini
individu mengamat proses mental, menganalisi dan kemudian melaporkan perasaan yang
ada dalam dirinya.
Contoh : ketika saya sudah belajar dengan rajin saat ada
ujian, tetapi kenapa nilai saya selalu jelek, padahal saya sudah berusaha untuk
memahami materi ujian tersebut, disitu saya dapat menggunakan metode
introspeksi untuk memecahkan masalah apa yang terdapat dalam diri saya. Atau
ketika saya sedang presentasi materi didepan kelas, kenapa saya selalu gugup
padahal saya telah mempelajari materinya, disitu juga saya dapat menggunakan
metode introspeksi tersebut.
2. Metode ekstropeksi
Ekstropeksi artinya melihat keluar (ekstro; keluar dan speksi
<spectare> = melihat). Dan
sebagai metode, ekstropeksi mempelajari dengan sengaja dan teratur
gejala-gejala jiwa orang lain dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat
gejala-gejala yang ditunjukkannya.
Metode ini
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode
introspeksi. Pada metode ekstrospeksi subjek penyelidikan bukan dirinya sendiri
tetapi orang lain. Dengan demikian diharapakan adanya sifat yang subjektif
dalam penyelidikan itu. Namun metode ekstrospeksi sebenarnya juga berdasarkan
atas metode introspeksi. Orang akan dapat mengatakan atau menyimpulkan yang
terjadi pada orang lain, juga berdasarkan atas keadaan dirinya sendiri. Dengan
demikian kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode introspeksi juga akan
terdapat pada metode ekstrospeksi.
3. Questionare
Questionare dibacanya Kuesioner atau sering pula disebut angket merupakan
metode penyelidikan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau
dikerjakan oleh orang yang menjadi subjek dari penyelidikan tersebut.
Dengan angket, orang akan dapat memperoleh fakta baru sebagai bahan untuk
dijadikan opini (opinions). Pertanyaan dalam angket bergantung kepada
maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Pada garis besarnya angket terdiri dari
dua bagian yang besar, yaitu:
- Bagian yang mengandung data identitas
- Bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang ingin memperoleh jawaban.
Bagian yang mengandung data identitas yaitu merupakan bagian yang mengandung
pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkap data identitas dari orang yang dikenai
angket.
Tetapi kadang-kadang ada angket yang tidak menggunakan nama, sekalipun
identitas yang lain diungkap. Ini yang disebut angket anonym. Ada beberapa
macam bentuk atau jenis pertanyaan yang sekaligus memberikan bentuk atau jenis
angket, yaitu:
- Pertanyaan yang tertutup (closed questions),
Yaitu bentuk
pertanyaan bagi orang yang dikenai angket (responden), responden tinggal
memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan dalam angket tersebut.
- Pertanyaan yang terbuka (open questions),
Yaitu bentuk
pertanyaan yang responden masih diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
memberikan jawaban.
- Pertanyaan yang terbuka dan tertutup,
Yaitu merupakan
campuran dari kedua macam pertanyaan tersebut di atas.
Jika angket dilihat dari cara orang memberikan informasi, angket dapat
dibedakan dua jenis, yaitu:
a. Angket langsung,
Yaitu angket
yang diberikan kepada subjek yang dikenai, tanpa menggunakan perantara. Jadi
penyelidik langsung mendapatkan bahan dari sumber pertama (first resource).
b. Angket tidak langsung,
Yaitu angket
yang menggunakan perantara dalam menjawab. Jawaban-jawaban tidak langsung
didapatkan dari sumber pertama tetapi melalui perantara.
Keuntungan
metode angket antara lain:
a. Metode angket merupakan metode yang praktis, dari jarak jauh metode ini
dapat digunakan. Penyelidik tidak perlu langsung datang di tempat penyelidikan.
b. Dalam waktu yang singkat dapat dikumpulkan data yang relative banyak.
Disamping itu tenaga yang digunakan sedikit, sehingga dari segi ini merupakan
metode yang hemat.
c.
Orang dapat menjawab leluasa,
sehingga tidak dipengaruhi oleh orang-orang lain. Orang akan lebih terbuka
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Tetapi disamping keuntungan-keuntungan tersebut di atas, angket juga
mempunyai segi-segi kelemahan, antara lain:
a. Oleh karena dengan angket penyelidik mungkin tidak dapat langsung
berhadapan muka dengan yang diselidiki, maka apabila ada hal-hal yang kurang
jelas, keterangan lebih lanjut sulit dapat diperoleh.
b. Dalam angket pertanyaan-pertanyaan telah disusun demikian rupa, sehingga
pertanyaan-pertanyaan tidak dapat diubah disesuaikan dengan situasinya.
c. Biasanya angket yang telah dikeluarkan tidak semua dapat kembali. Hal ini
harus diperhitungkan apabila mengadakan penyelidikan dengan menggunakan angket.
d. Kesalahan dalam pelaksanaan (misalnya sugestif), kurang terangnya
pertanyaan-pertanyaan, menyebabkan kurang validnya bahan yang diperoleh.
