Friday, February 15, 2019

Filsafat Ilmu Pertemuan 2

Makna Filsafat ilmu
A.     Makna Filsafat secara umum
Kata filsafat identik dengan studi yang berhubungan dengan fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar.
Filsafat tidak didalami melalui eksperimen, percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Kata diaklektika  berasal dari kata dialog yang berarti komunikasi dua arah, yaitu berbahasa dan bernalar dengan dialog sebagai cara untuk menyelidiki suatu masalah, misalnya untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir, dan logika bahasa.
berfilsafat di umpamakan seseorang yang naik kegunung, kemudian memandang dengan pancainderanya, sejenak merenung, kemudian berbisik kedalam hatinya dan bertanya;
-        Oooh!, alam ini ternyata indah,
-         Apa sebenarnya yang terjadi ?,
-        Siapakah penciptanya ?,
-        Dengan cara apa ?,
-        bagaimana?
-        Mengapa begitu ?.
Pertanyaan itu, Jawabanya adalah dengan cara penelitian baru akan tahu dibalik itu semua, atas pertanyaan tersebut, maka akan dapat diketahui sebagai langkah awal dari permulaan terciptanya ilmu pengetahuan dan teori.
Melihat bervariasinya objek materi yang ada di alam raya ini, dan berabeka ragam bentuk dan wujudnya, tentunya seorang manusia tidak akan bisa menghitung berapa jumlah objek materi yang dapat diketahui oleh alat indera, jika dicermati satu persatu, objek materi masing masing mengandung identitas yang saling berdekatan atau identik antara yang satu dengan yang lainnya sehingga semua objek itu berada dalam suatu hubungan yang sistematik yang tidak terpisahkan.
Misalnya;
Benda-benda alam sekitar memberi arti, kedudukan dan fungsi terhadap manusia dan masyarakatnya serta terhadap Tuhan Sang Pencipta, demikian sebaliknya.

Seorang profesor yang penuh humor membuat
Pantun filsafat
Ada orang yang tahu di tahunya
Ada orang yang tahu di Tidaktahunya
Ada orang yang tidak tahu di tahunya
Ada orang yang tidak tahu di tidakTahunya

Penjelasan pantun  yang terkandung  diatas adalah:
1. Ada orang yang tahu, ditahunya :
Yaitu, orang yang tahu bahwa dirinya itu tahu. Ciri dari kelompok ini adalah biasanya rendah hati sesuai dengan motto ilmu padi yang semakin berisi semakin menunduk atau orang yang mempunyai pengetahuan dan mengerti pengetahuan yang dimilikinya.
Orang ini bisa disebut ‘Alim  =  Mengetahui. Terhadap orang ini, yang harus dilakukan adalah Mengikutinya. Apalagi kalau kita masih termasuk dalam golongan orang yang awam yang masih butuh banyak diajari maka sudah seharusnya kita mencari orang yang seperti ini, duduk bersama dengannya akan menjadi pengobat hati.
Orang alim Ini adalah manusia yang paling baik, seorang manusia yang memiliki kemapanan ilmu, dan dia tahu kalau dirinya itu berilmu, maka ia menggunakan ilmunya. Ia berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya benar-benar bermanfaat bagi dirinya, orang sekitarnya, dan bahkan bagi seluruh umat manusia. Dalam bahasa pakar manajemen global, manusia jenis ini adalah manusia yang kreatif, selalu belajar, dan tidak berhenti berinovasi.
Manusia jenis ini adalah manusia unggul. Manusia jenis inilah yang yang mampu merubah dunia kearah yang lebih baik, mereka layak menjadi pelopor dalam hidup. Jumlah manusia jenis ini tidak banyak, tapi keberadaan mereka menjadi nyawa bagi kehidupan umat manusia.

