Friday, September 4, 2020

Pendidikan Luar Sekolah tentang Oreantasi Perkuliahan

Pendidikan Luar Sekolah

Mengenyam pendidikan menurut undang undang sistem pendidikan nasional direpublik ini merupakan hak setiap warga negara. Dalam mengenyam pendidikan yang paling dikenal adalah Pendidikan formal yang dilaksanakan dengan dasar wajib belajar selama 9 tahun lamanya dengan atau tanpa tambahan perkuliahan selama 3-4 tahun.

Dalam beberapa kasus pendidikan formal ini dirasakan sangat kurang untuk bekal menjalani hidup selanjutnya, untuk menutup kekurangan keahlian dari hasil wajib belajar dari pendidikan formal banyak siswa yang turut melaksanakan pendidikan luar sekolah untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan tertentu dalam bentuk kursus, pelatihan.

Pendidikan luar sekolah juga lebih dikenal sebagai pendidikan non formal atau pendidikan masyarakat. Tujuan dari program studi ini adalah mempersiapkan para lulusan yang bisa berkompetisi dalam bidang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Program studi Pendidikan Luar Sekolah ini memberikan peluang yang lebih besar kepada para lulusan pendidikan formal untuk berwirausaha sehingga dia bisa mengajak orang-orang di sekitarnya untuk belajar dan berdaya.

Pendidikan Luar Sekolah yang dapat diambil dari setiap lulusan saat ini, karena dipengaruhi oleh beberapa aspek, arti kata aspek adalah tanda, sudut pandangan dengan  pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang tertentu.

Aspek tersebut dipengaruhi oleh 1.      Teoritis. 2 Kebutuhan pendidikan 3 pelestarian budaya. Ketiga aspek itu, masing-masing aspek dipengaruhi oleh pandangan hidup, kebiasaan dan juga latar belakang keluarga. Tanpa seluruh aspek tersebut, para pendiri Pendidikan Luar Sekolah tidak akan bisa mengembangkan program atau sistem pendidikan ini dengan baik.

Pandangan hidup itu bila dilihat dari pemikiran adalah sebuah pendapat atau pertimbangan dari seseorang yang dijadikan sebagai pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup untuk kepentingan pendidikan masyarakat, kaitanya dengan pendidikan luar sekolah pandangan hidup itu bersumber dari pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan warga belajar agar mempunyai jenis keterampilan dan atau pengetahuan serta pengalaman yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal (persekolahan).

Kebiasaan asal kata dari bahasa Latin: traditio, artinya "diteruskan", kata kebiasaan ini adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu bagi individu dan atau kelompok masyarakat, biasanya dilakukan dari suatu daerah tertentu seperti  kebudayaan, waktu, atau agama yang dianutnya, sedangkan kebiasaan hubungannya dengan pendidikan luar sekolah adalah bagi mereka para peserta didik lulusan dengan berbagai  latar   belakang pendidikan, sosial, ekonomi, juga menyangkut berbagai  karakteristik. Karakteristik ini bisa dari mulai karakteristik internal individu berupa  motivasi berupa  dorongan,  kebutuhan, minat, sikap dan aspirasi sehingga menjadi karakteristik eksternal yang berhubungan dengan status sosial ekonomi dan cara kebiasaan belajar.

Latar belakang seseorang atau keluarga itu maksudnya sangat erat hubunganya dengan  kehidupan pribadinya tentang biografi diri, pendidikan, status sosial dan keluarga baik dari masa kecil hingga tua. Pendidikan luar sekolah ini merupakan proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari dari pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media masa. Pendidikan pendidikan luar sekolah diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap.

Untuk itu, pendidikan luar sekolah merupakan upaya untuk mengatasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakstabilan suatu dari sebuah sistem pendidikan, antara lain yaitu : kebodohan, kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, rendahnya tingkat kesehatan masyarakat, rendahnya tingkat pendapatan  masyarakat, tempat tinggal yang tidak layak huni, serta faktor-faktor lainnya.

