Mindset; Mulai Dari Berpikir Positif

Mindset;
Mulai Dari Berpikir Positif

Penulis ingin menulis tentang istilah mindset dari orang yang terbiasa berinteraksi komunikasi antar individu maupun kelompok, penulis sering menemukan hal hal yang aneh pada diri seseorang yang berpendirian akibat dipengaruri oleh kondisi lingkungan pergaulan, pendidikan keluarga, ilmu pengetahuan, agama maupun dokrin budaya yang kuat hingga melekat pada daerah otaknya sehingga mempengaruhi sikap, tatalaku dan tingkah laku dalam hidup keseharian.

Penulis sering melihat para ahli pembicara, narasumber, maupun orang perorangan dalam pergaulan keseharian dilingkungan sosial memiliki ciri khas atau karakternya masing-masing, apakah hal ini sudah sesuai dengan kedalaman atau kedangkalan ilmu pengetahuannya atau memang faktor pewarisan keturunan yang biasa disebut dengan hereditas.  

Penulis ingin bertanya, apasih mindset itu ?... semula mengutip dari kamus elektronika menyebutkan bahwa mindset terdiri dari  dua kata : Mind dan set. Kata "mind" berarti "sumber pikiran dan memori; pusat kesadaran yang menghasilkan pikiran, perasaan , ide, dan persepsi, dan menyimpan pengetahuan dan memory". Kata "Set" berarti " mendahulukan peningkatan kemampuan dalam suatu kegiatan, keadaan utuh atau solid".

Melihat dari sisi bahasa tersebut diatas ada  pecahan dari dua kata dengan arti yang berbeda, akan tetapi bahwa pengertian yang lebih luas Mindset itu adalah sebuah pola pikir atau kebiasaan berpikir dari seseorang sesuai dengan kedalaman bidang pengetahuan, bidang pekerjaan, cara dan waktu belajar, dan lain lain  yang digeluti dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan ini adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang terus menerus sehingga secara otomatis terjadi menjadi terbiasa.

Kemudian Mindset juga pada awalnya ada yang mengedukasi pikiran sejak kecil, apakah dari lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan masyarakat sebagai komunitas sosialnya, atau juga ada yang menanamkan dengan sengaja memberikan sebuah dokrin, pelatihan yang sifatnya menanamkan kedisiplinan kedalam pikiranya.

Semisal dalam sebuah contoh, kalau dari kecil itu terbiasa meminta, kemudian segala permintaannya selalu dikabulkan. Secara tidak langsung kebiasaan yang dimanjakan oleh orang tua itu, jika setiap permintaan dikabulkan, maka akan terjadi pada dirinya berakibat tidak percaya diri alias punya ketergantungan yang sangat kuat terhadap orang tua.

Contoh lain, sering mendengar dialog antara dua orang atau lebih atau sekelompok orang, biasanya kalau kumpul akan membahas satu tema bahasan tentang kebutuhan, harapan, keyakinan, dan keinginan dari diri sendiri, maka masing masing orang akan berpendapat sesuai dengan argumentasi individu yang berbeda, biasanya yang satu orang memaksakan pendapatnya, yang lainnya bertahan pada posisinya, bahkan dengan perbedaan pendapat itu bisa berbuah tidak ada titik temu, kemudian dari seorang peserta dialog mengeluarkan kata-kata “ coba rubahlah mindsetnya” supaya bisa menerima pendapat dari orang lain.

Dari dialog tersebut, penulis berpendapat; tidak seorang pun yang bisa melarang untuk berpikir mengutarakan pendapatnya, setiap orang bebas dan merdeka untuk berpikir sesuai dengan keinginan. Karena pikiran bukanlah fakta, maka pikiran bukanlah kebenaran. Pikiran adalah persepsi, pandangan hidup, dan logika sesuai dengan pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya.

