Prinsip Pendidikan Islam sebagai Disiplin Ilmu.
A.Pengertian pendidikan Islam
Dari sisi
etimologi atau bahasa, arti
dari pengertian bahasa ini adalah kemampuan yang
dimiliki seseorang dalam berkomunikasi bersama orang lainnya dengan menggunakan
ucapan, misalnya mengeluarkan kata, tanda
isyarat misalnya menunjukan gerakan-gerakan
tubuh.
Jadi, dengan mengikuti pengertian dari
sisi etimologi atau bahasa, kata pendidikan
dapat diartikan perbuatan,
arti kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu “Education”,
dimana dari bahasa latinnya yaitu “Eductum”. Dengan artian kata “E” yaitu, sebuah proses perkembangan dari dalam
keluar kemudian kata “Duco” dengan artian yang sedang
berkembang.
Secara terminologi, pengertian istilah ini adalah gabungan kata menjadi
satu kalimat yang digunakan seorang ahli
dalam konteks tertentu dengan
menjelaskan satu maksud dengan menerangkan sesuai sudut pandagnya .
Jadi, bila kata pendidikan menurut terminologi atau istilah ini adalah proses
mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekayaan ilmu yang dimiliki masing-masing
individu. Ada juga yang berpendapat,
seperti yang ada dalam Kamus Bahasa Indonesia, bahwa kata pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Apabila disimak lebih jauh lagi Pendidikan
ini adalah penuangan proses kemampuan serta keahlian diri yang terus menerus berkembang secara individual. Hal ini
dapat diambil kesimpulan uraian tersebut diatas, bahwa penuangan pengetahuan
sepanjang alat inderanya berfungsi akan terus selalu ada dan tidak akan pernah
hilang, seperti yang dijelaskan dalam arti pendidikan.
Ada beberapa para ahli
yang memiliki definisi tersendiri dari pengertian mengenai kata pendidikan.
Dengan landasan serta pemikiran yang berkaitan dengan sisi pendidikan tertentu.
Dibawah inilah beberapa pengertian
pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, yang bisa dijadikan sebagai referensi
pendukung dalam menunjang pengetahuan:
1.Menurut Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan pertumbuhan budi pekerti, pikiran, tubuh anak agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik
selaras dengan dunianya.
2.Martinus J Marimba
Mengemukakan pengertian pendidikan sebagai sarana membantu atau menolong setiap
orang agar dapat melaksanakan hidupnya dengan baik. Selain itu juga dapat
menentukan tujuan hidup sesuai yang dibutuhkan dan menjadi pribadi yang
mandiri. Salah satu upaya mendidik serta mambantu meningkatkan taraf berpikir
menuju kedewasaan.
3.Thompson
Pengertian pendidikan yang
dikemukakan oleh G. Thompson, yaitu,
sebagai pengaruh kuat terjadinya perubahan pada setiap jati diri manusia.
Kemudian yang menghasilkan pemikiran-pemikiran serta penalaran setiap manusia
yang berbeda. Dengan hal itulah pendidikan dapat berjalan dan ilmu pengetahuan
dapat berkembang dan meluas.
4.Jhon Dewey
Pengertian pendidikan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan menurut Jhon Dewey, yaitu, suatu proses yang membersamai pengembangan, peningkatan
serta pertumbuhan yang terus menerus. Tanpa harus adanya tujuan akhir belakang.
Dimaknai dari hal ini yaitu memang pada hakikatnya dunia pendidikan tidak akan
pernah habis dari dunia.
Jadi, arti pokok dari definisi diatas adalah bahwa
ada proses pendidikan yang mengandung arti
pengarahan ke arah tujuan tertentu.