Berikut ini beberapa aspek diatas yang diambil dari pendapat para ahli mempengaruhi Pendidikan Luar Sekolah sebagai berikut:

1.    Teoritis

Menurut Philip H. Coombs, yang dalam biografinya lahir pada tahun 1915 di Holyoke Amerika Serikat, ia meninggal pada 15 Peb 2006 di Chester, CT. Studi sarjana berada di Amherst College dan lulusan pasca kerja adalah di University of Chicago. Dia mengajar ekonomi di Williams College dan merupakan direktur program untuk pendidikan di Yayasan Ford. Philip H. Coombs merupakan satu dari sekian banyak tokoh yang mengakui keberadaan dan manfaat PLS untuk dunia.

H. Ahmad Manzoor, Memerangi Kemiskinan diPedesaan Melalui Pendidikan Nonformal, Jakarta; Rajawali, 1984. Cooms percaya jika PLS hadir dan tercetus karena aspek teoritis yang hadir dan berkembang di sekitar masyarakat.

Salah satu dasar pijakan teoritisnya bahwa keberadaan pendidikan luar sekolah adalah teori yang diketengahkan Philip H. Cooms (1973:10), berpendapat tidak satupun lembaga pendidikan formal, informal maupun nonformal yang mampu secara sendiri-sendiri memenuhi semua kebutuhan belajar minimum yang esensial atau yang mendasar, konsep esensial ini misalnya pembelajaran daring selama masa pandemik covid-19 tidak semua materi bisa diberikan kepada siswa sebagaimana dalam kondisi normal.

Atas dasar teori di atas dapat dikemukakan bahwa, keberadaan pendidikan tidak hanya penting bagi segelintir masyarakat tapi mutlak diperlukan keberadaannya bagi masyarakat lemah yang tidak mampu memasukan anak-anaknya ke lembaga pendidikan sekolah dalam upaya pemerataan kesempatan belajar, meningkatkan kualitas hasil belajar dan mencapai tujuan pembelajaran yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

2.    Kebutuhan Pendidikan

Kesadaran belajar di tanah air sangat tinggi sayangnya sarana dan prasarana pendidikan belum merata. Padahal setiap tahun lahir banyak sekali lulusan dari berbagai jenjang sekolah sebagai penerus bangsa. Menariknya, aspek kebutuhan pendidikan juga sudah disadari sejak lama oleh para penggerak sistem PLS.

Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan tidak hanya pada masyarakat daerah perkotaan, melainkan masyarakat daerah pedesaan juga semakin meluas. Kesadaran ini timbul terutama karena perkembangan ekonomi, kemajuan iptek dan perkembangan politik. Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa tertekan akibat kebodohan, keterbelakangan atau kekalahan dari kompetisi pergaulan dunia yang menghendaki suatu keterampilan dan keahlian tertentu. Atas dasar kesadaran dan kebutuhan inilah terwujud bentuk-bentuk kegiatan kependidikan baik yang bersifat persekolahan ataupun di luar persekolahan.

Mereka percaya jika Pendidikan Luar Sekolah akan mampu membantu masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang dibutuhkannya sebagaimana pembelajaran yang tidak bisa diperoleh di sekolah formal untuk memperoleh keterampilan lebih yang dibutuhkan pasar ketenagakerjaan.

3.    Pelestarian Budaya

Sebelum mengenal pendidikan formal atau PLS, seorang anak didik mengenal pendidikan dini di dalam rumah. Orang tua yang mengajarkannya mengenal huruf dan angka serta pembelajaran lainnya.

Aspek pelestarian budaya membuat PLS bersikap bijaksana dengan tidak menghilangkan kultur atau sistem pendidikan yang telah ada sebelumnya. Justru pendidikan rumah tangga dikembangkan dan disesuaikan.

Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang terjadi dan berlangsung di lingkungan keluarga dimana melalui berbagai perintah, tindakan dan perkataan ayah dan ibunya bertindak sebagai pendidik. Dengan demikian pendidikan luar sekolah pada permulaan kehadirannya sangat dipengaruhi oleh pendidikan atau kegiatan yang berlangsung di dalam keluarga. Di dalam keluarga terjadi interaksi antara orang tua dengan anak, atau antar anak dengan anak. Pola-pola transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan kebiasaan melalui asuhan, suruhan, larangan dan pembimbingan.