2. Ada orang yang tahu, tidak ditahunya :
yaitu orang yang tahu bahwa dia tidak tahu. Ciri dari kelompok ini adalah suka bertanya untuk mendapatkan tambahan pengetahuan dengan cara kritis dan bukan untuk menguji kemampuan orang lain. orang yang mempunyai pengetahuan tetapi tidak mengerti kemampuan yang dimiliki.
Untuk type orang ini, boleh disebut bahwa dia bagaikan orang yang tengah tertidur lelap, bagaimana  sikapnya, dia tidak akan tahu tentang keberadaan dirinya sendiri. Kemudian coba bangunkan dia, apa reaksinya? Dia akan berkata dimanakah saya berada?
Manusia seperti ini sebenarnya memiliki ilmu dan kecakapan, tapi dia tidak pernah menyadari kalau dirinya memiliki ilmu dan kecakapan. Manusia jenis ini sering dijumpai disekitar kehidupan ini, terkadang  menemukan orang yang sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa, tapi ia tidak tahu kalau memiliki potensnya. Karena keberadaan dia seakan tidak berguna, seperti halnya orang tertidur tidak akan tahu apa apa selama dia belum bangun.
Kata bijak mengatakan : العلم بلا عمل كشجرة بلا ثمر (Al ‘Ilmu Bilaa ‘Amalin Kasysyajari bilaa Tsamarin) = Ilmu tanpa pengamalan, bagaikan pohon yang tidak berbuah. Adanya dia seperti tidak ada, tidak membawa manfaat meski dia tahu banyak. Maka untuk yang merasa sebagai teman baginya, bangunkan dia, ingatkan dan yakinkan bahwa dia memiliki potensi untuk Bisa.

3. Ada orang yang tidak tahu, ditahunya :
Yaitu orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu. Ciri dari kelompok ini sering membuat kejutan sekaligus sering terkejut ketika berprestasi tidak terduga, misalnya melihat hasil ujian mendapat nilai A atau B. Komentar yang sering didengar "kok bisa ya...", orang yang tidak mengerti pengetahuan tetapi mengakui bahwa dirinya mengerti akan sesuatu hal.
Orang ini masuk kategori orang-orang yang awam yang masih lemah keilmuannya, masih bodoh pemahamannya. Kepada orang ini, maka sikap yang harus diupayakan dari orang-orang berilmu didekatnya adalah merangkulnya, mengajarinya.
Menurut Imam Ghazali, jenis manusia ini masih tergolong baik. Sebab, ini jenis manusia yang bisa menyadari kekurangannnya. Ia bisa mengintropeksi dirinya dan bisa menempatkan dirinya di tempat yang sepantasnya. Karena dia tahu dirinya tidak berilmu, maka dia belajar. Dengan belajar itu, sangat diharapkan suatu saat dia bisa berilmu dan tahu kalau dirinya berilmu.
Meskipun tergolong baik, tapi ini bukan tipe manusia yang bisa membuat perubahan bagi lingkungannya. Sebab, tanpa ilmu pengetahuan yang cukup, maka manusia tidak bisa berinovasi.  Baiknya, tipe manusia ini dengan kesadaran dan akal sehatnya tidak akan menghalangi sebuah proses perubahan kearah yang lebih baik. Dan manusia jenis ketiga ini, dia tidak akan berani nekat memegang amanah yang ia merasa tidak memiliki kapasitas untuk memegangnya. Sebab ia tahu siapa dirinya.

