Tuesday, April 14, 2020

Model Pembelajaran Sosial



    Kuliah Online Matakuliah Model Pembelajaran untuk Pertemuan ke 8 membahas "Model Pembelajaran Sosial"

Bahan Kuliah

    Ada tiga Model Pembelajaran yang perlu dibahas dalam kuliah ini yang dilandasi dengan pendapat para ahli tentang model pembelajaran sosial dengan dilengkapi skenario langkah langkah mengajarnya, yaitu:
  1. Model Pembelajaran bermain peran
  2. Model Pembelajaran simulasi Sosial
  3. Model Pembelajaran telaah atau kajian Yurisprudensi
    Untuk mendukung tugas seorang guru, yu! kita  bahas dalam kuliah model pembelajaran sosial ini, tentang apa maksud seorang guru harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
 
  Pokok Bahasan tersebut diatas, difahami berdasarkan referensi literatur berupa buku, bisa dengan artikel yang ada dalam internet kemudian tuangkan hasil pemikiranmu masing-masing dalam kolom komentar sebagai bukti absensi pertemuan kuliah ke 8





Model Pembelajaran Sosial

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
 Mengapa dikatakan model pembelajaran sosial? Model pembelajaran sosial dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan mengajar individu seorang guru dalam berhubungan dengan orang lain yaitu siswa, kegiatan pembelajaranya terlibat komunikasi belajar mengajar dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.
 Pemahaman masyarakat ini dimaknai dengan konsep Masyarakat belajar learning community. Konsep ini menyarankan bahwa nanti hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Dalam proses masyarakat belajar ini, guru mempunyai tugas utama yaitu memberikan rangsangan yang mampu menghadirkan suasana belajar yang menyeluruh. Belajar seperti itu bisa dilakukan dengan melibatkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa.
Potensi merupakan bagian tidak terpisahkan dari kemampuan besar manusia. Sejatinya, kemampuan besar manusia terdiri dari kemampuan aktual, yaitu kemampuan yang ada saat ini, kemampuan yang sudah teraktualisasikan.
Potensi juga dapat diartikan dengan kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang. Sekarang untuk potensi peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan dan karakteristik yang terbawa dari sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri peserta didik.
Berbagai pengertian ini menegaskan bahwa setiap peserta didik memiliki kesanggupan, daya, dan mampu berkembang. Artinya, tidak boleh ada vonis kepada peserta didik tertentu, bahwa ia tidak sanggup, tidak berdaya, dan tidak mampu berkembang.
Pada dasarnya setiap peserta didik mempunyai potensi, baik fisik, intelektual, kepribadian, minat.
Potensi fisik tidak hanya mengacu pada kondisi kesehatan fisik dan keberfungsian anggota tubuh tetapi juga berhubungan dengan proporsi pertumbuhan dan perkembangan fisik, perkembangan dan keterampilan psikomotorik.
 Potensi kepribadian mengacu pada kemampuan mengelola emosi, mengembangkan dan menjaga motivasi belajar, memimpin, beradaptasi, berinteraksi, berkomunikasi, responsibilitas, orientasi nilai, sikap, dan kebiasaan.
Sementara potensi intelektual sudah pasti berhubungan dengan kecerdasan yaitu prestasi akademik, kecerdasan umum, kemampuan khusus (bakat), dan kreativitas.
Potensi minat adalah seberapa besar seseorang merasa suka atau tertarik atau tidak suka atau mengabaikan kepada suatu rangsangan. Minat adalah dorongan yang kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi keinginannya. Minat merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat dan keberadaannya merupakan faktor utama dalam pengembangan bakat.
