Monday, May 20, 2019

Ketika Kata " Bohong " Terucap



Ketika kata " Bohong "  terucap

Penulis ingin membuat tulisan tentang bagaimana bohong ketika terucap, menurut Prof. Dr. Quraisy Syihab dalam ceramah di salah satu Station TV Swasta; mengatakan bahwa apabila seseorang yang banyak bicara terlalu lama akan bisa mendatangkan potensi kesalahan yang terucap yang disebabkan tercampurnya  kebohongan didalamnya.
        Penulis ingin menyampaikan bahwa bohong itu sama halnya dengan seseorang yang melepaskan balon keudara menembus awan tanpa kendali yang akhirnya jatuh tidak tahu dimana
Rasanya ingin sekali menyampaikannya kepada para pembaca apa kiranya atau dampaknya apabila seseorang melakukan sesuatu yang dibumbui dengan kata bohong, kiranya kata bohong itu sering dilakukan oleh seseorang untuk membela diri ketika dalam keadaan suatu peristiwa atau untuk menambah percaya diri agar dapat pengakuan lebih dari lawan bicaranya, bohong ini bisa menjadi sebuah alibi jika dalam posisi terdesak, tetapi menurut penulis tidak semuanya orang senang berbohong, masih banyak orang yang senang dengan kejujuran.
Bohong juga merupakan sebuah pernyataan atau ungkapan dengan kata kata yang tidak sejalan dengan realita dimana tujuanya agar sipendengar bisa percaya atas apa yang diucapkan. Tentunya orang yang bohong pada awalnya merasa dalam hatinya percara diri akan berhasil terutama bagi orang yang punya kebiasaan berbohong disebut juga pembohong alias tidak jujur.
Sekali berbohong akan menanggung rasa beban mental yang luar biasa, bila disambung dengan kebohongan berikutnya bisa jadi beban mental akan menjadi berlipat, jika ini dilalkukan secara terus menerus maka orang seperti itu akan berdampak menanggung beban berat yang tidak terhingga, karena berbohong ini pada suatu saat akan ketahuan, jika demikian maka orang bohong pasti akan menyimpan dalam bentuk titik memori dalam alam bawah sadarnya, sekali waktu ketahuan bohong tidak akan ada orang yang bisa mempercayai untuk melakukan suatu kegiatan dalam bentuk apapun.
Bohong bila dikaitkan dengan perasaan maka akan terasa menyakitkan jika di ucapkan oleh orang yang sangat dekat atau paling dipercaya, ketika sekali terucap untaian kalimat kata bohong akan mengubah pendirian orang lain yang tadinya menaruh kepercayaan yang kuat menjadi kebencian.
Mari kita kaji secara sederhana dari pengertian kata “ bohong “, menurut kamus bahasa;  bohong artinya menyatakan sesuatu yang tidak ada dasar realitanya. Lalu apakah semua yang tidak benar itu bisa dikatakan atau dianggap bohong, pernyataan ini tidak sepenuhnya benar namun perlu ada kehati-hatian, apakah penyampai orang yang tdak benar bisa di cap sebagai pembohong? Pertanyaan ini  sangat sederhana namun  jawabannya tidak mudah untuk jelaskan.  
Bohong yang sekarang ini sedang populer, yaitu dalam bentuknya “ hoax “, setahu penulis kata hoax terambil dari bahasa inggris, kata Hoax yang sekarang beredar ini diIndonesia ternyata tidak membuat seluruh masyarakat Indonesia benar-benar tahu bagaimana pengucapan yang benar dalam kata ini. Mayoritas masyarakat Indonesia masih mengucapkan kata Hoax dengan logat bahasa indonesia, yakni ‘ho-aks’, lama kelamaan kata hoax akan menjadi perbendaharaan kata bahasa indonesia jika terucap secara terus menerus diucapkan oleh orang banyak di negeri ini,  enak juga kedengarannya bila biasa diucapkan dalam pergaulan sehari hari lama lama akan dapat menghilangkan kata darimana asalnya. Padahal pengucapan kata yang benar seperti yang dilansir dalam meriam-webster.com pengucapan yang benar ialah ‘hoks’. Huruf ‘o’ dalam tulisan Hoax di baca seperti kata ‘piano’.
Ada beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki kemiripan arti dengan bohong, yaitu misalnya kata  tipu, dusta, gombal dan bual.
Coba dijelaskan, bahwa dalam kehidupan keseharian, kata tipu, biasa digunakan untuk seseorang yang mengatakan sesuatu tidak benar demi meraih keuntungan pribadi. Misalnya mengatakan barang tertentu yang dimilikinya itu asli sehingga kalau dijual bisa dengan harga mahal. Padahal sesungguhnya barang itu sesungguhnya adalah merupakan barang palsu. Pada kasus semacam ini, meskipun kata bohong bisa dipakai, akan tetapi yang paling dominan dan lazim digunakan adalah kata tipu yang maksudnya termasuk kata kerja bernuansa  menipu. Artinya, jelas ada perbedaan diantara kata bohong dan tipu tersebut meskipun semuanya mengandung makna adanya sesuatu yang tidak sesuai dengan realitas yang terjadi atau diharapkan.Tipu adalah perbuatan atau perkataan yg tidak jujur, dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung, kata tipu biasanya disambung dengan kata tipiudaya.