4. Ada orang yang tidak tahu, ditidak tahunya :
yaitu orang yang tidak tahu kalau dirinya tidak tahu. Cirinya antara lain suka bertindak semaunya sendiri, bingung mau bertanya apa.., tidak bisa mengenali masalah.., tidak tahu harus bicara apa...orang yang tidak mempunyai pengetahuan atau tidak mengerti apa-apa.
Ini adalah jenis manusia yang paling buruk. Ini jenis manusia yang selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, selalu merasa memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa. Repotnya manusia jenis seperti ini susah disadarkan, kalau diingatkan ia akan membantah sebab ia merasa tahu atau merasa lebih tahu. Jenis manusia seperti ini, paling susah dicari kebaikannya. Sikap terhadap orang ini ? Tinggalkan dia !  Sayangnya, jenis manusia seperti ini sangat banyak dan bisa dijumpai dimana-mana, orang-orang yang merasa tahu, sok tahu pemahaman baru sejengkal bicaranya sudah sehasta.
B.     Bidang telaahan ilmu,
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Apakah Filsafat ? berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak dibumi sedang tengadah kebintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi.
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh, yaitu Filsafat adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia kritis. Filsafat adalah induk ilmu pengetahuan. Filsafat disebut sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari.
Dia ingin mengetahui hakikat ilmu dalam konstelasi atau hubungan sifat, benda dan pengetahuan yang lainnya, misalnya, Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral menghasilkan suatu jawaban.
Ilmu menurut Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, 1990, hal. 237,  merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Jikalau hasil penemuan perseorangan tersebut memenuhi syarat-syarat keilmuan maka ia akan diterima sebagai bagian dari kumpulan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan dalam masyarakat.
Persyaratan ilmiah yang dapat disebut sebagai ilmu, yaitu;  
1.   Objektif.
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya.
Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia dengan membatasi lingkup pandangannya ke dalam sisi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Ilmu hadist dibatasi apa yang diucapkan, dilakukan, didiamkan dengan syarat ada rowi, matan dan sanad serta sikap dan perilakunya baik dan benar
Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorangitu sudah sesuai untuk menjadi seorang perawat, dan ilmu Hadist apakah hadist itu sudah dapat digolongkan hadist soheh, hasan, marfu dan lainnya.
2.   Metodis
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis melalui bukti fisis. Misalnya Pada ilmu fisika, metode ilmiah memastikan didapatkannya suatu kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti dan tersusun secara sistematis. Jika tidak dilakukan metode ilmiah maka eksperimen-eksperimen yang dilakukan akan meragukan dan tidak dapat ditetapkan hukum atau rumus yang jelas akan terjadinya suatu fenomena fisis.
Unsur-unsur Metode Ilmiah
·      Karakterisasi
Identifikasi sifat-sifat utama yang relevan milik subjek yang diteliti dengan pengamatan dan pengukuran.
·      Hipotesis
Dugaan teoritis sementara yang menjelaskan hasil pengukuran
·      Prediksi
Deduksi logis dari hipotesis
·      Eksperimen
Pengujian atas hubungan karakterisasi dengan prediksi dan hipotesis
·      Evaluasi dan pengulangan
Penilaian atas ketepatan hipotesis dan prediksi berdasar hasil yang didapat saat eksperimen, dan pengulangan pada tahap-tahap tertentu apabila tidak didapatkan hasil yang sesuai.
3.   Sistematis.
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4.   Universal.
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Ini adalah cara paling sederhana dan mudah apabila kita mempunyai busur derajat.



Misal kita punya segitiga sembarang seperti pada gambar diatas, dan diberi nama tiap titik sudutnya yaitu A, B dan C.
Pada segitiga terdapat sudut CAB, sudut ABC, dan sudut ACB.
Dengan menggunakan busur derajat masing – masing sudut diukur dan dihitung besar sudutnya.
Setelah itu, ketiga sudut tersebut dijumlahkan dan hasilnya akan berjumlah 1800
CAB + ABC + ACB = 180
Syarat keilmuan. Ilmu atau Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk meneliti, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai kenyataan alam yang dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Moral merupakan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. (Jujun S. Suriasumantri, FilsafatIlmu, 1990, hal. 234 – 235).
Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya. Bahan diskusi atau tugas untuk di uraikan dalam sebuah artikel. dikirimkan lewat email dodo.spamm@yahoo.com