Pada dasarnya semua bentuk kegiatan ini menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik. Semua bentuk kegiatan yang berlangsung di lingkungan keluarga dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan kebudayaan secara turun temurun.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan praktis di masyarakat dan untuk meneruskan warisan budaya yang meliputi kemampuan, cara kerja dan teknologi yang dimiliki oleh masyarakat dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Jadi, dalam keluargapun sebenarnya telah terjadi proses-proses pendidikan, walaupun sistem yang berlaku berbeda dengan sistem pendidikan sekolah. Kegiatan belajar-membelajarkan yang asli inilah yang termasuk ke dalam kategori pendidikan tradisional yang kemudian menjadi pendidikan luar sekolah.

 

Peran pendidikan luar sekolah

Dengan mengambil dari pendapat H, D. Sudjana S.Pd, M.Ed, PhD (1989:107) mengemukakan  peran pendidikan luar sekolah adalah sebagai  “pelengkap, penambah, dan pengganti".

Sebagai pelengkap pendidikan sekolah, kata pelengkap ini mengandung predikat verbal, maksudnya adalah menambah penjelasan, contoh kalimat misalnya “Ibuku adalah seorang dosen di salah satu kampus perguruan tinggi swasta di Bogor”. Dalam Pendidikan  luar sekolah, pelengkap ini berfungsi  untuk  melengkapi  kemampuan yang sudah ada yang dimiliki oleh peserta didik dengan jalan  memberikan  pengalaman  belajar yang tidak diperoleh dalam pendidikan sekolah.

Isi pogram pelengkap ini didasarkan atas kebutuhan peserta didik untuk menambah keterampilan. program ini dilakukan oleh para penyelenggara pendidikan dan bekerja sama dengan masyarakat. Programnya bermacam-macam, seperti pendidikan keterampilan produktif, olah raga, kesenian, kelompok belajar, kelompok rekreasi dan kelompok pencinta alam.

Pendidikan luar sekolah sebagai pelengkap ini harus dapat dirasakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat dan mendekatkan fungsi pendidikan sekolah dengan kenyataan yang ada dimasyarakat. Oleh  karena itu program-program PLS pada  umumnya dikaitkan  dengan  lapangan  kerja  dan  dunia usaha seperti latihan keterampilan kayu, tembok, las, pertanian, makanan, dan lain-lain.

Sebagai penambah pendidikan sekolah Pendidikan  luar  sekolah  sebagai  penambah  pendidikan  sekolah  bertujuan untuk menyediakan kesempatan belajar kepada:

1. Peserta didik yang ingin memperdalam materi  pelajaran  tertentu yang  diperoleh selama mengikuti program pendidikan pada jenjang pendidikan sekolah. Kegiatan belajar  tambahan  ini  dilakukan  di  luar  jam  pelajaran  dengan  menggunakan ruang kelas disekolah yang   bersangkutan atau   ditempat lain. Materi   pelajaran disesuaikan  dengan  kebutuhan  para  siswa. Para pendidik pada umumnya adalah guru-guru mata pelajaran yang  bersangkutan sangkutan atau sumber belajar lain yang ada dimasyarakat.

2. Alumni suatu jenjang pendidikan sekolah dan masih   memerlukan layanan pendidikan untuk memperluas materi  pelajaran yang telah diperoleh. Kebutuhan ini berkaitan  dengan dua hal, yaitu :

a. Memperluas materi pelajaran  yang telah diperoleh untuk melanjutkan studi ke jenjang  yang lebih tinggi. Kebutuhan ini biasanya dilakukan  melalui bimbingan studi,  bimbingan tes, kursus-kursus  dan kelompok   belajar;

b. Menambah   pengetahuan tentang   materi   belajar yang dirasakan  penting sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin  cepat. Kebutuhan ini dilakukan melalui kursus-kursus,  diskusi, seminar lokakarya, penelitian dan studi kepustakaan.

3. Mereka yang putus sekolah dan memerlukan pengetahuan  serta keterampilan yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan atau penampilan diri dalam masyarakat. Upaya ini dikaitkan dengan keterampilan kerja dan berusaha.