4. Interviuw
Interviu merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan. Kalau pada angket pertanyaan-pertanyaan diberikan secara
tertulis, maka pada interviu pertanyaan-pertanyaan diberikan secara lisan.
Keuntungan-keuntungan pada metode interviu antara lain:
a. Pada interviu hal-hal yang kurang jelas dapat diperjelas, sehingga orang
dapat mengerti apa yang dimaksudkan. Keadaan ini tidak terdapat pada angket.
b. Pada interviu penginterviu dapat menyesuaikan dengan keadaan yang
diinterviu. Pada angket keadaan ini tidak mungkin.
c. Dalam interviu adanya hubungan yang langsung (face to face) karena itu
diharapkan dapat menimbulkan suasana hubungan yang baik, dan ini akan
memberikan bantuan dalam mendapatkan bahan-bahan.
Sedangkan
kelemahan-kelemahan antara lain:
a. Penyelidikan dengan interviu kurang hemat, baik dalam soal waktu maupun
tenaga, sebab dengan interviu membutuhkan waktu yang lama.
b. Pada interviu dibutuhkan keahlian, dan untuk memenuhi ini dibutuhkan waktu
untukl mendapatkan didikan atau latihan yang khusus.
c. Pada interviu apabila telah ada prasangka (prejudice) maka ini akan
mempengaruhi interviu, sehingga hasilnya tidak objektif.
5. Biografi
Metode ini
merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang yang merupakan riwayat hidup.
Dalam biografi orang menguraikan tentang keadaan, sikap-sikap ataupun
sifat-sifat lain mengenai orang yang bersangkutan. Oleh karena itu biografi
juga dapat merupakan sumber penyelidikan dalam lapangan psikologi.
Metode ini
disamping mempunyai keuntungan juga mempunyai kelemahan, yaitu bahwa
metode ini kadang-kadang bersifat subjektif, dalam arti menurut pandangan yang
membuat biografi itu.
6. Metode klinis
Metode klinis umumnya digunakan
untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan
kasus-kasus perilaku menyimpang.
Penyesuaian yang salah dapat
berbentuk perilaku anti social, gangguan emosional, gangguan belajar dan
keterbelakangan dalam mata pelajaran di sekolah dapat dideteksi dengan metode
ini.
Tujuan utama dari metode klinis
adalah mempelajari kasus-kasus baik individu maupun kelompok, didalam usaha untuk
mendeteksi dan mendiagnosa masalah-masalah khusus yang dihadapi pelajar, serta
memberikan langkah-langkah terapi untuknya/pengobatannya agar subjek dapat
kembali sehat penyesuaiannya.
Ø Studi Kasus
Klinis
Digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping
kesukaran belajar, gangguan emosiaonal, juga untuk masalah delinquency (kenakalan remaja).
Data yag diperoleh melalui studi kasus klinis,
kemudian dianalisi dan diintepretasikan untuk menemukan sebab-sebab yang
menimbulkan masalah tersebut.
Contoh : kasus
penyimpangan atau kenalan pada remaja.
Ø Studi Kasus
Perkembangan
Digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya perkembangan dari satu aspek
keaspek tertentu. Contohnya bagaimana perkembangan emosi anak umur 6-9
tahun sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran matematika yang tidak
menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
§ Cara Longitudinal
Penelitian dilakukan secara terus menerus dalam jangka
waktu tertentu pada subjek yang sama, pada contoh diatas kita mengamati anak
tersebut dalam jangka waktu 3 tahun
(dari usia 6 sampai 9 tahun).
Contoh : ketika saya meneliti perilaku anak dari si
anak usia 1 tahun hingga dia berusia 3 tahun (meneliti secara berkelanjutan).
§ Cara Cross-Sectional
Penelitian dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel
yang mewakili usia anak yang ingin diteliti.
Contoh : ketika saya meneliti perilaku beberapa macam
usia anak, misalnya terdapat anak usia 5,6,7,8 dalam satu kondisi dan saya
memperbandingkan perilaku anak pada usia-usia tersebut.
7. Metode eksperimen
Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan pengontrolan secara
ketat terhadap faktor-faktor atau variabel - variabel yang diperkirakan dapat
“mencemari atau mengotori” hasil penelitian.
Metode ini merupakan suatu prosedur sistematik yang disebut sebagai experimental design (rancangan
eksperimen).
Rancangan ini memiliki dua
pengertian.
a. Adanya langkah-langkah sistematik
seperti dalam langkah-langkah penelitian ilmiah
· Ada masalah
(problem)
· Kumpulkan
konsep/teori yang sesuai problem
· Alternatif
jawaban/hipotesis
· Diuji secara
empirik dengan data lapangan
· Kesimpulan dan
generalisasi
b. Suatu prosedur
yang sesuai dengan subjek bagi kondisi-kondisi eksperimen yang ada serta
pemilihan teknik statistic yang sesuai.