Rasa ingin tahu selalu diawali dengan pertanyaan;
What is a man? Apakah manusia ?
What is? Apa yang ada?
What? Apa?
1. What is a man? Apakah manusia ?
a.     Filsafat mempersoalkan siapa manusia itu?
b.     siapa kamu?
c.      Setiap ilmu mempunyai asumsi yang beda tentang manusia
Misalnya:
Manusia memandang antara ilmu ekonomi dan ilmu manajemen, cara pandangnya pasti berbeda. Bagi ilmu ekonomi, manusia adalah makhluk ekonomi yang bertujuan mencari kenikmatan yang sebesar-besarnya dan menjauhi ketidaknyamanan sekecil-kecilnya, sedangkan bagi ilmu Manajemen, manusia akan meneliti dan menelaah hubungan kerjasama antar sesama manusia dalam mencapai suatu tujuan yang disetujui bersama.
2. What is? Apa yang  ada?
Saat beberapa orang diberikan pertanyaan, apa itu "ada"? sebagian orang mungkin malah akan bingung, lalu ada yang yang menjawab "ada ya ada, ya yang terlihat itu semuanya ada", ada yang memilih diam, tidak tau, dan mungkin sebagiannya lagi akan  pergi sambil mengerutu tentang pertanyaan itu. Pertanyaan apa itu "ada" adalah pertanyaan yang terdengar sangat sederhana sekaligus aneh bagi kebanyakan orang. Kebanyakan mungkin tidak ada yang peduli dengan hal itu. Namun bagi saya sendiri, hal sederhana seperti itulah yang malah merupakan inti dari suatu hal. Inti merupakan patokan terhadap sesuatu, maka jika kita tidak mengenal, mengerti, dan memahami inti dari suatu hal maka kedepannya sesuatu akan selalu salah untuk di kenal, dimengerti dan dipahami.
Apa itu "ada"? ada itu memiliki berbagai macam makna dan merupakan terjemahan dari bahasa inggirnya "exist, present, dan known". Contohnya ada exist itu seperti "bunga itu ada" lalu present "si Tikim ada di pasar" dan know "cinta itu ada". lalu apa "ada" itu lebih jelasnya? Menurut saya "ada" adalah segala sesuatu yang  terkonsep didalam mind. "ada" tidak perlu harus berbentuk fisik, dapat di indra, atau dirasa. Hanya dibicarakan atau dipikirkan saja hal itu sudah bisa dikatakan "ada". Karena ketika suatu mind membentuk konsep tentang suatu hal, maka hal itu "ada". Katakanlah seperti hal tentang cinta, lalu seseorang yang sedang galau bertanya kepada anda "apa cinta itu ada?" dan kebetulan sekali anda adalah orang yang galau juga, maka anda malah akan menjawab "entahlah.. saya juga bingung, mungkin cinta itu memang tidak ada". Dari kasus ini terlihat bahwa kedua orang itu salah dalam memahami suatu hal, karena bagaimana mungkin "cinta" itu tidak ada sedangkan mereka membicarakan cinta? Artinya cinta itu "ada". Lalu bagaimana dengan sesuatu yang memiliki bentuk fisik? Misalnya kulkas atau buku? Bukankah itu sudah pasti ada? Ya, benar. Kulkas dan buku memang ada, tapi bentuk fisik atau wujud dari kulkas atau buku itu yang sudah bisa di ukur, dilihat, dirasa itu disebut sebagai materi nyata. Jadi, "ada" adalah suatu konsep di dalam mind, "ada" belum tentu berbentuk materi nyata, tapi materi nyata sudah pasti ada.
