Friday, February 1, 2019

Filsafat Ilmu pertemuan 1


Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia atau philosophos. Kata tersebut tersusun dari dua kata philos artinya “ cinta dan sophiabijaksana . Dalam kalimat lain, filsafat sering juga disebut berasal dari kata philos dan shopos. Makna harfiahnya, meski berbeda penyebutannya sama. Philos [Felien] berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan.
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Cinta ;
1.     Rabi’ah Al-‘Adawiyah:
Rabi'ah adalah seorang sufi yang mempunyai nama lengkap Rabi'ah binti Ismail Adawiyah, beliau dilahirkan di kota Basrah dikota terbesar Irak, terletak sekitar 545 km dari Bagdad pada tahun 95 H. Oleh ayahnya beliau diberi nama Rabi'ah karena beliau adalah putri ke empat dari 3 putri lainnya.
cinta adalah ungkapan kerinduan dan gambaran perasaan yang terdalam. Siapa yang merasakannya, niscaya akan mengenalinya. Namun, siapa yang mencoba untuk menyifatinya, pasti akan gagal. 

2.     Jalaluddin Rumi:
Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Samarkand atau Uzbekistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi.
cinta adalah sumber segala sesuatu. Dunia dan kehidupan muncul karena kekuatan yang bernama cinta. Cinta adalah inti dari segala bentuk kehidupan di dunia. 

3.     Kahlil Gibran:
Kahlil Gibran lahir di Basyari, Lebanon, 6 Januari 1883 dari keluarga Katolik Maronit. Ayahnya bernama Khalil bin Gibran, seorang gembala yang memiliki kebiasaan memainkan Taoula, merokok pipa air (narjille) dan ibunya bernama Kamila, adalah anak dari seorang pendeta Maronit, Estephanos Rahmi, yang berstatus janda sebelum menikah dengan Khalil.
cinta adalah satu-satunya kebebesan di dunia karena cinta itu membangkitkan semangat hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alami pun tak bisa mengubah perjalannya. Cinta ibarat seekor burung yang cantik, meminta untuk ditangkap tapi menolak untuk disakiti.