Pendidikan luar sekolah sebagai penambah ini diarahkan untuk membekali para lulusan dan mereka yang putus sekolah untuk memasuki dunia kerja.

Sebagai pengganti pendidikan sekolah Pendidikan luar sekolah sebagai pengganti pendidikan  sekolah  meyediakan kesempatan  belajar bagi anak-anak atau  orang dewasa yang karena  berbagai alasan tidak memperoleh   kesempatan   untuk memasuki satuan pendidikan sekolah, umumnya sekolah dasar.

Program pendidikan ini sering diselenggarakan di daerah-daerah  terpencil atau daerah yang  disebut kantong  terasing  yang  belum memiliki sekolah dasar. Kegiatan  belajar mengajar bertujuan  untuk memberikan  kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung dan pengetahuan praktis dan sederhana yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti pemeliharaan kesehatan lingkungan  dan  pemukiman,  gizi  keluarga,  cara  bercocok  tanam, dan jenis-jenis keterampilan lainnya.  Kegiatan  ini biasanya dikelola oleh lembaga-lembaga pemerintah dan badan-badan sosial yang mempunyai tugas pelayanan pada masyarakat.

 

Pendidikan formal, informal dan non formal.

a) Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang sistematis, terstruktur, bertingkat dan berjenjang yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik maupun peserta didiknya.

Contoh : pendidikan sekolah

b) Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yaang dilakukan sepanjang masa yang meliputi pengalaman sehari-hari serta adanya pengaruh lingkungan.

contoh : pendidikan dalam keluarga

home schooling.

c) Pendidikan nonformal

Pendidikan non formal adalah pendidikan yang terorganisir tetapi tidak terstruktur serta tidak mempunyai aturan yang ketat seperti pendidikan formal, dan dilakukan untuk mencapai tujuan.

Contoh :

Kursus

Istilah kursus mungkin sering kita dengar, namun apa sebenarnya yang dimaksud dengan kursus? Istilah kursus merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu course, yang secara harfiah berarti mata pelajaran atau rangkaian mata pelajaran. Dalam PP nomor 73 tahun 1991 dijelaskan bahwa kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat, Misalnya ;

kursus komputer

yang memberikan pengetahuan ketrampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar. Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan (2010) mendefisnisikan ”kursus sebagai proses pembelajaran tentang pengetahuan atau keterampilan yang diselenggarakan dalam waktu singkat oleh suatu lembaga yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan dunia usaha/industri”.Menurut Artasasmita (dalam Hatimah dan Sadri, 2008:4.4), kursus adalah sebagai mata kegiatan pendidikan yang berlangsung di dalam masyarakat yang dilakukan secara sengaja, terorganisir, dan sistematis untuk memberikan materi pelajaran tertentu kepada orang dewasa atau remaja dalam waktu yang relative singkat agar dapat memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan diri dan masyarakat. Contoh kursus antara lain : kursus menjahit, kursus komputer, kursus kecantikan dan masih banyak lagi.

 

Pendidikan kejuruan

Menurut Rupert Evans (1978), pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan terdiri dari Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan.

 

 

 

Karakteristik Pendidikan Kejuruan (Djojonegoro, 1998) adalah sebagai berikut :

1.    Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja.

2.    Pendidikan kejuruan didasarkan atas “demand-driven” (kebutuhan dunia kerja)

3.    Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja

4.    Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan siswa harus pada “hands-on” atau performa dalam dunia kerja.

5.    Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan kejuruan.

6.    Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi

7.    Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing” dan “hands-on experience”

8.    Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktik

9.    Pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar daripada pendidikan umum

 

Pesantren

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam yang ada untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam (tafaqquh fiddin) dengan menekankan moral agama sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari hari.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki kontribusi penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Lembaga ini layak diperhitungkan dalam pembangunan bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan, keagamaan, dan moral.

-             Dilihat secara historis, pesantren memiliki pengalaman luar biasa dalam membina, mencerdaskan dan mengembangkan masyakat di sekelilingnya.