Seperti diterangkan diatas bahwa pikiran selalu mengutamakan kebutuhan, harapan, keyakinan, dan keinginan dari diri sendiri. Selama pikiran masih di dalam diri sendiri, maka pikiran masih hidup ada di wilayah pribadi. Akan tetapi, ketika saat pikiran diucapkan atau dituliskan untuk orang banyak, maka pikiran sudah menjadi hidup ada di wilayah sosial. jika Pikiran yang sudah hidup keluar berpindah kewilayah sosial, maka pada saat itu haruslah siap menghadapi penilaian dan bahkan penghakiman dari orang lain. Jadi, berhati-hatilah untuk mengeluarkan pikiran dari wilayah pribadi ke wilayah sosial. Jangan sembarangan berucap atau menulis hanya berdasarkan apa yang ada dalam pikiran.

Sebelum mengeluarkan pendapat pribadi terlebih dahulu pikiran seseorang haruslah dan mampu berpikir positif, pengertian berpikir positif menurut Abraham Lincoln adalah suatu kondisi dimana pikiran yang tenang sehingga mampu hidup dengan bahagia. Sedangkan definisi berpikir positif menurut Martin Seligman seorang psikolog adalah cara berpikir dengan memiliki pandangan yang positif tentang hidup.

Begitu juga dengan mengutif dari artikelnya Hakam Abbas, bahwa berpikir positif dari sudut bahasa yang  menurut pandangan islam adalah Tafkir al-Ijabiy adalah istilah yang tersusun dari dua kata:  Berpikir dan Ijabiy. Berpikir (Tafkir) ditinjau dari sudut bahasa (فكر – يفكر - فكرا) artinya berpikir mengenai suatu perkara, memikirkan suatu pikiran: mempergunakan akalnya dalam suatu urusan, menetapkan sebagian yang dia ketahui agar dapat sampai pada sesuatu yang tidak diketahui. Positif (Ijabiy) dinisbatkan pada kata ijabiyah yaitu memelihara dengan pertimbangan akal sehat dalam memahami berbagai macam problematika (Said, 2010: 16-17). 

Kenyataan bahwa pada setiap orang ada salah satu potensi yang diberikan Allah SWT kepada  makhluk-Nya ialah akal. Allah SWT menganugerahkan akal pikiran kepada manusia sebagai kunci untuk memperoleh petunjuk terhadap segala hal. Akal adalah utusan kebenaran, ia adalah kendaraan pengetahuan, serta pohon yang membuahkan istiqomah dan konsistensi dalam kebenaran, karena itu, manusia baru bisa menjadi manusia kalau ada akalnya (Shihab, 2004: 135).

Salah satu yang diajarkan didalam islam adalah untuk selalu berpikir positif, ajaran itu ada dalam akhlak mahmudah artinya terpuji kepada Allah SWT adalah khusnudzon  yaitu berbaik sangka atau berpikir positif kepada-Nya. Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Allah mengasihi seluruh makhluk-Nya. Dia menganugerahkan rezeki kepada semua makhluk-Nya. Tidak peduli makhluk-Nya taat atau durhaka, muslim atau kafir. Bahkan, binatang dan tumbuh-tumbuhan pun dijamin rezekinya oleh Allah SWT : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun  di bumi melainkan ng-lah yang memberi rezkinya.” (Q.S. Hud: 6).

Jadi, bahwa Allah kepada manusia telah memberikan akal agar mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah harus diawali dengan berpikir positif, karena Menurut definisi lain, berpikir positif adalah cara berpikir dengan memikirkan yang baik-baik. Selain itu berpikir positif juga bisa didefinisikan sebagai proses memilih emosi positif dari rangsangan di lingkungan dan menerapkannya pada persepsi dan keyakinan. Tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah pandangan yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik.

Aktualisasi pikiran adalah merupakan implementasi dari sentuhan alat indra terhadap suatu objek yang ditarik kedalam otak kemudian keluar dalam bentuk aktualisasi pikiran. Maka harus memahami dulu apa yang dipikirkan. Pahami dulu pikiran baru diucapkan atau dituliskan. Semua yang ada dalam pikiran mungkin benar dan masuk akal, tetapi menurut orang lain belum tentu benar dan masuk akal. Bila dipaksakan pikiran masuk kedalam kehidupan sosial, maka konflik bisa muncul dan merusak hubungan baik dengan orang lain.

Maka menurut penulis, bila seseorang yang ingin hidupnya tenang, nyaman dan damai, maka gerak langkah harus selalu diawali dengan berpikiran positif