Dari definisi diatas maka
dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh,
dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
B.Pengertian
Ilmu
Ada banyak pengertian tentang ilmu misalnya, ilmu adalah pengetahuan yang tersusun
secara sistematis yang mempunyai metode tertentu yang bersifat ilmiah. Ada juga
yang mengatakan bahwa ilmu adalah suatu uraian yang tersusun dengan lengkap
tentang salah satu dari kebenaran. Sedangkan menurut Ahmad tafsir ilmu adalah pengetahuan
yang logis dan empiris. Selanjutnya kata
“ilmu” dalam
bahasa Indonesia biasanya
merupakan terjemahan dari kata science. Ilmu
dalam arti science
seharusnya diterjemahkan dengan “sains” saja. Maksudnya agar
orang-orang yang mengerti
bahasa Arab tidak
bingung membedakan kata
ilmu (sain) dengan
kata al-ilm yang berarti knowledge
Ada pendapat lain yang perlu di perhatikan dan
perlu dikaji mengenai kata "ilmu"
akan terus digunakan dalam konteks pengertian yang luas, sedangkan kata "sains" digunakan untuk pengertian yang khusus, contoh sains dengan percobaan
yang sederhana yaitu menanak air setelah mendidih pasti akan keluar uap.
Knowledge bisa diperoleh dengan berbagai cara,
termasuk dengan akal sehat, contoh knowledge
misalnya menggunakan informasi pendidikan
tahun yang lalu untuk memahami perilaku siswa dalam belajar dan membuat
keputusan mata pelajaran mana saja yang akan ditingkatkan cara belajarnya dan mata
pelajaran yang mana yang perlu dikurangi atau ditambah untuk penggunaan
waktunya.
sedangkan science
diambil dari kata latin “scientia”
secara harfiah yang diartikan sebagai pengetahuan dan berkonotasi atau
mengikuti perasaan bahwa menemukan sesuatu ilmu yang diperoleh lewat metode
ilmiah yang ketat.
Metode ilmiah adalah suatu cara sistematis
yang digunakan para ilmuwan dalam memecahkan atau mencari jawaban atas
masalah-masalah yang dihadapi dalam penelitian. Penelitian sendiri merupakan
usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Sistematis, yang artinya unsur-unsur yang
terdapat dalam metode ilmiah harus tersusun dalam urutan yang logis; Konsisten,
artinya terdapat kesesuaian diantaranya unsur-unsurnya. Misalnya tujuan harus
sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan; serta Operasional, yang berarti
metode ilmiah dapat menjelaskan bagaimana penelitian tersebut dilakukan.
Tahapan Metode Ilmiah
Terdapat lima
langkah dasar atau tahapan dalam penulisan metode ilmiah. Dimulai dari
merumuskan masalah, mengumpulkan informasi, menyusun hipotesis, melakukan
percobaan dan analisis data, menarik kesimpulan hingga mengomunikasikan hasil
penelitian.
1. Merumuskan Masalah
Masalah itu
biasa diartikan tidak ada kesesuaian antara harapan dengan kenyataan, maka
untuk mengetahui masalah perlu diidentifikasi terhadap obyek penelitian yang
akan dipilih, kemudian setelah diketahui masalah perlu dirumuskan.
Perumusan ini
penting, karena akan dijadikan penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Untuk
membuat judul ilmiah yang selengkapnya akan diuraikan dalam tulisan karya
ilmiah.
Masalah
penelitian biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau dalam bentuk
kalimat tanya:
- Apa,
- bagaimana,
- mengapa,
- berapa?
Dan tidak
menutup kemungkinan pada masalah tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan
yang memberikan gambaran tentang metode, prosedur dan cara yang digunakan.
Contoh:
- Apakah
mahasiswa yang tinggi nilai masuknya
juga tinggi IP belajarnya?
- Bagaimanakah
hubungan antara IQ dengan prestasi belajar di perguruan tinggi?
- Mengapa
mata pelajaran PAI bisa mempengaruhi siswa dalam perilaku dan sikap.?
- Seberapa
jauh peraktek ibadah bisa dilakukan?
Masalah berupa
pertanyaan tersebut diatas harus dijawab dengan melakukan sebuah penelitian
secara ilmiah melalui sebuah hipotesa.
2.
Mengumpulkan Informasi
Setelah
melakukan perumusan masalah, tahapan berikutnya yang harus dilakukan adalah mengumpulkan
informasi atau data yang diperlukan untuk sebuah penelitian. Ini bisa dilakukan
dengan cara observasi terhadap obyek penelitian maupun studi literatur seperti
jurnal ilmiah, atau penelitian-penelitian lain yang sudah ada sebelumnya.