Kebijaksanaan berasal dari kata bijaksana mendapat imbuhan ke-..-an. Kata ini mengandung makna “ kepandaian menggunakan akal budi “, Bijaksana adalah sikap positif seseorang dimana dia dapat berlaku adil dan melakukan sesuatu yang tidak cuma-cuma dalam arti memiliki tujuan dan berlandaskan hal yang jelas.
Kebijaksanaan berasal dari kata bijak ditambah awalan “ ke “ dan Akhiran “ an ”, Bijak adalah selalu menggunakan akal budinya (menurut pengalaman dan pengetahuannya), pandai , cerdas dan berhati –hati , arif , cermat , teliti. Ada yang mendefinisikan bijak adalah paham akan perbedaan dan persamaan akan nilai-nilai dari kebaikan menurut persepsi dari norma-norma kemanusiaan. Adapun bijak adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya (Adil).
bijak adalah suatu cerminan sikap dan perilaku seseorang terhadap sesuatu yang ia lihat berdasarkan apa yang ada dipikirannya secara tepat dalam situasi dan kondisi seperti apapun dan bersifat objektif serta mampu mengambil makna atau pelajaran penting dari apa yang dilakukannya. Dengan kata lain orang yang bijak adalah orang yang mampu mengambil keputusan dengan tepat baik secara langsung maupun tidak langsung tanpa memihak secara adil dan objektif.
Bijaksana artinya selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan ilmu pengetahuannya); arif; tajam pikiran atau pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dsb.) apabila menghadapi kesulitan, jadi bijaksana adalah sikap tepat dalam menyikapi setiap keadaan dan peristiwa sehingga memancarlah keadilan, ketawadluan dan kebeningan hati.
Jika mengacu kepada pemikiran Socrates, kata bijaksana dapat pula diterjemahkan sebagai pengetahuan. Pengetahuan dalam bahasa filsafat disebut dengan hikmah tertinggi yang menjadi budi teragung manusia. Itulah filsafat.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum.
Kebijaksanaan merupakan sifat dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, pemahaman, pengalaman, akal sehat dan wawasan yang dalam. sehingga akan tercipta keadilan. dimana ia tidak memihak salah satu pihak saja.
Kebijaksanaan adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Kebijaksanaan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga kebijaksanaan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.
Harun Hadiwijono (1980) berpendapat bahwa filsafat diambil dari bahasa Yunani, filosofia. Struktur katanya berasal dari kata filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Dalam arti itu, filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yang penuh kebijaksanaan. Artinya, seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif melakukan usaha untuk memperoleh kebijaksanaan.
Kata filsafat dalam pengertian kebijaksanaan, lebih berarti sebagai “ imbauan kepada kebijaksanaan ”. Karena itu, filsafat bukan kebijaksanaan dan bukan hikmah, tetapi sifat dekat dengan kebijaksanaan, sifat dekat dengan hikmah. Mengapa? Ya itulah kebijaksanaan diri manusia yang bijak. Ia akan sadar bahwa kebijaksanaan itu hanya milik Idea-Plato, yaitu god dan dalam terminologi Arab-Muslim adalah Allah.
Harun Nasution menganggap bahwa kata filsafat berasal dari struktur kata philos dan shopia, philos dan shopos atau philosofien. Philein berarti cinta dan shopos berarti wisdom atau bijaksana. Orang Arab menurut Harun memindahkan kata philosopia ke dalam bahasa mereka dengan menyesuaikan tabi’at susunan kata-kata bahasa Arab.
Harun lebih lanjut menyatakan bahwa kata filsafat yang banyak dipakai masyarakat Indonesia. Kata ini, sebenarnya bukan murni berasal dari bahasa Arab sama seperti tidak murninya terambil dari bahasa Barat, philosophy.
Harun justru membuat kompromi bahwa kata filsafat terambil dari dua bahasa, yaitu gabungan antara bahasa Inggris dan bahasa Arab, yaitu “ fill ” diambil dari bahasa Inggris artinya mengisi dan “ saffah “ diambil dari bahasa Arab artinya Tenang, bersih, teman baik, kata saffah bentuk lain dari kata Safa.
Berfilsafat, menurut Harun Nasution mengandung arti berpikir menurut tata tertib atau mengikuti kaidah logika dengan bebas tidak terikat pada tradisi, dogma atau kepercayaan serta agama. Selain itu, berfilsafat juga berarti berpikir sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya.
Menurut Harun Nasition, secara etimologi, filsafat dapat didefinisikan sebagai:
1)       Pengetahuan tentang hikmah;
Hikmat atau hikmah (bahasa Inggris: Wisdom adalah suatu pengertian dan pemahaman yang dalam mengenai orang, barang, kejadian atau situasi, yang menghasilkan kemampuan untuk menerapkan persepsi, penilaian dan perbuatan sesuai pengertian tersebut.
