Filsafat
Filsafat berasal
dari bahasa Yunani, philosophia atau philosophos. Kata tersebut tersusun dari dua
kata philos artinya “ cinta “ dan sophia “ bijaksana “.
Dalam kalimat lain, filsafat sering juga disebut berasal dari kata philos dan shopos.
Makna harfiahnya, meski berbeda penyebutannya sama. Philos [Felien]
berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan.
Cinta adalah sebuah
emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks
filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan,
perasaan belas kasih dan kasih sayang. Cinta ;
1. Rabi’ah Al-‘Adawiyah:
Rabi'ah adalah seorang sufi yang mempunyai nama
lengkap Rabi'ah binti Ismail Adawiyah, beliau dilahirkan di kota Basrah dikota terbesar Irak, terletak sekitar 545 km dari Bagdad pada tahun
95 H. Oleh ayahnya beliau diberi nama Rabi'ah karena beliau adalah putri ke
empat dari 3 putri lainnya.
cinta adalah ungkapan kerinduan dan gambaran perasaan yang
terdalam. Siapa yang merasakannya, niscaya akan mengenalinya. Namun, siapa yang
mencoba untuk menyifatinya, pasti akan gagal.
2.
Jalaluddin
Rumi:
Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi
al-Bakri (Jalaluddin Rumi)
atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang
lahir di Balkh
(sekarang Samarkand
atau Uzbekistan)
pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau
tanggal 30 September 1207 Masehi.
cinta adalah sumber segala sesuatu. Dunia dan kehidupan
muncul karena kekuatan yang bernama cinta. Cinta
adalah inti dari segala bentuk kehidupan di dunia.
3.
Kahlil
Gibran:
Kahlil Gibran lahir di Basyari,
Lebanon, 6 Januari 1883 dari keluarga Katolik Maronit. Ayahnya bernama Khalil
bin Gibran, seorang gembala yang memiliki kebiasaan memainkan Taoula, merokok
pipa air (narjille) dan ibunya bernama Kamila, adalah anak dari seorang
pendeta Maronit, Estephanos Rahmi, yang berstatus janda sebelum menikah dengan
Khalil.
cinta adalah satu-satunya kebebesan di dunia karena cinta itu membangkitkan
semangat hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alami pun tak bisa mengubah
perjalannya. Cinta ibarat seekor burung yang cantik, meminta untuk ditangkap
tapi menolak untuk disakiti.
Kebijaksanaan berasal dari kata bijaksana mendapat
imbuhan ke-..-an. Kata ini mengandung makna “ kepandaian menggunakan akal budi “, Bijaksana
adalah sikap positif seseorang dimana dia dapat berlaku adil dan melakukan
sesuatu yang tidak cuma-cuma dalam arti memiliki tujuan dan berlandaskan hal
yang jelas.
Kebijaksanaan berasal dari kata bijak ditambah
awalan “ ke “ dan Akhiran “ an ”, Bijak adalah selalu menggunakan akal
budinya (menurut pengalaman dan pengetahuannya), pandai , cerdas dan berhati
–hati , arif , cermat , teliti. Ada yang mendefinisikan bijak adalah paham
akan perbedaan dan persamaan akan nilai-nilai dari kebaikan menurut persepsi
dari norma-norma kemanusiaan. Adapun bijak
adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya (Adil).
bijak adalah suatu cerminan sikap dan perilaku
seseorang terhadap sesuatu yang ia lihat berdasarkan apa yang ada dipikirannya
secara tepat dalam situasi dan kondisi seperti apapun dan bersifat objektif
serta mampu mengambil makna atau pelajaran penting dari apa yang dilakukannya.
Dengan kata lain orang yang bijak
adalah orang yang mampu mengambil keputusan dengan tepat baik secara langsung
maupun tidak langsung tanpa memihak secara adil dan objektif.
Bijaksana artinya selalu
menggunakan akal budinya (pengalaman dan ilmu pengetahuannya); arif; tajam
pikiran atau pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dsb.) apabila menghadapi
kesulitan, jadi bijaksana
adalah sikap tepat dalam menyikapi setiap keadaan dan peristiwa sehingga
memancarlah keadilan, ketawadluan dan kebeningan hati.
Jika mengacu kepada pemikiran Socrates, kata bijaksana dapat
pula diterjemahkan sebagai pengetahuan. Pengetahuan dalam bahasa filsafat
disebut dengan hikmah tertinggi yang menjadi budi teragung manusia. Itulah
filsafat.