lalu, jika "ada" adalah suatu konsep di dalam mind, apakah ada sesuatu yang tidak terkonsep didalam mind? Bagi saya jawabannya adalah "tidak" sekaligus "salah". karena masalahnya apa yang tidak terkonsep di dalam mind? segala sesuatu bisa terkonsep di dalam mind, justru yang sudah ada di dalam mind merupakan konsep. Maka pertanyaan itu salah. Dan pertanyaan yang benar adalah, apakah ada sesuatu yang belum terkonsep di dalam mind? Maka jawabannya "iya" tentu saja ada sesuatu yang belum terkonsep di dalam mind. Lalu bagaimana mungkin ada sesuatu yang belum terkonsep? Jawabannya gampang, yaitu karena kita belum memikirkan hal itu atau belum terpikirkan tentang hal itu. Misalnya, ada seseorang yang belum pernah pergi ke pulau Jawa, belum tau makanan orang jawa, belum tau bentuk kota jawa, dan secara tiba-tiba anda pergi ke pulau jawa dan makan di sebuah warung. Saat itu ada sebuah makanan yang isinya kacang panjang, timun, daun kemangi dan kol. Anda sebagai orang awam yang belum pernah melihat makanan seperti itu maka akan mengatakan itu adalah sayur-sayuran atau apalah mungkin, padahal nama sebenarnya adalah lalapan. Namun karena anda adalah orang awam maka anda belum tau nama itu, sehingga ketika di beri tau barulah anda tau kalo makanan yang terdiri dari timun dan lain-lainya itu adalah lalapan, maka secara otomatis terkonseplah di dalam mind dengan apa yang disebut sebagai lalapan. Lalu contoh satu lagi, ada sebuah kursi yang tiba-tiba saja bergerak dari lokasi "A" ke lokasi "B", maka bagi ilmuan akan beranggapan bahwa yang menyebabkan hal itu adalah getaran sedangkan dukun akan beranggapan bahwa yang menyebabkan hal itu adalah roh. Gampangnya, ilmuan memiliki konsep getaran tapi dia belum memikirkan tentang konsep roh, sedangkan dukun sebaliknya, punya konsep tentang sesuatu yang disebut roh, tetapi belum memikirkan tentang konsep getaran.
 3. What? Apa?
Skenario:
Dalam suatu pertemuan ilmiah tingkat tinggi, seorang Ilmuan berbicara panjang lebar tentang suatu penemuan Ilmiah hasil risetnya. Setelah menjelaskan panjang lebar berjam-jam dia bicara hingga berkeringat, pada saat dia membersihkan keringatnya dengan sapu tangan bertanya, dia bertanya kepada yang hadir. Adakah kiranya yang belum Jelas?
Salah seorang bangkit dan dan bertanya : what?
rupanya sejak tadi dia tak mendengar apa2.
Orang tersebut menjawab bahwa dia baru mau mendengar pendapat ilmiah sekiranya dikemukakan lewat cara, proses, prosedur ilmiah.
Jadi tugas fisafat menyatakan sebuah pernyataan sejelas mungkin.
Illustrasi:
Ilustrasi adalah penggambaran obyek baik dengan visualisasi maupun audio.
  1. Seorang Pemborong yang membangun rumah, bahan bangunan banyak sekali bertumpuk di mana2, kayunya menumpuk sekian meter kubik  diatas tanah, keadaan ini belum bisa disebut bangunan rumah.
  1. Ketika bisa disebut rumah apabila seluruh bahan bangunan yang ada sudah terpasang sesuai dengan fungsinya masing-masing.
  2. Sebagai ilmuan, membangun Kerangka dengan bahan-bahan tersebut adalah sebuah kerangka pemikiran yang orisinal dan meyakinkan, kemudian disemen oleh penalaran  dan pembuktian yang tidak diragukan lagi, maka itulah yang disebut filsafat.