Sementara Ibn Sina menyatakan bahwa: hikmah adalah kesempurnaan jiwa manusia tatkala berhasil menangkap makna segala sesuatu dan mampu menyatakan kebenaran dengan pikiran dan perbuatannya sebatas kemampuannya sebagai manusia.
Misalnya, menulis bahwa hikmah berasal dari Allah, dan diantara manusia yang pertama dianugrahi hikmah oleh Allah ialah Luqman al-Hakim.
2)   Pengetahuan tentang prinsip atau dasar- dasar segala sesuatu;
Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun  individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Misalnya Prinsip dasar berpikir dalam filsafat islam ajaran yang dapat diturunkan dari al-Qur'an, yaitu dengan cara memikirkan, memahami, menghayati dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah sebagai objek pikir, baik ayat kauniyah dan segala hukumnya (realitas alam dan hukum alam) maupun ayat-ayat Qur'aniyahmelalui petunjuk dan isyarat ayat-ayat al-Qur'an tentang "aql
3)   Mencari kebenaran; dan
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objek bisa juga diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang sesuai dengan atau tidak ditolak oleh orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan yang merupakan objek dan pengetahuan tidak sesuai.
Kebenaran filsafat diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau mungkin ada. Kebenaran filsafat ini memiliki proses penemuan dan pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam beberapa kelompok madzhab.
Berdasarkan scope, bahwa potensi kebenaran adalah subjek, subyek adalah pokok bahasan atau unsur yang mewakili seseorang yang melakukan perbuatan atau aktivitas tertentu, dengan memperhatikan subyek, maka kebenaran itu memiliki susunan tingkatan menjadi :
a.   Kebenaran indera  
Tingkat kebenaran indra adalah tingakatan yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia.
b.   Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indra, diolah pula dengan rasio.
c.    Tingkat filosofis, rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya.
d.   Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tanpa melaksanakan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik psikologis.
Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.
Menurut Phytagoras, manusia hanya sampai pada sifat “pencinta kebijaksanaan”. Phytagoras menyatakan “cukup seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hikmah dan berusaha untuk mencapainya meski ia tidak pernah menjadi hikmah itu sendiri”.
Filsafat dari Literal ke Jalan Hidup
Makna filsafat sebagaimana dijelaskan tadi, akan berbeda pengertiannya dengan makna substantif dari filsafat itu sendiri. Dalam pengertian terakhir, filsafat sering difahami sebagai jalan hidup. Pengertian terakhir ini, filsafat mengalami pergeseran makna yang jauh sekali dibandingkan dengan makna literalnya. Pengertian filsafat yang pertama lebih memberi arti teoretis, sedangkan dalam makna kedua, filsafat lebih dapat difahami sebagai pandangan hidup yang sifatnya praksis atau praktik  yaitu bidang kehidupan dan kegiatan praktis manusia.
Filsafat dalam makna praksis, setidaknya terlihat dari pernyataan Phytagoras (572-497 M) yang sering dinobatkan sebagai orang pertama yang memakai kata philosopia ketika ia ditanya, apakah ia orang yang bijaksana? Dengan rendah hati, Phytagoras menjawab bahwa dirinya adalah pencinta kebijaksanaan (lover of wisdom), la bukan kebijaksanaan itu sendiri.
Dalam pengertian ini, seseorang dapat disebut telah berfilsafat apabila ucapan dan prilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan cinta terhadap hikmah. Tetapi bukan kebijaksanaan itu sendiri, bukan hikmah dan juga bukan pengetahuan itu sendiri.
Meski demikian, banyak juga sumber yang menyatakan bahwa kata shopia mengandung arti luas daripada hanya sekedar kebijaksanaan, pengetahuan dan hikmah sebagaimana diilustrasikan tadi.
Pengertian dimaksud berkembang misalnya:
1) kerajinan;
2) kebenaran pertama;
3) pengetahuan yang luas;
4) kebajikan intelektual;
5) pertimbangan yang sehat, dan;
6) kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis.
Berdasarkan pengertian tadi, pada awalnya filsafat bermakna umum, yang intinya mencari keutamaan mental (the pursuit of mental excellence).
Hasbullah Bakri mendefinisikan filsafat dalam ragam pandang para tokoh filsafat. Plato (427-438 SM) dianggap telah mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang genuine.