Kebijakan adalah rangkaian
konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada
pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan
berbeda dengan peraturan dan hukum.
Kebijaksanaan merupakan sifat
dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, pemahaman, pengalaman, akal sehat
dan wawasan yang dalam. sehingga akan tercipta keadilan. dimana ia tidak
memihak salah satu pihak saja.
Kebijaksanaan adalah sebuah
homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang
sama tetapi maknanya berbeda. Kebijaksanaan memiliki arti dalam
kelas nomina atau kata benda sehingga kebijaksanaan dapat menyatakan
nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.
Harun Hadiwijono (1980) berpendapat bahwa filsafat diambil dari bahasa
Yunani, filosofia. Struktur katanya berasal dari kata filosofien yang berarti
mencintai kebijaksanaan. Dalam arti itu, filsafat mengandung arti sejumlah
gagasan yang penuh kebijaksanaan. Artinya,
seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif melakukan usaha untuk
memperoleh kebijaksanaan.
Kata filsafat dalam pengertian kebijaksanaan, lebih berarti sebagai
“ imbauan kepada kebijaksanaan ”. Karena itu, filsafat bukan kebijaksanaan dan
bukan hikmah, tetapi sifat dekat dengan kebijaksanaan, sifat dekat dengan
hikmah. Mengapa? Ya itulah kebijaksanaan diri manusia yang bijak. Ia akan sadar
bahwa kebijaksanaan itu hanya milik Idea-Plato, yaitu god dan dalam terminologi
Arab-Muslim adalah Allah.
Harun Nasution menganggap bahwa kata filsafat berasal dari struktur
kata philos dan shopia, philos dan shopos atau philosofien. Philein berarti
cinta dan shopos berarti wisdom atau bijaksana. Orang Arab menurut Harun
memindahkan kata philosopia ke dalam bahasa mereka dengan menyesuaikan tabi’at
susunan kata-kata bahasa Arab.
Harun lebih lanjut menyatakan bahwa kata filsafat yang banyak dipakai masyarakat Indonesia. Kata ini,
sebenarnya bukan murni berasal dari bahasa Arab sama seperti tidak murninya
terambil dari bahasa Barat, philosophy.
Harun justru membuat kompromi bahwa kata filsafat terambil dari dua bahasa, yaitu gabungan antara bahasa
Inggris dan bahasa Arab, yaitu “ fill ” diambil dari bahasa Inggris artinya mengisi dan “ saffah
“ diambil dari bahasa Arab artinya Tenang, bersih, teman baik, kata saffah bentuk lain dari kata Safa.
Berfilsafat, menurut Harun Nasution mengandung arti berpikir menurut tata tertib atau mengikuti kaidah logika
dengan bebas tidak terikat pada tradisi, dogma
atau kepercayaan serta agama. Selain itu, berfilsafat juga berarti berpikir
sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya.
Menurut Harun Nasition, secara etimologi, filsafat dapat didefinisikan
sebagai:
1) Pengetahuan tentang hikmah;
Hikmat atau hikmah (bahasa Inggris: Wisdom
adalah suatu pengertian dan pemahaman yang dalam mengenai orang, barang,
kejadian atau situasi, yang menghasilkan kemampuan untuk menerapkan persepsi,
penilaian dan perbuatan sesuai pengertian tersebut.
Sementara Ibn
Sina menyatakan bahwa: hikmah adalah kesempurnaan jiwa manusia
tatkala berhasil menangkap makna segala sesuatu dan mampu menyatakan kebenaran
dengan pikiran dan perbuatannya sebatas kemampuannya sebagai manusia.
Misalnya, menulis bahwa hikmah berasal dari
Allah, dan diantara manusia yang pertama dianugrahi hikmah oleh Allah ialah
Luqman al-Hakim.
2) Pengetahuan tentang prinsip atau dasar- dasar segala
sesuatu;
Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental
atau kebenaran umum maupun individual
yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk
berpikir atau bertindak. Misalnya Prinsip dasar berpikir dalam filsafat islam ajaran yang dapat diturunkan
dari al-Qur'an, yaitu dengan cara memikirkan, memahami, menghayati dan
mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah sebagai objek pikir, baik ayat
kauniyah dan segala hukumnya (realitas alam dan hukum alam) maupun ayat-ayat
Qur'aniyahmelalui petunjuk dan isyarat ayat-ayat al-Qur'an tentang "aql
3) Mencari kebenaran; dan
Kebenaran adalah persesuaian antara
pengetahuan dan objek bisa juga diartikan suatu pendapat atau perbuatan
seseorang yang sesuai dengan atau tidak ditolak oleh orang lain dan tidak
merugikan diri sendiri. Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan yang
merupakan objek dan pengetahuan tidak sesuai.