Contoh : Kelas
A difasilitasi AC dikelasnya sedangkan kelas B tidak difasilitasi AC
dikelasnya. Lalu apakah fasilitas yang terdapat pada kelas tersebut berpengaruh
terhadap proses belajar siswa, pasti berbeda hasil eksperimen kelas A dan kelas
B.
8. Metode testing
Pada sebuah penelitian di dalam dunia pendidikan seringkali melibatkan
metode tes. Pada metode ini diajukan berbagai pertanyaan yang telah dirancang
untuk dijawab oleh peserta didik yang akan diamati kondisi psikologisnya. Tes
dilakukan dengan kaidah-kaidah tertentu. Biasanya tes dimanfaatkan untuk
keperluan praktis.
Manfaat Psikologi Belajar bagi Guru
Psikologi sebagai salah satu cabang
ilmu pengetahuan teori-teorinya mulai diterapkan dalam berbagai bidang
kehidupan. Dunia industri atau perusahaan, pemgembangan sumber daya manusia,
dunia klinis atau medi atau kedokteran, dunia pendidikan, parenting skill,
pendampingan remaja, dunia olah raga, komunikasi, dakwah, public relation serta
berbagai bidang kehidupan lainnya menerapkan ilmu-ilmu psikologi. Khusus dalam
dunia pendidikan, terdapat psikologi pendidikan dan psikologi belajar.
Manfaat Mempelajari Psikologi
Belajar
Psikologi belajar amat penting bagi
setiap orang, akan sangat terasa betapa pentingnya pengetahuan tentang
psikologi belajar itu, apabila seorang guru diserahi tanggung jawab sebagai
pemimpin, baik pemimpin perkumpulan keagamaan, perkumpulan olah raga, kesenian,
sekolah dan sebagainya.
Manfaat dan kegunaan psikologi
belajar merupakan alat bantu bagi penyelenggara pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Psikologi belajar dapat dijadikan landasan berpikir dan
bertindak bagi guru, konselor, dan juga tenaga profesional kependidikan lainnya
dalam mengelola proses pembelajaran.
Fungsi Psikologi Belajar dalam
Pembelajaran
Menurut Gage & Berliner,
psikologi belajar memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk menjelaskan,
memprediksikan, mengontrol fenomena (dalam kegiatan belajar mengajar), dan
dalam pengertiannya sebagai ilmu terapan juga memiliki fungsi merekomendasikan.
Fungsi psikologi belajar menurut
Gage dan Berliner, antara lain menjelaskan, memprediksikan, mengontrol fenomena
(dalam kegiatan belajar mengajar), dan dalam pengertiannya sebagai ilmu
terapan. Dengan demikian, psikologi belajar dapat membantu guru untuk memahami
bagaimana individu belajar. Dengan mengetahui individu belajar, kita dapat
memilih cara yang lebih efektif untuk membantu memberikan kemudahan,
mempercepat, dan memperluas proses belajar individu.
Psikilogi belajar berfungsi
memberikan pemahaman mengenai sifat dan keterkaitan berbagai aspek dalam
belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini psikologi belajar mengkaji konsep
mengenai aspek perilaku manusia yang terlibat dalam belajar dan pembelajaran,
serta lingkungan yang terkait.
Sebagaimana dijelaskan bahwa
perilaku siswa atau siswi terkait dengan
konsep-konsep tentang pengamatan dan aktivitas psikis (intelegensi,
berpikir,motivasi), gaya belajar, individual defferencies, dan pola
perkembangan individu. Sedangkan perilaku guru terkait dengan pengelolaan
pembelajaran kelas, metode, pendekatan, dan model mengajar. Lebih lanjut, aspek
lingkungan yang terkait dan berperan dalam aktivitas belajar-pembelajaran yakni
lingkungan sosial dan instrumental.
Tujuan mempelajari psikologi
belajar, antara lain;
1. Untuk membantu para guru dan calon guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam
usahanya membimbing murid dalam proses belajar.
2. Agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan
yang efisien dan efektif dengan jalan mempelajari, menganalisis tingkah laku
murid dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses
pendidikan yang berlangsung guna meningkatkan ke arah yang lebih baik.
Sumber Bacaan
Gage, H. L, & Berliner, D. C. 1984. Educational
Psychology. Chicago: Rand Mc Nally College Publishing Company.
Mangal, S.K.1998. General Psychology. New Dehli :
Starling Publisher Private Limited
Shalahuddin, Mahfud. 1990. Pengantar Psikologi
Pendidikan. Surabaya : Bina Ilmu
Posting Terkait:
- Pengertian Belajar, Ciri-ciri Belajar dan Prinsip Belajar
- Konsep Minat Belajar Menurut Beberapa Cendekiawan
- Aspek-Aspek Minat Belajar dan Indikator Minat Belajar
- Pengertian Sumber Belajar
- Pengertian Sumber Belajar Menurut Para Ahli Pendidikan
Tag: Fungsi Psikologi Belajar dalam Pembelajaran, Manfaat Mempelajari Psikologi Belajar, Manfaat Psikologi Belajar bagi Guru, Metode dalam Psikologi Belajar, Psikologi Belajar, Ruang Lingkup Psikologi Belajar