Aristoteles (382-322 SM) dianggap telah mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan yang meliputi kebenaran. Terkandung di dalam kajian filsafat ini adalah ilmu metafisika, logika, retorika, etika, estetika dan ekonomi. Al-Farabi (870-950 SM) dianggap telah mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang alam maujud dan
Hakikat Alam
Berbicara tentang hakikat alam ada beberapa argumen, salah satu diantaranya adalah argumen kosmologis. Argumen ini disebut juga argumen sebab-musabab, yang timbul dari paham bahwa alam adalah alam yang dijadikan, maka mesti ada zat yang menjadikannya.
Argumen kosmologis adalah sebuah tipe argumen formal untuk menyimpulkan atau membuktikan keberadaan Tuhan berdasarkan fakta-fakta atau klaim-klaim yang dianggap benar mengenai alam semesta. Dalam sejarah, banyak pemikir yang mengajukan argumen-argumen kosmologis, diantaranya Plato, Aristoteles, Ibnu Sina, para mutakallimun di tradisi filsafat Islam, serta Thomas Aquinas
Descartes (1590-1650 M) dianggap telah mendefinisikan filsafat sebagai hukum ilmu pengetahuan, yakni tentang Tuhan, alam dan manusia. Immanuel Kant (1724-1804 M) dianggap telah mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan.
Atas dasar asumsi seperti itu, maka menurut Kant ada tiga persoalan yang dikaji dalam filsafat. Ketiga pokok soal itu adalah:
1)  Apakah yang dapat manusia ketahui (dijawab oleh metafisika);
2) Apakah yang seharusnya diketahui manusia (dijawab oleh etika); dan
3) Sampai dimanakah harapan manusia (dijawab oleh agama),
Dalam arti yang agak umum, filsafat dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dalam pikiran manusia tentang berbagai kesulitan yang dihadapinya, serta berusaha untuk menemukan solusi yang tepat. Misalnya ketika kita menanyakan: “Siapakah Kita? Darimana kita berasal? Mengapa kita ada di suatu tempat? Ke mana kita akan pergi dan berlalu? Apa yang dimaksud dengan kebenaran dan kebathilan? Dan apakah yang dimaksud dengan kebaikan dan kejahatan?
Namun demikian, filsafat dapat juga diartikan dalam arti khusus. Dalam arti ini, kata filsafat biasanya bersinonim dengan sistem dari sebuah madzhab tertentu dalam filsafat. Misalnya, filsafat dirangkaikan dengan salah seorang filosof, seperti filsafat Aristoteles atau filsafat Plato. Rangkaian kata filsafat dengan nama seorang filosof tertentu mengindikasikan bahwa setiap filosof dengan aktivitas filsafat yang dilakukannya bermaksud membangun suatu bentuk penafsiran yang lengkap dan menyeluruh terhadap segala sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh filosof tertentu dimaksud.
Berdasarkan dari watak dan fungsinya, filsafat dapat diklasifikasikan pada:
1.   Sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis;
2.   Suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi;
3.   Usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya, filsafatberusaha untuk mengkombinasikan hasil bermacam- inacam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam;
4.   analisis logika dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak filsafat ini sering juga diartikan dengan logo sentrism; dan
5.    Sekumpulan problem yang langsung mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (Rizal Muntasyr, 2003: 3).
Dilihat pengertian filsafat di atas, maka filsafat dapat dibedakan dalam dua jenis pengertian.
Pertama, filsafat sebagai reflectif thinking, yaitu Berpikir reflektif (reflective thinking) merupakan bagian dari metode penelitan yang dikemukakan oleh John Dewey. Pendapat Dewey menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses sosial dimana anggota masyarakat yang belum matang (terutama anak-anak) diajak ikut berpartisipasi dalam masyarakat.
Kedua, filsafat sebagai produk kegiatan berpikir murni dan ia sudah terbentuk dalam suatu disiplin ilmu. Filsafat dalam term pertama dapat diartikan sebagai aktivitas pikir murni, atau kegiatan akal pikir manusia dalam usaha mengerti secara mendalam atas segala sesuatu. la merupakan satu daya atau kemampuan berpikir yang tinggi dari manusia dalam usaha memahami kemestaan.
ketiga filsafat dalam arti ini telah terbentuk dalam pembendaharaan yang terorganisasi dan telah memiliki sistematika tertentu. Prof. Cecep Sumarna

Pustaka;
  • Kurniawan, Harlis. 2009. Revolusi Cinta. Jakarta: Lingkar Pena Kreativa.
  • M. Asyhari. 2006. Tafsir Cinta: Tebarkan Kebajikan dengan Spirit Al-Quran. Jakarta: Hikmah.
  • Rosyadi, Khoirul. 2000. Cinta & keterasingan. Yogyakarta: LKiS.



Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22

  Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22 Tulislah identitasmu;    Nama                  :   .................................. So...