Kata minat lebih menggambarkan motivasi, yang mempengaruhi perhatian, berpikir dan berprestasi
Spesifikasi minat dapat dibedakan menjadi:
  • Minat pribadi atau personal interest,
yaitu ciri pribadi individu yang relatif stabil. Minat pribadi ditujukan pada suatu kegiatan atau topik yang spesifik misalnya minat pada olah raga, ilmu pengetahuan, musik, tarian, komputer, dan lain-lain.
  • Minat situasional,
yaitu minat yang ditumbuhkan oleh kondisi atau faktor lingkungan, misalnya peran pendidikan formal, informasi yang diperoleh melalui buku, internet atau televisi. 
  • Minat sebagai keadaan psikologis,
yakni bila seseorang memiliki penilaian yang tinggi untuk suatu kegiatan (value of activity) dan pengetahuan yang tinggi terhadap kegiatan tersebut.
Jadi minat merupakan kecenderungan atau arah keinginan terhadap sesuatu untuk memenuhi dorongan hati, minat merupakan dorongan dari dalam diri yang mempengaruhi gerak dan kehendak terhadap sesuatu, merupakan dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
Pelibatan potensi yang dimiliki anak ini seharusnya merupakan hasil dari pengetahuan dan pemahaman guru dalam melihat karakteristik siswa, melalui perencanaaan yang matang, dituangkan dalam narasi yang mudah dipahami dan dilakukan, sehingga bisa menyesuaikan kondisi dimasing-masing keadaan, karena setiap siswa mempunyai model masing-masing dalam memahami proses belajarnya.
Ada 3 (tiga) model pembelajaran yang termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran sosial, yaitu (1) model pembelajaran bermain peran, (2) model pembelajaran simulasi sosial, dan (3) model pembelajaran telaah atau kajian yurisprudensi.  
1. Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Model role playing (bermain peran) adalah model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas. Bermain peran (role playing) adalah salah satu model pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi.
 Oleh karena itu, bentuk pengajaran role playing memberikan pada murid seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa tutur.
Model pembelajaran bermain peran (role playing) dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata, bermain peran dapat mendorong murid mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskannya, dan bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
Model role playing dapat membimbing anak didik untuk memahami perilaku dan peran mereka dalam interaksi sosial, agar mampu memecahkan masalah-masalah dengan lebih efektif. Role playing dirancang secara husus oleh Fannie dan George Shaftel untuk membantu anak didik mempelajari dan merefleksikan nilai-nilai sosial, membantu mereka mengumpulkan dan mengolah informasi, mengembangkan empati dan memperbaiki keterampilan sosial mereka. Dengan penyesuaian yang cocok, model ini dapat diterapkan pada siswa di seluruh tingkat umur.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa model role playing adalah model bermain peran dengan cara memberikan peran-peran tertentu atau serangkaian situasi-situasi belajar kepada murid dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru dan didramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model pembelajaran bermain peran menurut Suherman adalah:
1)    Menyiapkan skenario pembelajaran
2)    Menunjuk beberapa murid untuk mempelajari skenario tersebut
3)    Pembentukan kelompok murid
4)    Penyampaian kompetensi
5)    Menunjuk murid untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya
6)    Kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh pelaku.
7)    Presentasi hasil kelompok
8)    Bimbingan penyimpulan dan refleksi.