Cabang filsafat:                      
  1. Apa yang disebut benar dan apa yang Disebut salah (logika).
  2.  Mana yang dianggap baik dan mana yang Dianggap buruk (etika)
  3.  Apa yang termasuk indah, apa yang termasuk jelek (estetika)
  4.  Teori tentang ada; hakekat keberadaan zat, tentang hakekat Fikiran serta kaitan antara zat dan fikiran (metafisika)
  5.  Kajian mengenai organisasi Sosial/pemerintahan (politik)

C.     Mengapa harus ada filsafat?
Pertanyaan “mengapa harus ada filsafat?”, maka sama dengan menanyakan “mengapa fikiran harus ada?” atau “mengapa manusia memiliki kemampuan berfikir?”, filsafat adalah olah fikir, sedangkan fikiran itu ada pada manusia.
Jawabannya bertingkat-tingkat atau berdimensi atau ukuran, yaitu filsafat peka terhadap ruang dan waktu. Dimensi tersebut bisa ada dan timbul dari material dan spiritual.
Material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi – filsafat ketuhanan dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain
Jika dari spiritual adalah dari keyakinan, fikiran sudah diberikan kepada kita sejak lahir. Namun dari segi filsafatnya sendiri bermacam-macam “hypothetical analysis”, bisa dari antropologi, psikologi, atau sosial.
Jadi tergantung bagaimana seseorang mendefinisikan “how to define?” fikiran (artinya bagaimana mendefinisikan fikiran). Definisi berfikir bagi anak-anak tentunya berbeda dengan definisi berfikir bagi orang dewasa.
Bagi anak-anak, berfikir adalah bekerja atau berbuat, sedangkan bagi orang dewasa berfikir itu lain, yaitu ingin menciptakan sesuatu. Bahkan ada fakta “hatiku mampu berfikir”, itulah pandangan dari orang-orang yang menjadikan fikirannya sebagai raja, mengalahkan posisi hatinya.
Jika menggeneralisasikan ungkapan pikiran tersebut, maka ungkapkan itu akan mengartikan, bahwa tumbuhan itupun mampu dan bisa berfikir, kenyataannya saat  pohon itu tumbuh, akan selalu mengikuti arah cahaya matahari datang, misalnya Pot yang berisikan tanah, kemudian ditutup atasnya, pasti akan keluar rumput dari lobang yang terkena sinar mataharinya. Jika logika ini diturunkan lagi, maka akan sampai pula bisa mengungkapkan bahwa batu pun mampu berfikir.
Karena ini filsafat, segala kemungkinan pun terus digali, misalnya berfikir disamakan dengan bercinta, lantas bagaimana tumbuhan hingga batu itu bercinta?. Lalu muncul pemikiran bagaimana hati itu berfikir atau bagaimana hati itu bercinta. Filsafat itu menembus ruang dan waktu, sehingga segala sesuatu yang mungkin dapat digali.
keajaiban filsafat mampu menembus ruang dan waktu, karena keajaiban itulah maka  perlu filsafat, namun juga berhati-hati dalam berfilsafat. Jika kita menanyakan mengapa harus ada filsafat, tentunya karena filsafat memiliki peran penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan serta kemampuan filsafat mengubah pola pikir seseorang.
Namun jangan sampai karena anggapan segala sesuatu sebagai objek filsafat, baik yang ada dan yang mungkin ada adalah kajian filsafat, lantas kita berfilsafat yang sesat.
Sebagai contoh di atas tadi “hatiku mampu berfikir” atau “bagaimana wujud Tuhan?”, itu berarti diri kita lebih mementingkan dan mengikuti fikiran kita daripada hati kita, fikiran telah menjadi raja dalam diri kita. Sungguh sejatinya filsafat itu tetap meletakkan Tuhan dalam hati yang menjadi raja, penguasa diri kita.


D.    Apa manfaat dan fungsi Filsafat ?
Berbicara di seputar manfaat atau hasil filsafat, paling tidak, dapat disistematisasikan pada beberapa hal sebagai berikut :
  1. Menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan untuk menuju kemuliaan sehingga mampu menembus dimensi sekularisme ilmu pengetahuan.
  2. Membentuk dan mengembangkan wawasan epistemology ilmu pengetahuan sehingga moralitas kesarjanaan, yaitu sifat ilmiah menjadi popular. Dengan demikian iptek dapat dipertanggungjawabkan, bukan hanya kepentingan subjek manusia melainkan juga kepentingan alam sebagai kebutuhan yang menyeluruh.
  3. Tuntutan etis, ilmu pengetahuan dapat dipertangungjawabkan sehingga kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera dan bahagia dalam kelestarian alam lingkungan semakin nyata.
  4. Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu) 

E.     fungsi atau kegunaan filsafat secara keseluruhan, yakni : 
  1. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. 
  2.  Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. 
  3.  Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. 
  4.  Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan 
  5. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
F.      Bahayanya mempelajari filsafat
  1. Aliran filsafat tertentu dapat menjadikan orang atheis tidak percaya Tuhan
  2. Aliran fisafat dapat membuat orang menjadi aneh atau bagi kebanyakan orang
  3. Kelewatan mengikuti suatu aliran filsafat dapat berakibat keliru