-             Pesantren telah lama menyadari bahwa pembangunan sumber daya manusia (SDM) tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga semua komponen masyarakat, termasuk dunia pesantren. Karena itu sudah semestinya

-                   pesantren yang telah memiliki nilai historis dalam membina dan mengembangkan sumber daya manusia ini terus didorong dan dikembangkan kualitasnya.

 

Pondok pesantren pada umumnya membahas keilmuan, mulai dari tata bahasa arab, nahwu dan sharaf, tafsir, dan membaca al-quran (qiraat), tauhid, fiqih empat mazhab, umumnya imam syafii, akhlaq, mantiq, sejarah, hingga tasawwuf. Selain itu, aksara jawi, yaitu huruf arab dengan bahasa melayu, kian memanipulasi pesantren sebagai pusat transfer ilmu yang menghubungkan corak khas nusantara di tengah tengah dunia islam.

Di antara pondok pesantren, ada beberapa ciri khas, di antara lain, di antara yang terkenal di antara para kiai atau para pesantren di sana para santri. Kemudian, kehidupan yang sederhana atau yang disebut zuhud, kemandirian, gotong royong, pemberlakuan antara agama, serta partisipasinya di tengah masyarakat sebagai pemberi solusi dan mengayomi, alih alih ekslusif dan dialihkan. Selain itu teknik yang didukung juga terbilang unik.

Adanya program halaqah dan hafalan atas teks teks dasar keilmu agamaan membuat nama pesantren semakin dikenal masyarakat sebagai tonggak ilmu agama yang kuat dan sebagai munculnya keberkahan.

Sedikitnya ada tiga unsur utama penompang eksis dan tidaknya dalam pendidikan, yaitu kiai sebagai pendidik sekaligus pemilik pondok dan para santri, kurikulum pondok pesantren, dan sara peribadatan serta pendidikan, seperti masjid, rumah kiai, pondok, madrasah, dan bengkel-bengkel keterampilan. Unsur-unsur tersebut mewujud dalam bentuk kegiatannya yang terangkum dalam tridharma pondok pesantren, yaitu pembinaan keimanan dan ketakwaan kepada allah swt, pengembangan keilmuan dan keahlian yang bermanfaat, serta pengabdian pada agama, masyarakat, dan negara.

Dalam kondisi bangsa indonesia yang saat ini krisis moral, pesantren sebagai lembaga pendidikan yang membentuk dan mengembangkan nilai-nilai moral harus menjadi pelopor sekaligus inspirator pembangkit reformasi gerakan moral bangsa. Dengan begitu pembangunan tidak menjadi hampa dan kering dari nilai nilai kemanusiaan.

Dalam eksistensinya. Pesantren pada umunya bersifat mandiri dan tidak tergantung pada pemerintah atau kekuasaan yang ada. Dengan sifat kemandiriannya inilah pesantren bisa memgang teguh kemurniannya sebagai lembaga pendidikan islam. Pesantren pun tidak mudah dimasuki oleh aliran aliran atau paham yang tidak sesuai dengan ajaran islam.

 

Bimbingan belajar.

Bimbingan belajar adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan bantuan kepada para peserta didik agar bisa mendapatkan prestasi atau hasil belajar yang lebih optimal di lembaga tempat mereka menuntut ilmu. Bimbingan belajar biasanya diberikan oleh pihak sekolah sebagai lembaga pendidik anak.

Bimbingan belajar di sekolah bertujuan agar siswanya mampu menyesuaikan diri dengan situasi pendidikan yang tengah dihadapinya.

Dengan mengikuti bimbingan belajar, siswa akan mendapatkan banyak keuntungan yang meliputi semakin pahamnya siswa terhadap mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit, mengembangkan kemampuan untuk bersosialisasi, dan juga meningkatkan prestasi dari siswa itu sendiri.

Prestasi dan daya tangkap anak pada suatu mata pelajaran memang berbeda-beda. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh para orang tua. Orang tua harus mengarahkan anaknya jika si anak tersebut mendapati kesulitan terhadap suatu mata pelajaran. Salah satunya adalah dengan mengikuti bimbingan belajar baik itu di sekolah maupun di luar sekolah

 

Kapita Selekta tentang Problematika Pendidikan Islam

Problematika Pendidikan Islam

Problem Konseptual-Teoritis:

Pengertian dan Definisi  konseptual merupakan sesuatu yang disusun secara terperinci terencana dengan matang, punya dasar teori yang kuat, latar belakang yang jelas, rencana yang baik , tujuan yang jelas manfaat yang baik.