Kebenaran filsafat diperoleh dengan cara merenungkan
atau memikirkan sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau mungkin ada. Kebenaran filsafat
ini memiliki proses penemuan dan pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam
beberapa kelompok madzhab.
Berdasarkan scope, bahwa potensi kebenaran adalah subjek, subyek adalah pokok bahasan atau unsur yang mewakili seseorang yang melakukan perbuatan
atau aktivitas tertentu, dengan
memperhatikan subyek, maka kebenaran itu memiliki susunan tingkatan
menjadi :
a. Kebenaran indera
Tingkat kebenaran indra adalah tingakatan yang paling
sederhana dan pertama yang dialami manusia.
b. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman
yang didasarkan disamping melalui indra, diolah pula dengan rasio.
c.
Tingkat filosofis, rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam
mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya.
d. Tingkatan religius,
kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh
kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami
kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksanakan kebenaran itu.
Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tanpa melaksanakan
konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik psikologis.
Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi
akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan
bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan
oleh kebanaran.
Menurut Phytagoras, manusia hanya sampai pada sifat “pencinta
kebijaksanaan”. Phytagoras menyatakan “cukup seorang menjadi mulia ketika ia
menginginkan hikmah dan berusaha untuk mencapainya meski ia tidak pernah
menjadi hikmah itu sendiri”.
Filsafat dari Literal ke Jalan Hidup
Makna filsafat sebagaimana dijelaskan tadi, akan berbeda pengertiannya
dengan makna substantif dari filsafat itu sendiri. Dalam pengertian terakhir,
filsafat sering difahami sebagai jalan hidup. Pengertian terakhir ini, filsafat
mengalami pergeseran makna yang jauh sekali dibandingkan dengan makna
literalnya. Pengertian filsafat yang pertama lebih memberi arti teoretis,
sedangkan dalam makna kedua, filsafat lebih dapat difahami sebagai pandangan
hidup yang sifatnya praksis atau praktik yaitu bidang
kehidupan dan kegiatan praktis manusia.
Filsafat dalam makna praksis, setidaknya terlihat dari pernyataan Phytagoras
(572-497 M) yang sering dinobatkan sebagai orang pertama yang memakai kata
philosopia ketika ia ditanya, apakah ia orang yang bijaksana? Dengan rendah
hati, Phytagoras menjawab bahwa dirinya adalah pencinta kebijaksanaan
(lover of wisdom), la bukan kebijaksanaan itu sendiri.
Dalam pengertian ini, seseorang dapat disebut telah berfilsafat apabila
ucapan dan prilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta
terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan cinta terhadap hikmah. Tetapi
bukan kebijaksanaan itu sendiri, bukan hikmah dan juga bukan pengetahuan itu
sendiri.
Meski demikian, banyak juga sumber yang menyatakan bahwa kata shopia
mengandung arti luas daripada hanya sekedar kebijaksanaan, pengetahuan dan
hikmah sebagaimana diilustrasikan tadi.
Pengertian dimaksud berkembang misalnya:
1) kerajinan;
2) kebenaran pertama;
3) pengetahuan yang luas;
4) kebajikan intelektual;
5) pertimbangan yang sehat, dan;
6) kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis.
Berdasarkan pengertian tadi, pada awalnya filsafat bermakna umum, yang
intinya mencari keutamaan mental (the pursuit of mental excellence).
Hasbullah Bakri mendefinisikan filsafat dalam ragam pandang para tokoh
filsafat. Plato (427-438 SM) dianggap telah mendefinisikan filsafat sebagai
ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang genuine.
Aristoteles (382-322 SM) dianggap telah mendefinisikan filsafat sebagai
pengetahuan yang meliputi kebenaran. Terkandung di dalam kajian filsafat ini
adalah ilmu metafisika, logika, retorika, etika, estetika dan ekonomi.
Al-Farabi (870-950 SM) dianggap telah mendefinisikan filsafat sebagai
pengetahuan tentang alam maujud dan
Hakikat Alam
Berbicara tentang hakikat alam ada beberapa argumen, salah satu diantaranya
adalah argumen kosmologis. Argumen ini disebut juga argumen sebab-musabab, yang
timbul dari paham bahwa alam adalah alam yang dijadikan, maka mesti ada zat
yang menjadikannya.