Contoh skenario Pembelajaran Model bermain peran
  1. Kelas/Semester  : II / II
  2. Tema : Keluarga
  3. Judul  : Banu dari keluarga sederhana
  4. Deskripsi lokasi kegiatan :  Di sebuah Desa terpencil yang jaraknya sangat jauh dari Kota, namun keadaan Desa tersebut sangat sejuk, tentram dan damai.
  5. Standar kompetensi  : Mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan melalui kegiatan deklamasi atau bermain peran.
  6. Nama-nama Pemeran  :  
1)  Syahrul sebagai Banu
2) M. Yusuf sebagai Pak Ramlan
3) Nesti sebagai Ibu Asiah
4) Ismail sebagai Pak Heri
5) Haerul sebagai Aril


Sedangkan menurut Hamzah B.Uno, Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah, berikut langkah-langkah dalam penggunaan model bermain peran (the role playing model), yaitu
1.     Pemanasan (warming up).
Dalam tahap ini, guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai dengan contoh. Hal ini bisa muncul dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Sebagai contoh, guru menyediakan suatu cerita untuk dibaca di depan kelas. pembacaan cerita berhenti jika dilema dalam cerita menjadi jelas. Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat siswa berpikir tentang hal tersebut dan memprediksi akhir dari cerita.
2.     Memilih partisipan.
Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan ini, guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan siapa dan mendeskripsikan peran-perannya. Langkah kedua ini lebih baik. langkah pertama dilakukan jika siswa pasif dan enggan untuk berperan apa pun. Sebagai contoh, seorang anak memilih peran sebagai ayah. Dia ingin memerankan seorang ayah yang galak dengan kumis tebal. guru menunjuk salah seorang siswa untuk memerankan anak seperti ilustrasi di atas.
3.     Menyiapkan pengamat (observer).
guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat. Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa pengamat di sini harus juga terlibat aktif dalam permainan peran. untuk itu, walaupun mereka ditugaskan sebagai pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap mereka agar dapat terlibat aktif dalam permainan tersebut.
4.     Menata panggung.
Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhan yang diperlukan. penataan panggung ini dapat sederhana atau kompleks. Yang paling sederhana adalah hanya membahas skenario (tanpa dialog lengkap) yang menggambarkan urutan permainan peran. Misalnya siapa dulu yang muncul, kemudian diikuti oleh siapa, dan seterusnya. Sementara penataan panggung yang lebih kompleks meliputi aksesoris lain seperti kostum dan lain-lain. Konsep sederhana memungkinkan untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan panggung, tetapi proses bermain peran itu sendiri.
5.     Memainkan peran (manggung).
permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada awalnya akan  banyak siswa yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan, mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya. jika permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segara masuk ke langkah berikutnya.
6.     Diskusi dan evaluasi. guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul. Mungkin ada siswa yang meminta untuk berganti peran. Atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah. Apa pun hasil diskusi dan evaluasi tidak jadi masalah.
7.     Memainkan peran ulang (manggung ulang).
Seharusnya, pada permainan peran kedua ini akan berjalan lebih baik. Siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario.
8.     Diskusi dan evaluasi kedua.
pembahasan diskusi dan evaluasi lebih di arahkan pada realitas. Mengapa demikian? Karena pada saat permainan peran dilakukan. banyak peran yang melampaui batas kenyataan. Misalnya seorang siswa memainkan peran sebagai pembeli. Ia membeli barang dengan harga yang tidak realistis. Hal ini dapat menjadi bahan diskusi. Contoh lain, seorang siswa memerankan peran orang tua yang galak. Kegalakannya yang dilakukan orang tua ini dapat dijadikan bahan diskusi.
9.     Berbagi pengalaman dan kesimpulan.
siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia menjadi seorang pembeli yang sedang menawar barang dengan harga yang belum diketahui harga jualnya tetapi ia menawar dengan harga yang tidak realistis. Kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya menghadapi situasi tersebut. Seandainya jadi penjual, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini, siswa akan menemukan pengalaman baru dan akan belajar tentang kehidupan. dan yang tak kalah pentingnya dengan bermain peran ini, siswa akan lebih bersemangat, senang dan lebih aktif dalam belajar, sehingga siswa dapat menyerap materi dan tentunya tujuan pembelajaran pun akan tercapai.
 Manfaat yang dapat diambil dari model role playing adalah:
1.     Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah baku dan normatif terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari
2.     Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
3.     Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia kita
2.  Model Pembelajaran simulasi sosial