3. Menyusun
Hipotesis
Pada tahapan
berikutnya, setelah melakukan observasi dan mendapatkan data, maka yang harus
dilakukan adalah membuat hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya
melalui penelitian peneliti yang lain.
4. Melakukan
Percobaan
Untuk menguji
kebenaran dari hipotesis atau jawaban sementara yang telah dibuat ditahapan
sebelumnya melalui instrumen penelitian baik lewat tes maupun nontes, maka kemudian
harus dilakukan melakukan percobaan hasil penelitian. Penelitian yang dilakukan
lewat percobaan dengan sangat teliti diharapkan mendapatkan data yang benar dan
akurat.
5.
Menganalisis Data
Di tahapan
ini, data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian lalu dicatat dan
diolah ke dalam bentuk diagram
sehingga mudah untuk dianalisis.
Contoh
Analisa Diagram
6. Membuat Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan cermat berdasarkan hasil percobaan, tanpa adanya
pengaruh pendapat pribadi. Kesimpulan merupakan jawaban sebenarnya dari
hopitesis yang pernah diajukan.
7.
Mengomunikasikan Hasil Penelitian
Langkah
terakhir adalah mengkomunikasikan mempublikasikan hasil penelitian kepada orang
lain dalam bentuk laporan tertulis atau melalui forum diskusi dan seminar.
C.Prinsip Pendidikan Islam sebagai Ilmu
Penjelasan
diatas tentang pengertian tentang pendidikan dan juga pengertian ilmu, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip-prinsip pendidikan islam sebagai ilmu
antara lain :
1.Memiliki
objek pembahasan yang jelas dan khas pendidikan Islam. Obyek materialnya adalah
seuatu yang dipelajari manusia dan siswa sedangkan obyek formalnya adalah cara
pandang atau cara berpikir terhadap obyek material yang dipelajari sebagai
usaha atau proses pembentukan watak manusia menjadi insan kamil, dan
implementasinya dalam bentuk ritualisasinya dengan cara beribadah, belajar dan
beramal baik lainnya.
2.Mempunyai
wawasan, pandangan, asumsi, hipotesa, serta teori dalam lingkup kependidikan
Islami yang bersumber ajaran Islam.
Wawasan adalah Sumbangan pemikiran terpenting bidang pendidikan dalam konteks
ke-Islaman Indonesia saat ini memberikan solusi peningkatan mutu pembelajaran
untuk para pendidik dan pemangku kebijakan pendidikan.
Pandangan Pendidikan islam menurut Prof. Achmadi dalam kiprahnya di dunia
pendidikan berkehendak untuk mewujudkan pendidikan agama Islam yang lebih dari
sekedar masalah ubudiyah dan fiqhiyah. Ia juga ingin mendudukkan pendidikan
Islam yang bukan sekedar memenuhi aspek normatif, tetapi juga historis.
Pendidikan agama Islam tidak hanya membahas tentang suatu ajaran, tetapi
membahas pula peristiwa dengan memperlihatkan unsur tempat, waktu, objek, latar
belakang, dan pelaku dari peristiwa.
Asumsi dalam kajian pendidikan islam, yaitu membahas tentang hakikat yang
ada. Untuk mengolah pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan (sains) perlu
dilakukan penelitian dan eksperimen menggunakan metode ilmiah.
Hipotesis Pada umumnya hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua
variabel akibat. Misalnya siswa setelah diberi pelajaran ilmu fiqih dia akan
mengerjakan ibadah sesuai kaidah Syar'i
3.Memiliki
metode analisis yang relevan dengan kebutuhan perkembangan ilmu pendidikan yang
berdasarkan Islam beserta sistem pendekatan yang seirama dengan corak keislaman
yang kultur.
Metode analisis di dalam memahami
pendidikan Islam, sangat diperlukan metode untuk memahami pengertian dari pendidikan Islam.
Karena di dalam pengertian itu terkandung beberapa indikator esensial
tentang pendidikan.
Dasar metode pendidikan Islam:
a. Penalaran
Penalaran ini memiliki maksud yakni
Kegiatan berpikir berdasarkan
pola-pola pikir tertentu, menurut
logika tertentu yang bertujuan untuk
menghasilkan sebuah pengetahuan.