Konsep disini diibaratkan sebagai rancangan abtrak, jika rancangan baik maka hasil dari tugas yang dirancang tersebut juga bisa baik. Sebagian besar mungkin sudah mengetahui apa itu konsep, tapi bagaimana dengan konseptual? berikut pengertian konseptual.

Konsep Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia

Konsep adalah Abstrak, Entitas mental yang mencakup Universal merujuk pada Kategori Kelas dari sebuah Entitas, Kejadian atau Hubungan.

Konsep merupakan sebuah Abstraksi dari suatu Ide atau Gambaran Mental, yang dinyatakan dalam Suatu Kata atau Simbol-Simbol. Konsep juga dinyatakan sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik.

Konsep Menurut Bahasa

Sedangkan konsep menurut Bahasa Latin istilah Konsep yang berarti Conceptum adalah Sesuatu yang akan dipahami.

Konsep dalam Bahasa Jerman dengan istilah “Hund”, dalam Bahasa Perancis “chien”, dalam bahasa Spanyol “Perro”.

Konsep Menurut Ilmuwan

Aristoteles dalam bukunya yang berjudul “The Classical Theory Of Concepts”, menyatakan bahwa Konsep merupakan Penyusunan utama dalam pembentukan pengetahuan Ilmiah dan Filsafat dalam pemikiran Manusia.

Soedjadi menyatakan bahwa Konsep merupakan Sebuah Ide Abstrak yang dapat digunakan dalam melakukan Klasifikasi atau Penggolongan. Pada umumnya konsep dinyatakan sebagai suatu Istilah atau Rangkaian kata dalam bentuk Lambang dan Bahasa.

Konseptual memberi tahu mengenai arti konsep secara abstrak atau teoretis. Konseptual juga menggambarkan sesuatu dalam hal karakteristik abstrak dan hubungannya dengan entitas konseptual lainnya.

Contoh konseptual misalnya, “administrasi Sekolah memastikan bahwa manajemen disekolah memiliki informasi terkini yang secara akurat mencerminkan kinerja Tatausaha dalam memproses data akurasi siswa secara tepat waktu.” Dalam hal ini, konsepnya adalah “manajemen”, “kinerja” , “Model tepat waktu”, dan sebagainya.

Poblem Pendidikan Islam

Ketertinggalan pendidikan Islam sekarang ini dapat dilihat dari salah satunya adalah terjadinya penyempitan pemahaman pendidikan Islam yang hanya berkisar pada penekanan aspek kehidupan kebahagiaan ukhrawi saja dengan mengenyampingkan kebahagiaan duniawi, bahkan dalam pemahaman agama saat ini berkembang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang terpisah dengan kehidupan jasmani. Oleh karena itu, yang terlihat sekarang ini tampak ada cara pandang yang memunculkan pembedaan yang memisahan antara yang dianggap agama dan bukan agama, yang sakral dengan yang profan (duniawi), antara dunia dan akhirat.

Cara pandang tersebut diatas, bahwa dengan memisahkan antara yang satu dengan yang lain ini disebut sebagai cara pandang dikotomi yaitu pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan, pendidikan Islam masih memisahkan antara akal dan wahyu, serta pikir dan zikir. Maka dengan adanya dikotomi inilah menjadi pendidikan menjadikan salah satu penyebab ketertinggalan pendidikan Islam.

Hingga kini, perihal yang menyebabkan adanya ketidakseimbangan itu pendidikan menjadi paradigma atau model kurang berkembangnya konsep humanisme religius dalam dunia pendidikan Islam, maka orang akan selalu berpandangan bahwa pendidikan Islam lebih berorientasi pada konsep ‘abid’ yaitu, manusia sebagai hamba, ketimbang sebagai konsep khalifatullah bahwa manusia sebagai khalifah Allah.