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura- pura atau berbuat seolah- olah nyata. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura - pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode pembelajaran dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu bahan pelajaran melalui perbuatan yang bersifat pura- pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peran mengenai tingkah laku yang dilakukan seolah - olah dalam keadaan yang sebenarnya.
Simulasi merupakan suatu metode pembelajaran praktek interaktif yang melibatkan penciptaan situasi atau ruang belajar dalam suatu program pelatihan.
Tujuan dari simulasi adalah untuk memunculkan pengalaman pembelajaran selama mengikuti program pelatihan. Metode ini mirip dengan permainan peran, tetapi dalam simulasi, peserta peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan kegiatan. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu belum benar-benar terbang.
Metode simulasi telah diterapkan dalam pendidikan lebih dari tiga puluh tahun. Pelopornya adalah Sarene Boocock dan Harold Guetzkow. Walaupun model simulasi bukan dari disiplin ilmu pendidikan, tetapi merupakan penerapan dari prinsip sibernetik, suatu cabang dari psikologi sibernetik yaitu suatu study perbandingan antara mekanisme kontrol manusia biologis dengan sistem elektro mekanik, seperti komputer.
Jadi, berdasarkan teori sibernetika ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik. Menganggap siswa pembelajar sebagai suatu sistem yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri (self regulated feedback).
Sistem kendali umpan balik ini, baik manusia maupun mesin mempunyai tiga fungsi, yaitu;
1.   menghasilkan gerakan atau tindakan sistem terhadap target yang diinginkan,
2.   membandingkan dampak dari tindakannya tersebut,
3.   memanfaatkan kesalahan (error) untuk mengarahkan kembali ke jalur yang seharusnya.
Prosedur Pembelajaran proses simulasi tergantung pada peran guru/fasilitator. Ada empat prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/guru. Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan simulasi, pemain harus benar- benar memahimi aturan mainnya, oleh karena itu sebelum permainan dimulai, guru/ fasilitator harus menjelaskan tentang aturan permainan dalam simulasi. Kedua adalah mengawasi (refeereing). Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur permainan tertentu. Oleh karena itu, fasilitator harus mengawasi jalannya permainan agar dapat berjalan sesuai dengan ketentuan. Ketiga adalah melatih (Coaching). Dalam simulasi, pemain akan melakukan kesalahan. Oleh karena itu, fasilitator harus memberikan bimbingan, saran dan petunjuk agar pemain tidak mengulangi kesalahan yang sama. Keempat adalah diskusi. Dalam simulasi, refleksi menjadi bagian yang penting. Oleh karena itu, setelah simulasi selesai, fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal antara lain: kesulitan- kesulitan, hikmah yang bisa diambil, bagaimana memperbaiki kekurangan simulasi dan sebagainya.
Dalam permainan simulasi, yang harus dilakukan oleh guru adalah: (1) Mempersiapkan siswa yang menjadi pemeran simulasi, (2) Menyusun skenario dengan memperkenalkan siswa terhadap aturan, peran, prosedur, pemberian skor (nilai), tujuan permainan dan lain- lain. Guru menunjuk siswa untuk memegang peran- peran tertentu dan menguji cobakan simulasi untuk memastikan bahwa seluruh siswa memahami aturan main simulasi tersebut, (3) Melaksanakan simulasi, siswa berpartisipasi dalam permainan simulasi dan guru melakukan peranannya sebagimana mestinya.
Dalam simulasi, pemain/peserta akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu guru/fasilitator harus memberikan saran, petunjuk atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang, sama. Dan keempat adalah diskusi.
Kaitannya dengan kelompok model pembelajaran, simulasi diarahkan pada model pembelajaran sosial. Simulasi sosial adalah simulasi yang dimaksudkan mengajak peserta melalui suatu pengalaman yang berkaitan dengan persoalan-persoalan sosial. Menurut pengalaman sejumlah guru, metode simulasi dalam konteks model pembelajaran sosial sangat efektif digunakan jika guru menghendaki agar siswa menemukan makna diri (jati diri) di dalam dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Jenis model pembelajaran sosial misalnya melalui bermain peran dan atau simulasi. Dalam bermain peran, siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Fungsi model pembelajaran sosial adalah (1) untuk menggali perasaan siswa, (2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsi, (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.
Aplikasi permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan dan lain-lain. Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan model-model lain. Model ini agak rumit, tergantung pada pengembangan simulasi yang tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang, (sistem analis, programer dan lain-lain), perusahaan komersial, guru atau kelompok guru dan lain-lain. Dewasa ini, dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi, seperti komputer dan multimedia, telah banyak permainan simulasi dihasilkan untuk berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai topik dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran)

3. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi
Model ini dirancang untuk siswa dalam studi sosial dan menyiratkan metode kasus sebuah studi, mengingatkan pendidikan hukum. Studi kasus yang melibatkan masalah sosial di daerah-daerah di mana kebijakan publik harus dilakukan (keadilan dan kesetaraan, kemiskinan dan kekuasaan dll) Mereka dituntun untuk mengidentifikasi kebijakan publik isu-isu serta pilihan yang tersedia untuk berhubungan dengan mereka dan nilai-nilai yang mendasari orang-orang pilihan. Model ini dapat digunakan di daerah manapun di mana ada isu-isu kebijakan publik, karena etika misalnya dalam ilmu pengetahuan, bisnis dan olahraga dan lain-lain.
Model ini didasarkan pada konsepsi masyarakat di mana orang berbeda pandangan dan prioritas dan nilai-nilai sosial yang sah bertentangan satu dengan lainnya. Menyelesaikan kompleks, isu-isu kontroversial dalam konteks tatanan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang dapat berbicara satu sama lain dan berhasil bernegosiasi tentang perbedaan mereka.permasalahan daerah umum, masalah ras dan etnis, konflik keagamaan dan ideologis, konflik keamanan individu, konflik antara kelompok-kelompok ekonomi, kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan keamanan bangsa.
Sintaks Model yurisprudensi:
1. Orientasi untuk kasus
2. Mengidentifikasi masalah
3. Mengambil posisi
4. Menjelajahi sikap yang mendasari posisi yang diambil
5. Refining dan kualifikasi posisi
6. Pengujian asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi.
Reaksi dari model Yurisprudensi adalah:
1.     Mempertahankan iklim intelektual yang kuat di mana semua pandangan dihormati; menghindari evaluasi langsung pendapat siswa.
2.     Lihat bahwa isu-isu yang benar-benar dieksplorasi
3.   Substansi berpikir siswa melalui pertanyaan relevansi, konsistensi, spesifisitas, umum, kejelasan definisi, dan kontinuitas.
Pengajaran Model yurisprudensi Menjaga gaya dialektis; gunakan dialog konfrontatif, mempertanyakan asumsi siswa dan menggunakan contoh yang spesifik (analogi) untuk lebih berfariasi dengan laporan yang umum.
hindari mengambil sikap keras kepala. konteks untuk mengeksplorasi situasi dari peristiwa sejarah untuk menjelajahi adanya nilai hukum.
Peran guru selama latihan ini sangatlah penting. Siswa sebagai peneliti, juga mendiskusikan, dan berdebat, guru harus mendorong siswa untuk melibatkan diri ke satu sisi masalah ini, tapi akan mendukung jika mereka berubah pikiran ketika dihadapkan dengan bukti baru, dan mendorong mereka untuk mempertimbangkan sudut pandang lain. Pada tiap saat, guru harus tetap netral terhadap masalah ini, mendorong diferensiasi posisi, dan mempromosikan sintesis dari posisi yang berbeda yang disajikan di depan kelas.
Aplikasi Akhir dari model ini adalah fase yang paling penting. Dalam fase ini bahwa siswa mengambil apa yang telah dipelajari dan menerapkannya ke lingkungan mereka. Siswa harus mampu melihat nilai dalam ilmu yang telah mereka pelajari dan melihat bahwa dengan pengetahuan ini mereka dapat memiliki dampak yang muncul.
Langkah pertama dari proses ini adalah untuk setiap siswa mengusulkan sebuah rencana aksi secara keseluruhan dengan resolusi. Beberapa cara siswa telah menerapkan apa yang telah mereka pelajari dan menjadi terlibat dalam kegiatan masyarakat meliputi:
1.  Menulis surat kepada dewan kota, perwakilan negara, negara senator, gubernur, atau walikota.
2.  Terkemuka atau berpartisipasi dalam kegiatan seperti pembersihan masyarakat, kegiatan daur ulang, atau petition drives.
3.  Menghadiri pertemuan atau rapat dewan kota lingkungan lokal.
Apa pun tindakan siswa mengambil harus dinilai dalam keterangan laporan rencana aksi mereka.
Kunci untuk model instruksi adalah bahwa siswa mendapat kesempatan untuk menerapkan keterampilan penyidikan dan strategi tindakan untuk masyarakat dimana mereka tinggal.






