Argumen kosmologis adalah sebuah tipe argumen formal untuk menyimpulkan atau
membuktikan keberadaan Tuhan berdasarkan fakta-fakta atau klaim-klaim yang
dianggap benar mengenai alam semesta. Dalam sejarah, banyak pemikir yang
mengajukan argumen-argumen kosmologis, diantaranya Plato, Aristoteles,
Ibnu Sina,
para mutakallimun di tradisi
filsafat Islam, serta Thomas Aquinas
Descartes (1590-1650 M) dianggap telah mendefinisikan filsafat sebagai
hukum ilmu pengetahuan, yakni tentang Tuhan, alam dan manusia. Immanuel Kant
(1724-1804 M) dianggap telah mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan
yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan.
Atas dasar asumsi seperti itu, maka menurut Kant ada tiga persoalan yang
dikaji dalam filsafat. Ketiga pokok soal itu adalah:
1) Apakah yang dapat manusia ketahui (dijawab
oleh metafisika);
2) Apakah yang seharusnya diketahui
manusia (dijawab oleh etika); dan
3) Sampai dimanakah harapan manusia
(dijawab oleh agama),
Dalam arti yang agak umum, filsafat dapat digunakan untuk menjawab berbagai
pertanyaan yang muncul dalam pikiran manusia tentang berbagai kesulitan yang
dihadapinya, serta berusaha untuk menemukan solusi yang tepat. Misalnya ketika kita menanyakan:
“Siapakah Kita? Darimana kita berasal? Mengapa kita ada di suatu tempat? Ke
mana kita akan pergi dan berlalu? Apa yang dimaksud dengan kebenaran dan
kebathilan? Dan apakah yang dimaksud dengan kebaikan dan kejahatan?
Namun demikian, filsafat dapat juga diartikan dalam arti khusus. Dalam arti
ini, kata filsafat biasanya bersinonim dengan sistem dari sebuah madzhab
tertentu dalam filsafat. Misalnya, filsafat dirangkaikan dengan salah seorang
filosof, seperti filsafat Aristoteles atau filsafat Plato. Rangkaian kata
filsafat dengan nama seorang filosof tertentu mengindikasikan bahwa setiap
filosof dengan aktivitas filsafat yang dilakukannya bermaksud membangun suatu
bentuk penafsiran yang lengkap dan menyeluruh terhadap segala sesuatu yang
diyakini kebenarannya oleh filosof tertentu dimaksud.
Berdasarkan dari watak dan fungsinya, filsafat dapat diklasifikasikan pada:
1. Sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis;
2. Suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi;
3. Usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan. Artinya, filsafatberusaha untuk mengkombinasikan hasil bermacam-
inacam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang
konsisten tentang alam;
4. analisis logika dari bahasa serta
penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak filsafat ini sering juga
diartikan dengan logo sentrism; dan
5. Sekumpulan problem yang langsung mendapat
perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
(Rizal Muntasyr, 2003: 3).
Dilihat pengertian filsafat di atas,
maka filsafat dapat dibedakan dalam dua jenis pengertian.
Pertama, filsafat sebagai reflectif thinking, yaitu Berpikir reflektif (reflective
thinking) merupakan bagian dari metode penelitan yang dikemukakan oleh John
Dewey. Pendapat Dewey menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses sosial
dimana anggota masyarakat yang belum matang (terutama anak-anak) diajak ikut
berpartisipasi dalam masyarakat.
Kedua, filsafat sebagai produk kegiatan berpikir murni dan
ia sudah terbentuk dalam suatu disiplin ilmu. Filsafat dalam term pertama dapat
diartikan sebagai aktivitas pikir murni, atau kegiatan akal pikir manusia dalam
usaha mengerti secara mendalam atas segala sesuatu. la merupakan satu daya atau
kemampuan berpikir yang tinggi dari manusia dalam usaha memahami kemestaan.
ketiga filsafat dalam arti ini telah terbentuk dalam pembendaharaan yang
terorganisasi dan telah memiliki sistematika tertentu. Prof. Cecep Sumarna
Pustaka;
- Kurniawan, Harlis. 2009. Revolusi Cinta. Jakarta: Lingkar Pena Kreativa.
- M. Asyhari. 2006. Tafsir Cinta: Tebarkan Kebajikan dengan Spirit Al-Quran. Jakarta: Hikmah.
- Rosyadi, Khoirul. 2000. Cinta & keterasingan. Yogyakarta: LKiS.