Sekarang, apakah itu humanisme  religius? Secara istilah, humanisme religius dapat diintergrasikan menjadi pendidikan religius dan pendidikan humanis.

Humanisme berasal dari bahasa latin, yaitu humanus dari kata homo yang memiliki arti manusia. Sedangkan religius berasal dari bahasa latin juga yaitu relegere yang memiliki arti agama atau keagamaan. Humanisme sendiri memiliki pengertian atau dapat diartikan menjadi paham yang sangat menjunjung tinggi nilai serta martabat manusia sebagaimana kodratnya dan religius dapat diartikan sebagai hubungan spiritual antara Tuhan dan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Dari penjabaran di atas dapat diartikan juga bahwa pendidikan humanisme religius adalah menempatkan manusia dalam kedudukan yang tinggi namun tetap tidak meninggalkan nilai-nilai agama. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa sesungguhnya pendidikan humanisme religius merupakan pengajaran kepada anak muda dalam mengembangkan potensi yang berorientasi pada manusia seutuhnya dengan melibatkan aspek tanggung jawab antara manusia dengan Tuhan atas aturan-aturan-Nya. Sehingga humanisme religius sangat diperlukan agar setiap individu memiliki kesalehan yang sangat dibutuhkan oleh diri sendiri, keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara.

Praktik humanisme religius sendiri memiliki tujuan agar manusia dapat memanusiakan dirinya sendiri sehingga seluruh potensinya dapat tumbuh secara utuh dan penuh menjadi pribadi yang dapat terus memperbaiki diri dengan keterlibatan Tuhan sebagai pencipta.

Contoh pendidikan humanisme religius antara lain siswa atau seorang anak muda yang belajar dari pengalaman hidupnya dan membangun kedisiplinan serta perubahan  kearah yang lebih baik, guru dengan siswanya, orang tua dengan anaknya. Tujuan dari pendidikan humanisme religius ini juga untuk menghargai nilai-nilai agama dan spiritual yang telah ada, menjunjung tinggi moral manusia, memperkuat semangat, menciptakan hati yang bersih yang hidup dalam kehidupan yang sederhana.

Di samping itu, pendidikan Islam menghadapi masalah serius berkaitan dengan perubahan masyarakat yang terus menerus semakin cepat, lebih-lebih perkembangan ilmu pengetahuan yang hampir-hampir tidak memperdulikan lagi sistem suatu agama.

Tolak ukur kemajuan pendidikan

Ada satu tulisan tentang tolak ukur kemajuan pendidikan yang sampai saat ini , katanya negara yang dinobatkan memilki pendidikan terbaik di dunia adalah “Filandia”, bahkan kabarnya Amerika dan Korea selatan akan menduplikasi system pendidikan dari Filandia.

Pendidikan memang begitu penting bagi negaranya sampai Negara adidaya mau merubah system pendidikannya demi mendapat generasi penerus bangsa yang yang berkualitas .

Perbedaan antara pendidikan Indonesia dengan Filandia  seperti tidak adanya PR, singkat durasi di bersekolah, tidak adanya ujian nasional, usia masuk solah 7 tahun dll.

Upaya pemeritah Indonesia dalam menyelenggarakan pendidikan baik direalisasikan dengan cara sendiri berupa pergantian "ambisius". Padahal mungkin kesalahan Indonesia bukan terletak pada kurikulumnya Jika diibaratkan kurikulum adalah sebuah pistol, maka dengan pistol ini seseorang ingin mengenai target sasaran tembak, maka dari ibarat itu  yang seharusnya berkualitas baik yang harus diperbaiki itu bukan pistolnya, namun skill atau keahlian dari si penembak tersebut.

Kondisi sekarang ini,

Pendidikan Islam berada pada posisi determinisme historik dan realisme. determinisme adalah paham yang menganggap setiap kejadian atau tindakan menjadi bagian dari dirinya sendiri, baik yang menyangkut jasmani maupun rohani, kejadian itu merupakan konsekuensi kejadian sebelumnya yang ada di luar kemauan.