Misalnya ilmu usul fiqih
b. Logika
Logika (Cara Penarikan
Kesimpulan), merupakan Ciri-ciri
kedua yakni logika
atau cara penarikan
kesimpulan. Logika didefinisikan
atau dijelaskan oleh William S.S
yakni pengkajian untuk
berpikir secara shahih atau valid. misalnya ilmu hadis
4.Memiliki
struktur keilmuan yang sistematis, mengandung totalitas dari komponen–komponen
yang saling mengembangkan satu sama lain yang menunjukkan kemandiriannya
sebagai ilmu yang bulat.
Agama
merupakan sebuah sistem yang mengatur keimanan atau kepercayaan dan peribadahan
terhadap Tuhan serta kaidah yang berkaitan dengan lingkungan dan pergaulan
manusia. Dalam struktur ilmu pendidikan
islam, agama adalah sumber dari segala-galanya, disini ditekankan bahwa
semua ilmu yang dipelajari merujuk pada agama. Ilmu yang dipelajari dalam
pendidikan islam harus sesuai dan memuat kaidah-kaidah agama. Intinya,
pendidikan islam yang dapat dikatakan sebagai ilmu haruslah dapat diuji secara
logis dan sekaligus empiris. Bila kurang satu saja tidak logis atau tidak
empiris maka dia bukan ilmu pendidikan Islam.
Intinya, pendidikan islam yang dapat
dikatakan sebagai ilmu haruslah dapat diuji secara logis dan sekaligus empiris.
Bila kurang satu saja tidak logis atau tidak empiris maka dia bukan ilmu
pendidikan Islam.
Jika pendidikan Islam tersebut hanya dapat
dipertanggungjawabkan secara logis dan tidak dapat dibuktikan secara empiris,
maka dia bukan termasuk ilmu (sains) tapi termasuk filsafat. Sedangkan jika
pendidikan tersebut bukan diperoleh dari indra seperti sains, bukanlah pada
akal, seperti filsafat tapi dengan cara merasakan, mempercayai begitu saja,
maka ia termasuk pengetahuan mistik.
Pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada
ajaran Islam yang dibawa oleh Rosululloh SAW. Ajaran tersebut dirumuskan dalam
Al-Qur’an dan al- hadits dan juga akal. Tapi ketiganya harus berurutan.
Al-Qur’an lebih dahulu bila tidak ada atau tidak jelas maka harus dicari dalam
al-hadits, dan jika tidak ada dalam al –hadits maka baru digunakan akal
(pikiran), tetapi akal (pikiran) tersebut tidak boleh bertentangan dengan
alqur’an dan al- hadits.
Jadi dari uraian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa prosedur pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai ilmu adalah
teknik yang harus dipertanggungjawabkan oleh teori sains (ilmu), teori sains
dapat dipertanggungjawabkan oleh teori filsafat, dan teori filsafat harus dapat
dipertanggungjawabkan oleh wahyu. Dengan demikian dapatlah disusun sistem
pengetahuan yang tidak mungkin lepas kebenaran Tuhan.
Pendidikan Islam sebagai ilmu haruslah memiliki tiga data yang mendukung yaitu :
- Teori,
- Penjelasan tentang teori itu.
- Data yang mendukung penjelasan itu.
Teori
Kata ‘teori’
secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu theoria yang berarti melihat,
theoros yang berarti pengamatan.
Pada dasarnya teori dirumuskan
untuk memperjelas dan meramalkan fenomena yang ada atau gejala yang terlihat dari
suatu gerakan benda atau tubuh dalam bentuk sikap dan perilaku yang timbul
akibat dari suatu pengaruh yang lain.
Jadi, Teori adalah suatu cara berfikir manusia dalam berbagai bidang kehidupan
yang tersusun berdasarkan pada suatu fakta-fakta yang ada dan yang
saling berkaitan dan saling mendukung, sehingga menjadi suatu bentuk
pemikiran yang dapat teruji dengan kebenarannya dalam segi praktik.
Pengertian Pendidikan sendiri merupakan suatu proses memberikan
pengetahuan atau ilmu pada manusia untuk mendewasakannya, agar mampu
bertanggung jawab pada apa yang sudah menjadi kewajiban nya baik sebagai
makhluk sosial atau individu.