Dusta merupakan perbuatan yang tak lagi susah untuk dijumpai, banyak alasan bahwa kata dusta yang terucap  merupakan perbuatan yang dilarang dalam semua tatanilai kebudayaan. Bahkan, masyarakat jahiliyah pun menganggap perbuatan ini sebagai perbuatan yang rendah. Sebaliknya, orang yang jujur dan amanah mereka anggap sebagai orang yang memiliki kemuliaan. Dusta adalah memberitakan tidak sesuai dengan kebenaran, baik dengan ucapan lisan secara tegas maupun dengan isyarat seperti menggelengkan kepala atau mengangguk.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah menyebutkan dusta sebagai salah satu tanda kemunafikan. Beliau bersabda yang artinya, “Tanda orang yang munafik ada tiga: jika berkata dia dusta, jika berjanji dia ingkari, dan jika diamanahi dia khianat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Jadi jelaslah bila kata dusta terucap maka akan orang tersebut termasuk orang munafik.
Kemudian kata ‘gombal’ yang kata kerjanya adalah hanya menggombal, mengobral ucapan biasanya dengan canda atau guyon akan tetapi memiliki makna agak menyimpang dari kata-kata yang lain. Kata ini cenderung digunakan untuk mengatakan sesuatu melebihi dari porsi sewajarnya dan juga adanya pengingkaran janji.
Dampak apabila melakukan bohong ini biasanya menimpa pada penurunan kredibilitas, bahkan dapat menimbulkan krisis kepercayaan yang akhirnya bisa menghilangkan kualitas keahlian yang dimiliki seseorang dan kapabilitas kemampuan atau skill yang dimiliki akan hilang ditelan kondisi kebohongan.
seLanjutnya bagaimana dengan kata ‘ bual ’?. Kata ‘bual’, masih terkesan merupakan bohong juga, hanya dalam bentuk versi lain dari kata ‘bohong’, untuk  suatu peristiwa sama sekali kurang penting atau tidak dianggap penting dan tidak pula dianggap serius. Seseorang yang mengaku-ngaku pernah bertamasya keluarnegeri, padahal ke kota saja belum pernah, contoh tersebut bisa jadi bukan bermaksud dikatakan bohong, lebih mungkin contoh itu bisa termasuk dikatakan ‘bual’ sebab kebohongan itu tidak mempengaruhi apa-apa dan malah terdengar bodoh.
Tidak ada manusia yang suka jika di bohongi, apalagi jika ia selalu di bohongi. Akibatnya untuk mendapat kepercayaan itu menjadi sulit, maka jika kita selalu berbohong kepada orang lain maka tidak dapat di percayai kembali, bahkan tidak akan ada orang mau berteman dengan seorang pembohong.
Mengucapkan kata bohong, dusta, gombal dan bual itu terucap paling dominan  keluarnya dari lisan, maka dengan ucapan lewat lisan akan dapat membahagiakan sekaligus bisa menyakiti orang, mungkin bisa membuat orang menangis disaat yang sama juga bisa membuat orang tersenyum dan tidak jarang perdamaian dan permusuhan yang tumbuh di sekitar masyarakat karena disebabkan akibat dari perbuatan lisan.
Bicara masalah lisan, bisa juga tidak lepas dari hati seseorang yang dijadikan sebagai objek dari lisan untuk menyampaikan pesan sebagai tujuan kepada orang lain, biasanya ucapan lewat lisan akan selalu berhadapan dengan orang lain sebagai lawan bicara, bila ucapan lisan hanya hanya sendirian saja maka orang yang ngomong sendiri punya konotasi lain yaitu termasuk orang tidak waras, Karena apa yang diucapkan oleh lisan adalah suatu perbuatan untuk mempengaruh hati seseorang maka harus berhati-hati.
Lisan yang dimiliki bisa membawa pada tingkat faedah yang sangat bermanfaat dan bisa juga menjadi petaka bagi bagi seseorang yang salah dalam mengucapkan seingga akan membuat sakit hati orang lain. Pepatah Arab mengatakan, “Sesungguhnya lisan ibarat binatang buas. Jika engkau ikat, niscaya ia menjagamu. Jika engkau lepas, niscaya ia menerkammu. Karena itu hendaklah engkau berkata sekadarnya dan hendaklah engkau berhati-hati dengannya.”. Lisan itu ibaratkan pisau yang apabila salah menggunakannya  maka akan melukai banyak orang. Dari pepatah ini juga keselamatan dan kecelakaan seseorang tergantung pada kemampuannya mengendalikan lisannya.
Berbicara masalah lisan, pada prinsipnya lisan membawa manfaat sekaligus mudharat yang mengikutinya. Hal ini bergantung pada cara menggunakan lisan tersebut. Tetapi  terkadang tidak menghiraukan  hal yang ditimbulkan dari apa yang kita keluarkan dari lisan. Rasulullah saw. Bersabda,
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
Artinya;
“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (H.R. al-Bukhori).
Maksud hadis ini, keselamatan yang diperoleh bergantung pada apa yang diucapkan. Jika bisa menjaga lisan dan selalu berbuat keburukan yang menimbulkan permusuhan dan selalu menyakiti hati orang lain lebih baik mengambil kata “ diam “.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Seseorang mati karena tersandung lidahnya Dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya Tersandung mulutnya akan menambah (pening) kepalanya Sedang tersandung kakinya akan sembuh perlahan.”
Jadi lisan ini bergantung pada pengguaanya, jika digunakan dengan mengeluarkan kata yang benar maka kebenaran akan selalu terjaga, jika sebaliknya maka derita, beban mental akan selalu menjadi tekanan yang menakutkan bisa berakhir tidak akan di percaya oleh orang lain.

Catatan;
Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, amiiin.

1 comment:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^

    ReplyDelete

Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22

  Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22 Tulislah identitasmu;    Nama                  :   .................................. So...