G.    Filsafat Sebagai “ibu ilmu” (The Mother of Sciences).
Pemunculannya sejak abad ke-5 Sebelum Masehi, filsafat telah menunjukkan supremasinya dalam pentas pemikiran dan keilmuan dunia sebagai “ibu ilmu” (the mother of sciences).
Sebagai ibu, filsafat telah menunjukkan diri sebagai kekuatan yang mengandung benih-benih pemikiran keilmuan, melahir dan menyusui bayi ilmu, dan terus membina perkembangan ilmu menjadi cabang dan ranting-ranting keilmuan, serta mendewasakan ilmu sebagai ilmu yang otonom dan mandiri.
  1. Filsafat sebagai ibu yang mengandung benih-benih pemikiran keilmuan, mengandaikan bahwa filsafat sebagai ilmu berpikir selalu mengembangkan gagasan-gagasannya, baik dalam alam kesadaran kritis (rasio) maupun dalam pengalaman nyata untuk mencermati permasalahan lingkungan, baik yang menyenangkan maupun yang mencemaskan.
Pikiran-pikiran tersebut, tidak dibiarkan berkelana tanpa arah, tetapi memelihara dan membinanya di dalam kandungannya menjadi benih-benih pemikiran keilmuan. Filsafat terus membina benih-benih pemikiran itu menjadi bayi keilmuan yang matang dan siap diluncurkan (dilahirkan) dalam dunia keilmuan secara nyata.

  1. Sebagai ibu yang melahirkan bayi–bayi ilmu, filsafat membidani sendiri proses kelahiran bayi ilmu dari kandungannya, sehingga membentuk cabang-cabang dan ranting keilmuan baru yang bersifat khusus.
Filsafat, dalam hal ini, tidak ingin mati dengan fosil-fosil pemikiran yang hanya bersifat hantu khayalan. Filsafat berusaha membedah dan melahirkan atau meluncurkannya dalam kesegaran pemikiran keilmuan yang mempengaruhi sejarah keilmuan dan menyumbang bagi tugas kebudayaan. Filsafat memiliki hubungan bathiniah dengan ilmu sebagai hubungan ibu kandung dan anak kandung yang sah dalam sebuah tanah air manusia sebagai makhluk berpikir (Homo Sapiens).
  1. Sebagai ibu kandung yang menyusui ilmu, filsafat memberikan gizi pemikiran dalam berbagai proses diskursus dan ujian-ujian kritis, dengan cara melakukan kritik, koreksi, dan penyempurnaan yang membangun dan menumbuhkan taraf kamatangannya sebagai ilmu-ilmu atau cabang dan ranting keilmuan yang mandiri. Filsafat, karena itu, tidak akan memperlakukan ilmu sebagai budak penguasaan filsafat, tetapi mendorong proses pertumbuhan dan perkembangan ilmu secara otonom. Filsafat berusaha membangun diskursus-diskursus keilmuan, membuka dan membentangkan penemuan-penemuannya dalam bentuk ilmu baru untuk diuji, baik dalam proses uji logis (pola penalaran), uji material (materi pemikiran), serta uji metode, guna ferifikasi dan validasi keilmuan secara kritis dan terbuka. Bahkan, filsafat berperan pula sebagai ibu menyusui, mengasuh, dan mengasah pertumbuhan serta ketajaman ilmu dalam sebuah proses komunikasi antar ilmu dan lintas ilmu. Melalui itu, ilmu atau kegiatan keilmuan dapat bertumbuh dan berkembang secara sehat, sehingga terhindar dari bahaya sesat pikir, keliru pikir, atau salah pikir.

  1. Sebagai ibu yang mendewasakan ilmu, filsafat tidak akan pernah mengikat atau membelenggu ilmu di dalam pagarnya. Filsafat terus mendorong kemandirian ilmu-ilmu sehingga ilmu-ilmu mampu mengembangkan pemikiran serata metode-metode yang khas dalam percaturan keilmuan secara global. Filsafat pula yang terus berperan membidani kelahiran benih-benih pemikiran, pengetahuan, dan keilmuan untuk kepentingan praktis, baik dalam bentuk teknologi, industri demi pemenuhuan kebutuhan hidup manusia, maupun upaya klinis dalam penanggulangan dampak negatif pembangunan.











Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22

  Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22 Tulislah identitasmu;    Nama                  :   .................................. So...