12 comments:

  1. Muhamad Ramadhan
    Semester : IV

    Menurut pandangan saya,
    Tentang Model pembelajaran secara sosiologis, saya akan berkaca pada sebuah Referensi dari Film yang berjudul Big Brother thn 2018.
    Dimana ada seorang guru Baru yg pertama kali mengajar murid2 nya yang mayoritas mempunyai bakat dan minat yang berbeda2.
    Apa yg dia dilakukan?
    Dia Melalui pendekatan secara sosial dengan cara murid dan guru itu jgn ada penghalang dan dia mencari apa saja minat dan bakat murid2 nya.
    Diibaratkan seperti seorang Sahabat.
    Yang artinya mengajar seperti hal nya sahabat adalah dengan cara mencari minat dan bakat tentang murid Tsb dan secara perlahan kita dpt mengambil 'hatinya' agar murid tersebut juga dapat mengakui kita sbgai gurunya.
    Dan pada akhirnya proses pembelajaran dapat berjalan dg khidmat.
    And My Quote :
    “Dengan belajar kau bisa mengajar, dengan mengajar kau bisa paham.”

    ReplyDelete
  2. Nama : Rimah Hasanah
    Semester : IV

    Kesimpulannya :
    Model pembelajaran menurut George shaftel, maka dapat disimpulkan bahwa model bermain peran (the role playing) merupakan sebuah metode pembelajaran yang mengedepankan aspek-aspek sepeti motorik, kognisi, afeksi, dan keterampilan sosial, serta aspek-aspek yang lain yang dikemas melalui kegiatan pemeranan/pementasan dengan mentransformasikan ke dalam situasi kehidupan nyata para siswa. Sehingga dapat diharapkan, siswa mampu menjadi seorang pribadi yang mandiri, terampil, kreatif, dan dapat memecahkan persoalan dalam hidupnya pada masa mendatang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kesimpulan dari beberapa ahli model pembelajaran simulasi sosial ialah
      Sehingga dapat disimpulkan bahwa model simulasi sosial menginterpretasikan manusia sebagai suatu sistem kontrol yang dapat mengarahkan tindakannya dengan berdasarkan pada umpan balik.

      Model pembelajaran telaah atau kajian yurispudensi.
      Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran telaah yurisprudensi adalah metode pembelajaran yang melatih siswa untuk peka terhadap permasalahan sosial, mengambil sikap terhadap permasalahan tersebut, serta mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid. Mo

      Delete
  3. Nama : Meli Astuti
    Semester : IV

    Penjelasannya:

    Pada dasarnya, bermain memiliki dua pengertian yang harus dibedakan. Bermain menurut pengertian yang pertama dapat bermakna sebagai sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari “ menang dan kalah” (play). sedangkan yang kedua disebut sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian “ menang-kalah” (game). Dengan demikian, pada dasarnya setiap aktifitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan. Sebab, fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan (refreshing) kondisi fisik dan mental yang berada di ambang ketegangan. Peran (role) bisa diartikan sebagai cara seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu. Bermain peran (role playing) sebagai suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga murid-murid bisa mengenali tokohnya.

    Lebih lanjut lagi, Mansyur (dalam Sagala, 2011:2013) mengemukakan bahwa model bermain peran (role playing) adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya siswa mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar siswa dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial.

    Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model bermain peran (the role playing) merupakan sebuah metode pembelajaran yang mengedepankan aspek-aspek sepeti motorik, kognisi, afeksi, dan keterampilan sosial, serta aspek-aspek yang lain yang dikemas melalui kegiatan pemeranan/pementasan dengan mentransformasikan ke dalam situasi kehidupan nyata para siswa. Sehingga dapat diharapkan, siswa mampu menjadi seorang pribadi yang mandiri, terampil, kreatif, dan dapat memecahkan persoalan dalam hidupnya pada masa mendatang.

    ReplyDelete
  4. Nama : Vivi
    Semester : IV

    Kesimpulannya :
    Guru berperan penting dalam upaya mengembangkan potensi siswa. Guru dapat mengembangkan potensi siswa dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yang dapat dinikmati oleh siswa. Pembelajaran semacam ini menerapkan pendekatan kompetensi, yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bermain dan beraktivitas, memberi suasana aman dan bebas secara psikologis, penerapan disiplinnya tidak kaku, memberikan keluasan kepada siswa untuk boleh mempunyai gagasan, ide, atau pendapat sendiri, mampu memotivasi siswa berpartisipasi secara aktif, memberi kebebasan berpikir kreatif.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Model Pembelajaran Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat perilaku pura-pura (berakting) dari siswa sesuai dengan peran yang telah ditentukan, dimana siswa menirukan situasi dari tokoh-tokoh sedemikian rupa dengan tujuan mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.

      Model Pembelajaran Simulasi merupakan suatu metode pembelajaran praktek interaktif yang melibatkan penciptaan situasi atau ruang belajar dalam suatu program pelatihan. Tujuan dari simulasi adalah untuk memunculkan pengalaman pembelajaran selama mengikuti program pelatihan. Metode ini mirip dengan permainan peran, tetapi dalam simulasi peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan kegiatan. Misalnya sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Metode simulasi telah diterapkan dalam pendidikan lebih dari tiga puluh tahun. Pelopornya adalah Sarene Boocock dan Harold Guetzkow.

      Model pembelajaran telaah yurisprudensi adalah metode pembelajaran yang melatih siswa untuk peka terhadap permasalahan sosial, mengambil sikap terhadap permasalahan tersebut, serta mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid. Model pembelajaran ini membantu siswa untuk belajar berpikir secara sistematis tentang isu-isu kontemporer yang sedang terjadi di masyarakat. Model ini juga mengajarkan siswa untuk dapat menerima atau menghargai sikap orang lain terhadap suatu masalah yang mungkin bertentangan dengan sikap yang ada pada dirinya.