Jadi teori-teori Pendidikan jika di kaitkan dengan filsafat sangatlah
berhubungan. Karena pada dasarnya teori itu sebagai pedoman pada suatu
konsep yang umum atau sebagai teori yang dasar.
Karena Pada dasarnya
teori Pendidikan islam adalah sebagai suatu cara berfikir manusia pada
sistem Pendidikan yang fungsinya untuk menerapkan ajaran agama islam
pada bidang Pendidikan tersebut.
Dengan teori tersebut dapat memberikan
pemikiran lebih dalam pada faktor spiritual, kebudayaan, ekonomi,
sosial, atau politik negara dengan menempatkan Al Quran sebagai dasar
acuannya.
Penjelasan tentang teori
Teori pendidikan Islam, menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya
“ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan
Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal.
Al-Quran
diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua.
Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh
bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang
telah terjamin kebenarannya.
Prof.
Mohammad Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah
menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “
At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu :
1.Untuk
membantu pembentukan akhlak yang mulia.
Islam menetapkan bahwa pendidikan
akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2.Persiapan
untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Pendidikan Islam tidak hanya
menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan
saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
3.Menumbuhkan
ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia
mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu.
Dan juga agar menumbuhkan minat pada
sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
4.Menyiapkan
pelajar dari bidang profesional, teknis, dan usaha supaya ia dapat mengusai
profesi tertentu, teknis tertentu dan usaha tertentu, supaya dapat ia
mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi
kerohanian dan keagamaan.
5.Persiapan
untuk mencari rezeki dan pemeliharaan kegiatan untuk kemanfaatan.
Pendidikan Islam
tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau spirituil semata, tetapi
menaruh perhatian pada kegiatan kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan
aktivitasnya.
Pada
hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung
berkesinambungan, maka tugas dan fungsi yang diemban oleh
pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang
hayat.
Konsep pendidikan Islam ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran
pada peserta didik yang senantiasa tumbuh berkembang secara dinamis, mulai dari
kandungan sampai hayatnya.
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing
dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap
sampai ketitik kemampuan optimal.
Data yang mendukung penjelasan
Sementara fungsi pendidikan adalah menyediakan data,
fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.
Data adalah bukti yang ditemukan dari hasil penelitian yang dapat dijadikan dasar kajian atau pendapat”. Secara teknis, data lebih berkaitan dengan pengumpulannya secara empiris.
Dengan demikian, data merupakan satuan terkecil yang diwujudkan dalam bentuk simbol angka, simbol huruf, atau simbol gambar yang menggambarkan nilai suatu variabel tertentu sesuai dengan kondisi data di lapangan.
Simbol angka, huruf atau gambar sering disebut dengan data mentah atau besaran yang belum menunjukkan suatu ukuran terhadap suatu konsep atau gejala tertentu.
Besaran data tersebut belum memiliki arti apa jika belum dilakukan pengolahan atau analisis lebih lanjut dalam bentuk informasi atau indikator pendidikan.
Pendapat lain menyatakan bahwa “Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi”.
Selain itu, menurut Webster’s New World Dictionary. “Data adalah sesuatu yang diketahui dan dianggap”. Apabila istilah “fakta dan angka” dalam definisi yang kedua digabungkan dengan definisi ketiga menurut Webster’s maka kedua definisi tersebut dapat menghasilkan suatu pengertian “baru” sebagai berikut. “Data adalah segala fakta dan angka yang diketahui atau yang dianggap”. Pengertian baru ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan definisi di atas tetapi hanya sebagai usaha untuk menggali secara lebih mendalam pengertian data.
Secara garis besarnya pendidikan islam mencakup tiga aspek, yaitu:
1.Seperangkat
teknik pembelajaran atau cara untuk memberikan yang berkaitan dengan;
a. pengetahuan,
b. keterampilan dan
c. tingkah laku.
2.Seperangkat
teori
Teori itu mengandung maksud untuk menjelaskan sumber pendidikan islam dengan membenarkan penggunaan teknik dan
cara-cara tersebut agar lebih mudah dilakukan bagi orang yang awam. misalnya tentang hukum syara tentang sholat, zakat, wudhu dan muamalah lainya.