Determinisme historik dan realisme ini dalam artian bahwa, ada kisah sejarah kejayaan islam masa lalu pada daulat Bani Abbasyiah, satu sisi umat Islam menjadikan kejayaan islam dalam ilmu pengetahuan pada masa itu berada pada romantisme historis zaman Kejayaan Islam (750 M - 1258 M), ketika itu para filsuf, ilmuwan, dan tehnokrat dari dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri.

Secara sederhana, era dimaksud dipicu oleh empat hal yang saling mendukung satu sama lain.

Hal pertama adalah ketika khalifah pertama Dinasti Umayyah yaitu Mu’awiyah ibn Abu Sufyan setelah para khalifah khulafaur Rashidin: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali’  melakukan invasi  ke daerah Trans atau terputus antara jordania dan Syiria sampai dia menemukan banyak banget manuskrip-manuskrip yaitu tulisan tangan para ahli kuno yang berada disuatu musium di Kota Damaskus yang terwariskan dari perkembangan ilmu pengetahuan Yunani dan Romawi yaitu peninggalan Sokrates, Plato, Aristoteles, Galen, Euclid, dan sebagainya sudah pernah menjadi pusat sejarah peradaban kemajuan islam.

Berdasarkan penemuannya itu, Mu’awiyah terinspirasi untuk memberdayakan tulisan tangan para ahli filsuf Yunani kun ini sebagai dasar penggalian ilmu bagi umat lslam dengan cara  membuat suatu pondasi peradaban Islam yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Maka perluasan wilayah itu menjadi dasar pengembangan kemajuan ilmu pengetahuan umat islam

Pemicu yang kedua, adalah karena pada saat yang bersamaan kekhalifahan Ummayyah sedang mengadopsi teknologi penulisan naskah di atas kertas yang awalnya berkembang di Tiongkok. Dengan perkembangan teknologi penulisan itu, Mu’awiyah juga menyewa tenaga ilmuwan-ilmuwan dari Yunani dan Romawi untuk melakukan terjemahan terhadap naskah-naskah kuno tersebut ke dalam bahasa Arab.

Pemicu ketiga adalah ketika dinasti Ummayah beralih menjadi dinasti Abbasiyah yang ditandai perpindahan pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad di Mesopotamia. Dengan perpindahan pusat pemerintahan itu, yang dulunya (waktu di Damaskus) peradaban Islam dapet pengaruh kebudayaan dan ilmu pengetahuan dari Yunani dan Romawi, nah pas di Baghdad dapet tambahan pengaruh lagi dari kebudayaan Persia dan India. Komplitlah sudah! Seluruh sumber ilmu pengetahuan terlengkap yang dimiliki umat manusia (Yunani, Romawi, Persia, India) pada saat itu akhirnya bisa ngumpul di satu titik lokasi.

Pemicu yang keempat adalah pengaruh 2 orang khalifah besar, yaitu Harun Al Rasyid dan anaknya, Al Ma’mun yang punya cita-cita mulia untuk membangun peradaban Islam yang menjunjung tinggi perkembangan sains, logika, rasionalitas, serta menjaga kemajuan ilmu pengetahuan serta meneruskan perkembangan ilmu yang telah diraih oleh Bangsa India, Persia, dan Byzantium. Tanpa adanya peran mereka berdua yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, Zaman Keemasan Islam kemungkinan tida bakal pernah muncul pada masa itu.

Masa sekarang ini dengan melihat sejarah tersebut merasa bangga, karena pernah memiliki para pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan besar dan mempunyai kontribusi yang besar pula bagi pembangunan peradaban dan ilmu pengetahuan dunia serta menjadi transmisi bagi khazanah Yunani, namun di sisi lain dibalik kebanggaan itu, umat islam menghadapi sebuah kenyataan, bahwa pendidikan Islam tidak berdaya bila dihadapkan kepada realitas masyarakat industri dan teknologi modern sekarang ini. Hal ini pun didukung dengan pandangan sebagian umat Islam yang kurang meminati ilmu-ilmu umum dan bahkan sampai pada tingkat pemberian lebelisasi yang “diharamkan”.

Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22

  Soal UAS Pendidikan Luar Sekolah Tahun 21/22 Tulislah identitasmu;    Nama                  :   .................................. So...