      Delete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Nama : Baniatus Sopiah
    Semester : IV

    Kesimpulannya :

    Melalui model pembelajaran bermain peran, siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku orang lain. Melalui permainan peran, siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenal perasaannnya sendiri dan perasaan orang lain. Mereka memperoleh cara berperilaku untuk mengatasi masalah seperti dalam permainannya dan dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.
    Model pembelajaran simulasi sosial menginterpretasikan manusia sebagai suatu sistem kontrol yang dapat mengarahkan tindakannya dengan berdasarkan pada umpan balik. Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerjasama, empati, sistem sosial, konsep keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan lain-lain.
    Sedangkan model pembelajaran telaah yurisprudensi sebagai metode pembelajaran yang melatih siswa untuk peka terhadap permasalahan sosial, mengambil sikap terhadap permasalahan tersebut, serta mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid. Model pembelajaran ini membantu siswa untuk belajar berpikir secara sistematis tentang isu-isu kontemporer yang sedang terjadi di masyarakat. Model ini juga mengajarkan siswa untuk dapat menerima atau menghargai sikap orang lain terhadap suatu masalah yang mungkin bertentangan dengan sikap yang ada pada dirinya.

    ReplyDelete
  7. Nama: NANANG
    Semester: IV (empat)

    Mengacu pada sebuah artikel yang ditulis oleh Muchlisin Riadi 02 Mei, 2019.

    Pengertian Bermain Peran:
    Bermain peran (Role playing) adalah metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat perilaku pura-pura (berakting) dari siswa sesuai dengan peran yang telah ditentukan, dimana siswa menirukan situasi dari tokoh-tokoh sedemikian rupa dengan tujuan mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
    Itulah sekilas kutipan artikel yang ditulis oleh Muchlisin Riadi mengenai seni bermain peran,tapi dalam haL ini bagaimana seorang guru mampu membangun kepercayaan dan keberanian kepada siswa-siswinya untuk bisa mementaskan karakter suatu peran diatas panggung? Disinilah tugas seorang guru untuk bisa membangun dan menggali potensi anak-anak didiknya yang cenderung memiliki sifat dan karakter bawaannya masing-masing.
    Berdasarkan pengalaman yang pernah saya dapatkan dari bangku Aliyah (Man2 Kota Bogor), dalam bermain seni peran dibutuhkan keseriusan, penjiwaan yang mendalam dari suatu peran yang mau kita pentaskan, satu contoh peran seorang Penjahat, dimana peran tersebut, kita harus bisa memahami siapa itu penjahat dan bagaimana karakter yang harus kita perankan agar kesan peran tersebut dapat bener-benar kita tokohkan diatas pentas, dan tentunya tidak hanyaa itu asesoris dan profertipun harus kita sesuaikan dengan peran kita, dan hal yang perlu di ingat penguasaan naskah atau jalan cerita harus sudah diluar kepala, agar sekalipun kita diatas panggung mau berimprofivasi kita tidak keluar dari benang merah cerita.
    Disini tentu tidak lepas dari peran seorang pendidik (Guru) dalam membimbing siswa-siswinya dalam memberikan arahan dan pelajarannya.
    Semua itu bisa dilakukan dengan cara:
    1.Menyiapkan naskah cerita
    2.Melakukan senam wajah (sebelum pentas)
    3.Membiasakan siswa-siswi berperan didepan orang-orang, bisa dikantin,lapngan sekolah, taman dll
    4.Adu peran dengan benda-benda disekitar kita dan
    5.Menyiapkan proferti pendukung.
    Dan perlu diperhatikan juga, Seorang guru juga harus terlatih dan terbiasa memberikan contoh peran yang baik kepada siswa-siswinya, agar mereka ada tolak ukur (uswah) yang bisa mereka tiru.
    Itulah sedikit pengalaman yang mungkin bisa diperhatikan oleh kita, seorang tenaga pendidik (Guru) dalam memberikan pendidikan seni peran terhadap murid-muridnya.

    Wassalamualaikum.

    ReplyDelete
  8. Yang ikut kuliah sampai saat ini:
    1. Muhammad Ramadhan
    2. Rimah Hasanah
    3. Meli Astuti
    4. Vivi
    5. Baniatus sopiah

    ReplyDelete

Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22

  Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22 Tulislah identitasmu;    Nama                  :   .................................. So...