3.Seperangkat
nilai,
Pengertian nilai dalam
pendidikan Islam, dapat dipahami sebagai standar tingkah laku,
keindahan, keadilan, kebenaran, efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya
dijalankan dan dipertahankan, oleh karena itu Nilai punya pengaruh pada aktivitas sehari-hari.
Nilai lebih mudah bila diartikan sebagai gagasan atau cita-cita dan sebagai tujuan yang dijelmakan serta dinyatakan dalam ilmu pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku, yang dipandang baik dan indah pada kehidupan seseorang. Hanya dengan melihat nilai saja akan mampu mengenal karakter orang lain.Pengertian nilai dalam
pendidikan Islam, dapat dipahami bahwa nilai adalah standar tingkah laku,
keindahan, keadilan, kebenaran, efisiensi yang mengikat manusia yang sepatutnya
harus dijalankan dan dipertahankan dalam aktivitas kehidupan sehari hari.
Sedangkan pendidikan Islam merupakan usaha sadar dalam
menyempurnakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang agar mampu menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam, serta menjadikannya jalan hidup, baik dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan masyarakat sehingga mampu menjadi manusia yang
sejahtera dan bahagia di dunia maupun di akhirat.
Kehidupan manusia tidak lepas dari yang namanya nilai, dan
nilai itu selanjutnya bisa diinstitusionalkan atau dilembagakan, bahwa nilai
yang terbaik hasil yang diterima melalui proses transformasi pendidikan.
Menururut pemikiran pendidikan islam Muhaimin
dan Abdul Mujib, bahwa pendidikan adalah proses transformasi dan
pengembangan nilai. Maka setiap aspek pendidikan Islam mengandung beberapa
unsur pokok yang mengarah kepada pemahaman dan pengalaman doktrin Islam secara
menyeluruh.
Adapun pokok-pokok yang harus diperhatikan oleh pendidikan
Islam mencakup: proses pembiasaan terhadap nilai dan proses rekonstruksi nilai
serta proses penyesuaian terhadap nilai.
Lebih dari itu fungsi pendidikan Islam adalah pewaris dan
pengembang nilai-nilai dienul Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan
kebutuhan tenaga disemua tingkat dan bidang pembangunan bagi terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.
Nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak kecil
agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya.
Ada dua kategori nilai dalam Islam, yang pertama adalah nilai
yang bersifat normatif seperti nilai-nilai dalam Islam yang berhubungan dengan
baik dan buruk, benar dan salah, diridhoi dan dikutuk Allah. Sedangkan yang
kedua adalah nilai yang bersifat operatif, seperti nilai dalam Islam yang
menjadi prinsip standarisasi perilaku manusia yaitu Wajib, Sunnah, Mubbah,
Makruh dan Haram.
Kelima standarisasi tersebut bisa berlaku pada situasi dan
kondisi normal. Namun, ketika manusia dalam kondisi darurat (terpaksa) maka
pemberlakuan tersebut dapat berubah. Misalnya
saja ketika seseorang melaksanakan ibadah puasa wajib pada bulan ramadhan,
tanpa diduga seseorang tersebut mengalami sakit yang mana harus membatalkan
puasanya. Maka orang tersebut diperbolehkan membatalkan puasanya dan harus
mengganti puasa yang dibatalkan di hari yang lain.
Dalam proses kependidikan, kaum idealis menginginkan agar
pendidikan jangan hanya merupakan masalah mengembangkan atau menumbuhkan,
melainkan harus digerakkan ke arah tujuan
yaitu suatu tujuan di mana nilai telah direalisasikan kedalam bentuk yang
kekal dan terbatas.
Jadi dapat dipahami bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah
standar atau ukuran tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi
yang sesuai dengan ajaran Islam yang sepatutnya dijalankan serta dipertahankan
baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat.
Dasar dan
tujuan filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan dasar dan
tujuan ajaran Islam atau tepatnya tujuan Islam itu sendiri. Dari kedua sumber
ini kemudian timbul pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah keislaman
dalam berbagai aspek, termasuk filsafat pendidikan.
Tidaklah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara
agama dan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak
merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat
kebenarannya.